Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Fatamorgana Kebenaran-Ketidakbenaran

16 Oktober 2019   10:50 Diperbarui: 16 Oktober 2019   11:13 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beragam teori konspirasi dan spekulasi pasca peristiwa penusukan Jendral Purnawirawan Wiranto ramai menghiasi jagad maya negeri ini. Wiranto hingga saat ini masih dirawat di RSPAD Gatot Subroto. Akibat dua tusukan yang menghujam perut, Wiranto harus kehilangan usus halus sepanjang 40 centimeter. Usus Wiranto mengalami infeksi sehingga harus dipotong.

Namun, insiden penusukan yang menimpa mantan Panglima TNI itu justru banyak dianggap drama bohong bahkan settingan yang disuguhkan pemerintah demi pengalihan isu. Klaim publik menyatakan penusukan Wiranto adalah settingan, juga memakan korban.

Tiga anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Angkatan Darat dan Angkatan Udara dicopot dari jabatan menyusul komentar para istri yang bernada nyinyir soal penusukan terhadap Wiranto. Kemudian, disusul dengan Hanum Salsabila Rais, putri Amin Rais yang juga turut dilaporkan kepada pihak berwajib atas komentarnya terhadap peristiwa penusukan tersebut. 

"Settingan agar dana deradikalisme terus mengucur. Dia caper karena tidak akan dipakai lagi, playing victim mudah dibaca sebagai plot. Di atas sebagai opini yang beredar atas berita hits siang ini. Tidak bangak yang benar-benar serius menanggapi, mungkin karena terlalu banyak hoaks framing yang selama ini terjadi," tulis Hanum melalui akun twitter milik pribadinya.

Fenomena ketidakpercayaan masyarakat sudah jauh muncul, bahkan sebelum penusukan Wiranto. Pada kasus-kasus lain pun muncul fenomena serupa. Bahkan sejumlah peristiwa yang lebih tragis seperti kasus terorisme juga muncul fenomena yang sama. Sejumlah peristiwa pengeboman, penangkapan teroris juga dipandang sebagai rekayasa. 

Kini masyarakat dan publik benar-benar berada dalam situasi fatamorgana kebenaran dan ketidakbenaran. Media secara massif terus membranding keras informasi-informasi yang pro dengan pemerintahan.  Ketidakpercayaan insiden penusukan Wiranto ini buntut dari efek bola salju dari revisi UU KPK.

Efek Revisi Undang-Undang KPK memang dianggap belum selesai, dan penusukan Wiranto pun bisa jadi dianggap publik hanya respons terhadap banyaknya korban yang jatuh saat melakukan demonstrasi. Pemerintah seoalah mempertontonkan sebuah lakon sandiwara untuk menunjukkan bahwa aparatur negar juga bisa disakiti dengan mudah serta ada upaya pengalihan isu. Bahwa negara ini memang sedang tidak baik-baik saja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun