Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Resolusi 2020 untuk Negeri

31 Desember 2019   06:45 Diperbarui: 31 Desember 2019   06:47 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Periode tahun 2019 akan segera berakhir, berganti bilangan tahun 2020. Pergantian tahun umumnya orang membuat bermuhasabah, menata asa baru, dan membuat sekelumit resolusi yang akan dicapai pada bilangan tahun yang baru itu. Mulai dari ekspektasi tinggi membumbung awan hingga melambai bintang kecil sampai ekspektasi yang remeh temeh sekalipun.

Tahun 2020 harus ganti status, nikah, naik badan, turun badan, punya mobil, punya rumah, berangkat umroh dan haji. Ya, begitulah asa dan cita individual, setiap orang punya resolusinya masing-masing untuk kepentingan kehidupan privatnya.

Nah, resolusi privat sudah beres. Sekarang yuk mari bicara soal resolusi yang lebih luas, yaitu resolusi untuk negeri. Kita ini anak bangsa yang gandrung akan gandrung akan negerinya. Sudah banyak hal yang dilalui sepanjang tahun 2019, mulai memanasnya pilpres 2019 yang penuh dengan berbagai macam liku dan prahara, ekspektasi ekonomi meroket yang tak kunjung lepas landas, bencana alam yang silih berganti, Eyang Habibie dipanggil Allah karena tugas dan perannya di dunia telah purna.

Ditambah lagi seteru tentang simbol agama yang perlakuan hukumnya serasa tak memihak mayoritas, buktinya si Nyai Sari Konde hingga kini tak mendapatkan ketegasan hukum negeri ini. Narasi dagelan  para elit soal radikalisme, deradikalisasi , intoleransi seolah negara darurat akan hal itu, tapi justru framing selalu menyasar kepada pihak yang sudah khatam bab toleransi.

Ah...Sudahlah sepanjang tahun 2019 ini telah banyak banyak yang terjadi pada negeri ini. Kalo saya menguraikannya sampai detail-detailnya mbrebes mili air mata ini. Seperti nonton sinetron "Cinta Fitri" waktu itu. Namun, kita sebagai warga negara yang baik dan cinta Indonesia tak ada buruknya kita ini membuat asa dan resolusi untuk Indonesia di tahun 2020 kedepan.

Mulai yah, dari yang paling filosofis, yaitu soal asas bernegara kita. Sudah jelas ya kita itu membangun konsensus cara berbangsa dan bernegara kita itu dengan Pancasila ya. Lah di tahun 2020 nanti kita itu kalau ngomong "Saya Pancasilais" ya harus konsekuen dengan apa yang kita ucapakan. Artinya, mengatur negara dan bersikap sebagai warga negara ya harus sejalan dengan nilai Pancasila.

Jangan malah utang ugal-ugalan kalo Pancasilais. Jangan malak rakyat lewat BPJS kalo pancasilais. Yo jangan ngerusak lingkungan kalo Pancasila. Jangan sampe Om Rocky  sama Eyang Sudjiwo Tedjo ngomong lagi Pancasila itu nggak ada, gara-gara perilaku dan cara kita bernegara, ngurus negara nggak konsisten dan bertentangan dengan Pancasila itu sendiri.

2020 yo hentikan narasi dagelan bab intoleransi dan radikal. Jangan hanya karena nggak niup terompet saling ngatain intoleran. Jangan karena seseorang serius dengan ajaran agamanya lantas dilabeli radikal. Lha kan meyakini apapun itu mestinya radikal kan ya? Coba kita lihat definisi terminologi radikal. Radikal itu asal muasalnya dari bahasa latin, yaitu radix. Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang berarti akar. Jadi, radikal sama dengan mengakar.

Kalo orang itu meyakini sesuatu hal secara radikal itu berarti sedang meyakini hingga ke akar-akarnya sampai kuat hingga teguh dengan keyakinanya itu. Tentunya, orang yang beragama yang secara radikal pastinya ingin menjalankan ajaran agamanya secara mengakar, kuat, dan sungguh-sungguh dalam setiap aspek kehidupannya.

Begitukan definisi yang lebih adem. Jangan selalu meletakkan radikal itu sebagai monster yang seoalah-olah mau menghancurkan negara. Jadi yo negara hadir ya, berikan definisi yang jelas dan terang soal radikalisme itu. Hilangkan framing-framing yang dagelan itu.

Lho ini resolusi apa kritik sih? Ya, ini resolusi kritik hahaha..., Kalo ada yang kesinggung ya aku minta maaf. Aku kan cuma beropini, sepakat yang monggo. Nggak sepakat ya jangan sakit hati apalagi ngata-ngatain saya. Balas aja lewat argumen yang rasional, jangan baperan terus uring-uringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun