Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membingkai Adagium "Semua Guru adalah Guru ISMUBA"

30 Oktober 2023   14:10 Diperbarui: 30 Oktober 2023   14:15 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan Muhammadiyah telah hidup sejalan dengan umur persyarikatan Muhammadiyah hingga kini. Lembaga pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi menjamur, bertumbuh, berkembang pesat hampir seluruh penjuru Indonesia. Bahkan Muhammadiyah telah mengekspansi dirinya dalan kancah dunia internasional. 

Cabang istimewa Muhammadiyah di luar negeri begitu bersemangat mendirikan pusat-pusat kajian ke-Islaman dan lembaga pendidikan dengan nuansa Muhammadiayah. Sebagai organisasi besar yang mengusung gerakan pendidikan, Muhammadiyah tampil dengan ke-khasan dan ciri kuhusnya. Yaitu pendidikan Ismuba (Al Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab). Ismuba menjadi materi ajar wajib bagi sekolah-sekolah Muhammadiyah pada level dasar hingga menengah, sementara untuk perguruan tinggi ada AIK (Al Islam dan Kemuhammadiyahan). Keduanya menjadi basis pendidikan Islam integratif-holistik di sekolah -sekolah Muhammadiyah. 

Perkembangan paradigma masyarakat tentang urgennya pendidikan karakter, memacu sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk menonjolkan penguatan dan pengembangan karakter sebagai branding sekaligus unggulan. Hal tersebut senada dengan ungkapan Kepala SD Muhammadiyah 1 Surakarta, Sri Sayekti melalui laman Suara Merdeka (20/10/2023). 

Pendidikan Ismuba,  menurut dia,  harus dijadikan berkeunggulan dan berkemajuan di sekolah Muhammadiyah. Tujuannya untuk menciptakan bagaimana anak salat, tenang, ngajinya bagus, tertib salat berjamaah. Apakah salat kita dengan anak-anak sudah mampu menggerakkan dan mengingatkan secara massal bagi orang tua yang belum salat. Kegiatan Ismuba harus menjelma dan membumi yang muaranya anak-anak tanpa disuruh, ajeg dan selalu jujur, tangan di atas lebih baik daripada di bawah. Anak-anak sudah sportif, saling menyayangi, tidak saling mengejek, menghujat, menerima perbedaan dan tidak suka saling memukul. (https://www.suaramuhammadiyah.id/read/ismuba-kunci-sukses-berkeunggulan-dan-berkemajuan) Pada akhir pernyataannya, Sri Sayekti menegaskan bahwa emua guru adalah guru Ismuba. Untuk mendorong kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran. Dengan memberikan siswa kesempatan untuk berpikir kritis dan berkreasi, guru membantu mereka mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi.

Secara teknis kurikulum, berdasarkan penjabaran pada buku "Kurikulum Al Islam Kemuhammadiyan Bahasa Arab Holistik -Integratif Berpola Kurikulum Merdeka" (2022). ISMUBA merupakan rumpun keilmuan yang terdiri dari 4 (empat) unsur yang merupakan mata pelajaran, yaitu Pendidikan Al-Qur’an dan Al-Hadits, Pendidikan Al-Islam, Pendidikan Kemuhammadiyahan dan Pendidikan Bahasa Arab yang dikuatkan dengan praktik ibadah. Pendidikan Al Islam mencakup unsur Akidah, Akhlak, Fikih, dan Tarikh. Pendidikan Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam kurikulum ISMUBA merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, karena secara epistemologis, keduanya berkedudukan sebagai sumber pendidikan Al-Islam. 

Unsur kurikulum Pendidikan Kemuhammadiyahan merupakan mata pelajaran khusus dalam Pendidikan Muhammadiyah yang menekankan pada pengembangan kompetensi keorganisasian, kepemimpinan, dan kekaderan untuk membekali peserta didik sebagai calon pemimpin bangsa dan pemimpin persyarikatan Muhammadiyah. Pendidikan Bahasa Arab merupakan bagian dari ciri khusus dan keunggulan Pendidikan Muhammadiyah untuk membekali peserta didik memiliki kompetensi bahasa Arab sebagai bahasa Agama Islam, bahasa internasional, dan bahasa Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam pendidikan ISMUBA juga terdapat praktik ibadah, yang menekankan pada penguasaan peserta didik mempraktikkan ilmu agama Islam sehingga mereka memiliki kemampuan melaksanakan ajaran Islam dengan benar sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Dari keseluruhan cakupan materi ISMUBA di atas memiliki maksud dan tujuan menjadikan segenap civitas akademika sekolah Muhammadiyah memiliki akhlakul karimah, cara pandang Islam yang mencerahkan dan praktik ritual agama yang benar. Sehingga, ISMUBA menjadi living value dengan penguatan karakter dan tata cara beribadah yang benar. Maka, guru Muhammadiyah harus lah memiliki karakter-karakter ISMUBA, diantaranya aqidah yang lurus, ibadah yang benar, dan karakter moral yang unggul (jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, tenggang rasa, dan sebagainya).

Semua guru Muhammadiyah adalah guru ISMUBA menegaskan bahwa figur guru Muhammadiyah harus memiliki pemahaman agama yang baik dan kualitas karakter. Guru Muhammadiyah wajib memiliki kompetensi keagamaan yang baik, paling tidak memiliki standar minimal. Ia harus mampu membaca Al Quran dengan baik serta amalan ibadah lainnya. Karena hal tersebut adalah standar minimalnya sebagai seorang muslim. 

Memang dalam teknis pengajaran di sekolah Muhammadiyah, ISMUBA diajarkan oleh guru-guru dengan latar belakang pendidikan agama, hal ini mengingat telah adanya spesialisasi keahlian sehingga ISMUBA diajar oleh mereka yang benar-benar memahami ilmu agama dalam teks maupun konteks (lulusan pendidikan agama Islam). Kemudian, guru-guru berlatar belakang pendidikan non agama (misal, PGSD, Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA/IPS) tetap dapat disebut sebagai  guru ISMUBA walaupun pada praktiknya tidak mengajar mata pelajaran ISMUBA, karena pada dasarnya mereka yang mengajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah bertanggung jawab untuk membawa dan menyuburkan nilai-nilai moral dan karakter pendidikan ISMUBA.

Semua guru adalah guru ISMUBA menjadi bingkai kolaboratif agar pendidikan agama dan moral menjadi tanggung jawab bersama diantara guru Muhammadiyah. Akhirnya, sekolah Muhammadiyah jika ingin mencapai keunggulannya dapat membranding dirinya dengan keunggulan-keunggulan pendidikan karakter melalui ISMUBA. 

Hal tersebut dapat dilakukan dengan kolaboratif antara guru-guru Muhammadiyah sebagai garda penggerak pendidikan ISMUBA. Pembelajaran praktik ibadah, semisal shalat dhuha, puasa sunnah, tahsin, tahfidz, dan tafhim Al Quran kedepannya dapat diformat bukan saja dalam formalitas pembelajaran, melainkan menjadi habituasi dan budaya di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Praktik-praktik disiplin, kejujuran, tidak manipulatif dan tanggung jawab harus menjadi moral value bagi seluruh jajaran pendidikan dalam mengelola sekolah-sekolah Muhammadiyah. 

Author: Rio Estetika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun