Sekilas cerita pak Tono membuat Sunaryo berdecak kagum akan kesederhanaan seorang bapak mendidik anak-anaknya. Lantas Sunaryo bertanya, "Pak apa cukup dengan 17.500 per hari bisa membiayai sekolah anak-anak? Bukankah ada kebutuhan yang lain juga?".
Dengan simpul senyum sederhana pak Tono menjawab, "Nak Aryo, Allah itu Maha Kaya dan Allah itu kalo ngasih sesuai butuhnya kita, asalkan kita bertaqwa. Kan banyak mubaligh bilang orang bertaqwa akan Allah mudahkan jalan keluar dan rezeki yang tak disangka-sangka, itu ada di surat At-Thalaq ayat 2-3, Â terus kita juga banyak bersyukur supaya rezeki kita tambah itu ada si surat Ibrahim ayat 7.
Begitu nak Aryo saya itu belajar sedikit-sedikit, saya dengar dari mubaligh saya jalankan. Taqwa dan syukur coba saya praktikan dalam hidup dan itu ada efeknya. Pernah suatu ketika anak bapak sakit demam, bapak gak punya uang sepeserpun. Tapi. Alhamdulillah Allah bantu dengan cara yang gak disangka-sangka nak".
Mendengar ucapan pak Tono membuat Sunaryo tertegun. Ditambah nasehat yang disampaikan pak Tono, "Nak, apapun yang kamu lakukan saat ini niatkan untuk ibadah sama Allah, nanti Allah yang akan urus rezekimu, jodohmu, dan solusi atas masalahmu."
Sesampainya di kost Sunaryo merenungi apa yang disampaikan pak Tono. Seolah pertemuannya dengan pak Tono adalah pertolongan Allah agar Sunaryo tidak berkeluh kesah dan segara bangkit dari kondisinya sekarang. "Pak Tono, luar biasa walaupun hanya lulus SD namun dengan kesederhanaan dan keteladanan yang konsisten mampu mendidik anaknya menjadi anak sholeh.
Sedangkan aku, Sarjana Pendidikan menghadapi anak-anak yang sedikit bandel saja masih galau dan lekas berputus asa," gumam Sunaryo sembari menyesali jalan pikirannya selama ini.
Ia menyadari kesalahannya bahwa  ia menjadi pendidik karena tuntutan profesi semata bukan karena ibadah kepada Allah. "Terimakasih ya Allah telah mempertemukanku dengan Pak Sutono, beliau orang tua dan guru yang baik. Mudahkanlah Pak Sutono belajar Al Quran ya Allah", gumam Sunaryo sembari menitihkan air mata.
Renungan Sunaryo dan pertemuannya dengan pak Tono menyadarkan Sunaryo bahwa guru terbaik adalah guru dengan keteladanan mendekatkan diri pada Allah. Dari sinilah Sunaryo kembali bersemangat seperti sedia kala bahkan lebih. Ia tak khawatir lagi soal rezeki karena semua sudah dia atur oleh Allah.
Semangat mengajarnya kembali, sekarang ia berusaha menjadi guru lebih baik. Menyiapkan pembelajaran sebaik-baiknya, tak hanya sekedar mengajar namun mendidik dengan keteladanan.
Hari-hari mengajarnya dilalui dengan bermacam dinamika dan rintangan, namun Sunaryo tak patah semangat. Menghadirkan pengajaran bermakna dan diiringi doa kepada Allah.
Lambat laun sikap anak didiknya yang tadi malas, kurang memperhatikan, dan tak sopan. Sedikit demi sedikit mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Jalan perjuangan Sunaryo sebagai guru masihlah teramat panjang.
Sebagai generasi milenial idelisme dan integritasnya akan terus diuji.