Mohon tunggu...
Humam Afif
Humam Afif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa | Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kebijakan Keamanan dalam Model Waterfall: Solusi untuk Kerentanan Perangkat Lunak

1 Oktober 2024   12:54 Diperbarui: 1 Oktober 2024   12:58 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan Keamanan dalam Model Waterfall: Solusi untuk Kerentanan Perangkat Lunak

Model waterfall telah lama menjadi pendekatan dominan dalam pengembangan perangkat lunak, terutama di industri-industri yang membutuhkan proses yang sistematis dan terstruktur. Namun, seiring dengan meningkatnya ancaman keamanan siber, pendekatan ini sering dianggap kurang tanggap terhadap tantangan keamanan yang terus berkembang. Artikel yang ditulis oleh Mehmood et all. pada tahun 2024 berjudul "Mitigating Software Vulnerabilities through Secure Software Development with a Policy-Driven Waterfall Model" menawarkan solusi inovatif terhadap permasalahan tersebut dengan memperkenalkan kebijakan keamanan yang tertanam dalam setiap tahap pengembangan. Model waterfall tradisional kerap dikritik karena menempatkan keamanan di akhir proses, yaitu pada fase pengujian, sehingga menciptakan "jendela kerentanan" yang memungkinkan risiko keamanan tidak terdeteksi hingga terlambat untuk diperbaiki.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data dari berbagai studi kasus untuk menunjukkan bahwa model yang mereka kembangkan mampu mengurangi tingkat kerentanan perangkat lunak sebesar 35% dibandingkan dengan metode pengembangan tradisional. Dengan pengimplementasian kebijakan keamanan sejak tahap awal, penelitian ini memperlihatkan bahwa insiden pelanggaran keamanan berkurang secara signifikan. Data ini didukung oleh simulasi pada beberapa proyek perangkat lunak di sektor keuangan dan kesehatan, dua sektor yang paling rentan terhadap serangan siber.

Pendekatan berbasis kebijakan ini selaras dengan meningkatnya kebutuhan akan sistem perangkat lunak yang aman, terutama di era di mana pelanggaran data terus meningkat. Pada tahun 2023, dilaporkan bahwa sekitar 58% perusahaan teknologi global mengalami setidaknya satu kali pelanggaran data besar dalam setahun. Dengan demikian, model ini menjadi relevan bagi organisasi yang mengutamakan keamanan dalam operasional mereka.

Pendekatan yang diusulkan oleh Mehmood et all. dalam artikel ini tidak hanya memberikan perbaikan pada model waterfall, tetapi juga mengatasi kelemahan yang selama ini menjadi alasan utama mengapa model ini ditinggalkan oleh beberapa praktisi di industri yang dinamis. Salah satu kelemahan utama model waterfall tradisional adalah kurangnya fleksibilitas dalam menghadapi perubahan, terutama terkait keamanan. Namun, dengan menanamkan kebijakan keamanan di setiap tahap mulai dari analisis kebutuhan hingga pengujian model berbasis kebijakan yang diusulkan menawarkan solusi praktis yang sangat diperlukan dalam konteks saat ini.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan keamanan yang diterapkan sejak tahap awal memiliki dampak besar pada pengurangan potensi risiko. Dari 15 proyek perangkat lunak yang dianalisis selama studi ini, 10 di antaranya menunjukkan penurunan signifikan dalam jumlah kerentanan yang ditemukan selama fase pengujian akhir. Sebagai contoh, proyek perangkat lunak dalam sektor keuangan yang menggunakan model waterfall tradisional memiliki 42 kerentanan di akhir siklus pengembangan, sementara model yang diusulkan berhasil mengurangi jumlah kerentanan tersebut menjadi hanya 27 penurunan hampir 36%. Data ini memperkuat klaim bahwa keamanan tidak bisa ditunda hingga akhir siklus pengembangan, dan harus menjadi bagian integral dari setiap tahapan proses.

Selain itu, artikel ini menyoroti pentingnya kesesuaian antara kebijakan keamanan yang diterapkan dan kebutuhan spesifik proyek. Dalam simulasi yang dilakukan pada proyek perangkat lunak di sektor kesehatan, yang memerlukan kepatuhan ketat terhadap regulasi keamanan data seperti HIPAA, model ini terbukti sangat efektif. Studi kasus menunjukkan bahwa proyek yang menggunakan model ini berhasil mengurangi waktu yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan keamanan hingga 18%, berkat penerapan kebijakan yang berkelanjutan di seluruh siklus pengembangan.

Kombinasi antara pendekatan waterfall yang terstruktur dan kebijakan keamanan berbasis regulasi membuat model ini tidak hanya relevan di sektor-sektor yang diatur ketat, tetapi juga untuk pengembangan perangkat lunak secara umum. Pada tahun 2022, tercatat bahwa 76% dari pelanggaran keamanan terjadi karena kegagalan dalam mengimplementasikan langkah-langkah keamanan yang memadai selama pengembangan perangkat lunak. Dengan model yang diusulkan oleh Mehmood dan rekan-rekannya, kesenjangan ini bisa dipersempit, terutama karena pendekatan mereka memastikan bahwa keamanan tidak dianggap sebagai "tambahan", tetapi sebagai komponen utama pengembangan.

Dalam konteks global, model ini juga berpotensi membantu industri perangkat lunak mencapai tingkat keamanan yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah, karena lebih sedikit upaya diperlukan untuk memperbaiki masalah keamanan yang terdeteksi pada tahap akhir. Penelitian menunjukkan bahwa memperbaiki kerentanan setelah peluncuran perangkat lunak dapat memakan biaya hingga 30 kali lebih besar dibandingkan jika masalah tersebut diatasi selama pengembangan.

Model waterfall berbasis kebijakan yang diusulkan oleh Mehmood, et all. menawarkan terobosan penting dalam pengembangan perangkat lunak, khususnya dalam hal mitigasi kerentanan keamanan. Dengan menanamkan kebijakan keamanan di setiap tahap proses pengembangan, penelitian ini memberikan solusi yang praktis dan efektif untuk mengatasi ancaman siber yang terus berkembang. Data empiris yang ditunjukkan, seperti penurunan 36% dalam jumlah kerentanan di proyek perangkat lunak sektor keuangan, memperkuat relevansi model ini di berbagai industri.

Selain itu, dengan pengurangan biaya hingga 30 kali lipat dibandingkan perbaikan pasca-peluncuran, model ini dapat membantu perusahaan mencapai efisiensi biaya yang lebih baik dalam hal keamanan. Oleh karena itu, adopsi model ini sangat direkomendasikan, terutama di sektor-sektor yang mengutamakan keamanan. Penelitian ini juga membuka ruang untuk eksplorasi lebih lanjut tentang penerapan model di industri lain yang belum teruji secara mendalam.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun