Mohon tunggu...
Humam Fauzan
Humam Fauzan Mohon Tunggu... Lainnya - SMA KARTIKA XIX-1 BANDUNG

Seorang atlet beladiri Taekwondo yang gemar menulis tentang sejarah, hukum, politik, dan keuangan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gedung Sate, Bangunan Unik yang Menyimpan Misteri

10 Desember 2023   12:10 Diperbarui: 10 Desember 2023   12:13 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gedung Sate adalah salah satu bangunan bersejarah dan cagar budaya di Kota Bandung. Gedung ini menjadi kantor Gubernur Jawa Barat sejak tahun 1980. Namun, tahukah Anda siapa arsitek yang merancang dan membangun gedung ini? Jawabannya mungkin akan mengejutkan Anda. Simak artikel ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang Gedung Sate, ikon sejarah dan arsitektur Kota Bandung.

Apa itu Gedung Sate?

Gedung Sate adalah nama populer untuk bangunan yang bernama resmi Gedung Negara Gubernur Jawa Barat. Gedung ini terletak di Jalan Diponegoro No. 22, Kota Bandung. Gedung ini memiliki ciri khas berupa ornamen tusuk sate pada menara sentralnya, yang telah lama menjadi penanda atau markah tanah Kota Bandung yang tidak saja dikenal masyarakat di Jawa Barat, tetapi juga seluruh Indonesia bahkan model bangunan itu dijadikan pertanda bagi beberapa bangunan dan tanda-tanda kota di Jawa Barat. Misalnya bentuk gedung bagian depan Stasiun Kereta Api Tasikmalaya.

Gedung ini dibangun pada tahun 1920-1924, sebagai bagian dari program pemindahan pusat pemerintahan Hindia Belanda dari Jakarta ke Bandung. Gedung ini dirancang oleh tim yang dipimpin oleh Ir. J.Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks, serta pihak Gemeente van Bandoeng, diketuai Kol. Pur. VL. Slors dengan melibatkan 2000 pekerja, 150 orang di antaranya pemahat, atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan China yang berasal dari Konghu atau Kanton, dibantu tukang batu, kuli aduk dan peladen yang berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung Gandok dan Kampung Cibarengkok, yang sebelumnya mereka menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB) dan Gedong Papak ( Balai Kota Bandung ).

Gedung ini memiliki gaya arsitektur hybrid, yang mencampurkan beberapa gaya arsitektur dari Eropa dan Asia. Gedung ini menggunakan model Rennaisance Italia, desain jendela mengusung konsep Moor Spanyol, dan bagian atap yang mengadopsi arsitektur Asia seperti pura di Bali. Gedung ini juga dipengaruhi oleh ornamen Hindu dan Islam.

Siapa Arsitek Gedung Sate?

Meskipun Gedung Sate dirancang oleh tim yang dipimpin oleh Ir. J. Gerber, ada sebuah misteri yang belum terpecahkan hingga kini. Siapa sebenarnya arsitek utama yang bertanggung jawab atas gedung ini? Tidak ada catatan resmi yang menyebutkan nama arsitek tersebut. Ada beberapa spekulasi yang mengatakan bahwa gedung ini dirancang oleh arsitek Belanda yang terkenal, seperti C.P. Wolff Schoemaker atau Albert Aalbers, namun tidak ada bukti yang kuat untuk mendukungnya.

Salah satu teori yang paling menarik adalah bahwa gedung ini dirancang oleh seorang arsitek Indonesia, yaitu R.M. Soedarsono. Ia adalah seorang lulusan Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang pernah bekerja sebagai asisten Ir. J. Gerber. Ia juga dikenal sebagai arsitek yang merancang beberapa bangunan penting di Indonesia, seperti Istana Bogor, Gedung DPR/MPR, dan Masjid Istiqlal.

Teori ini didasarkan pada kesaksian R.M. Soedarsono sendiri, yang mengaku bahwa ia adalah arsitek Gedung Sate. Ia mengatakan bahwa ia mendapat tugas dari Ir. J. Gerber untuk merancang gedung tersebut, karena Ir. J. Gerber tidak bisa menghadiri rapat dengan pihak pemerintah. Ia juga mengatakan bahwa ia mengambil inspirasi dari Candi Borobudur untuk membuat ornamen tusuk sate.

Namun, teori ini juga menuai kontroversi dan kritik dari beberapa pihak. Salah satunya adalah dari ahli arsitektur Dr. Ir. Bambang Irawan, yang mengatakan bahwa teori ini tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan fakta sejarah. Ia mengatakan bahwa R.M. Soedarsono baru lulus dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia pada tahun 1930, sedangkan Gedung Sate sudah selesai dibangun pada tahun 1924. Ia juga mengatakan bahwa tidak ada bukti tertulis atau gambar yang menunjukkan keterlibatan R.M. Soedarsono dalam perancangan Gedung Sate.

Mengapa Gedung Sate Penting?

Gedung Sate bukan hanya sekadar bangunan yang indah dan unik. Gedung ini juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Gedung ini menjadi saksi bisu perkembangan Kota Bandung, dari zaman kolonial hingga kemerdekaan. Gedung ini juga menjadi tempat berlangsungnya berbagai peristiwa penting, seperti:

- Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, yang membahas penyerahan kedaulatan Indonesia dari Belanda.

- Penandatanganan Perjanjian Linggarjati pada tahun 1950, yang mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat.

- Pembentukan Komando Daerah Militer III/Siliwangi pada tahun 1950, yang merupakan pasukan elite Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan.

- Pembukaan Museum Gedung Sate pada tahun 2011, yang menyimpan koleksi sejarah dan arsitektur Gedung Sate.

Gedung Sate juga menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Kota Bandung. Banyak wisatawan, baik lokal maupun asing, yang tertarik untuk mengunjungi dan mengagumi gedung ini. Gedung Sate juga sering dijadikan latar belakang untuk berfoto, baik oleh masyarakat umum maupun oleh pejabat negara. Gedung Sate juga menjadi inspirasi bagi beberapa bangunan dan tanda-tanda kota di Jawa Barat, seperti Stasiun Kereta Api Tasikmalaya dan Tugu Kujang.

Kapan Gedung Sate Dibuka untuk Umum?

Gedung Sate dibuka untuk umum setiap hari, kecuali hari Senin dan hari libur nasional. Jam kunjung Gedung Sate adalah dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Tiket masuk Gedung Sate adalah Rp 5.000 per orang. Pengunjung juga bisa mengikuti tur gratis yang disediakan oleh pemandu Gedung Sate, yang akan menjelaskan sejarah dan arsitektur Gedung Sate.

Selain itu, pengunjung juga bisa menikmati pemandangan Kota Bandung dari atas Gedung Sate. Di puncak menara sentral Gedung Sate, terdapat sebuah ruang yang disebut Ruang Nusantara. Ruang ini memiliki jendela kaca yang mengelilingi dindingnya, sehingga pengunjung bisa melihat panorama Kota Bandung dari ketinggian 46 meter.

Di Mana Lokasi Gedung Sate?

Gedung Sate terletak di Jalan Diponegoro No. 22, Kota Bandung, Jawa Barat. Gedung ini mudah dijangkau dengan berbagai moda transportasi, baik kendaraan pribadi maupun umum. Berikut ini adalah beberapa cara untuk menuju Gedung Sate:

- Dari Stasiun Bandung, naik angkot jurusan Stasiun Hall - Cicaheum, turun di depan Gedung Sate.

- Dari Terminal Leuwi Panjang, naik angkot jurusan Leuwi Panjang - Cicaheum, turun di depan Gedung Sate.

- Dari Terminal Cicaheum, naik angkot jurusan Cicaheum - Stasiun Hall, turun di depan Gedung Sate.

- Dari Bandara Husein Sastranegara, naik taksi atau ojek online menuju Gedung Sate.

Bagaimana Cara Menghubungi Gedung Sate?

Jika Anda ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Gedung Sate, Anda bisa menghubungi pihak pengelola Gedung Sate melalui beberapa cara berikut ini:

Telepon: (022) 4233564

Email: museumgedungsate@gmail.com

Website: [www.gedungsate.id]

Instagram: [@museumgedungsate]

Facebook: [Museum Gedung Sate]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun