Mohon tunggu...
Humam Afif
Humam Afif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa | Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengatasi Interferensi Co-Channel pada Kendaraan Terhubung dan UAV: Solusi dan Tantangan

1 Oktober 2024   11:07 Diperbarui: 1 Oktober 2024   11:18 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengatasi Interferensi Co-Channel pada Connected Vehicles dan UAV: Solusi dan Tantangan

Perkembangan teknologi kendaraan terhubung (connected vehicles) telah menghadirkan peluang besar bagi industri otomotif dan teknologi komunikasi. Salah satu teknologi utama yang mendukung komunikasi kendaraan ini adalah WLAN (Wireless Local Area Network), yang memungkinkan pertukaran data antara kendaraan dan perangkat eksternal, termasuk Unmanned Aerial Vehicles (UAV). UAV atau drone, telah menjadi komponen penting dalam berbagai skenario aplikasi seperti pengawasan lalu lintas, pemetaan, hingga pengiriman barang. Namun, meskipun teknologi ini menjanjikan, tantangan teknis, khususnya interferensi co-channel, tetap menjadi masalah serius yang menghambat optimalisasi jaringan komunikasi.

Interferensi co-channel terjadi ketika beberapa perangkat menggunakan frekuensi yang sama untuk komunikasi, yang mengakibatkan sinyal dari satu perangkat mengganggu sinyal perangkat lain. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Wiley Online Library pada tahun 2022, interferensi co-channel dalam jaringan WLAN kendaraan terhubung dengan UAV dapat menyebabkan penurunan kualitas sinyal yang signifikan. Hal ini berpotensi menurunkan throughput hingga 40%, khususnya dalam situasi di mana beberapa UAV dan kendaraan terlibat secara bersamaan dalam jaringan komunikasi yang padat.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dampak interferensi tersebut dan mengembangkan model untuk meminimalkan pengaruhnya terhadap kinerja jaringan. Salah satu poin menarik yang diangkat adalah bagaimana manajemen spektrum dan penataan frekuensi dapat digunakan untuk memitigasi efek negatif dari interferensi ini. Dengan pertumbuhan eksponensial penggunaan UAV dalam skenario perkotaan, serta peningkatan signifikan pada jumlah kendaraan yang terhubung secara nirkabel, masalah interferensi ini harus segera diatasi. Jika tidak, perkembangan lebih lanjut dalam industri kendaraan otonom dan jaringan drone bisa menghadapi hambatan serius.

Dalam konteks komunikasi nirkabel, terutama yang melibatkan kendaraan terhubung dan UAV, metode mitigasi interferensi menjadi fokus utama. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Wiley Online Library pada tahun 2022 menekankan pentingnya simulasi dalam memahami dampak interferensi co-channel. Simulasi ini dilakukan dengan berbagai skenario, seperti jarak antara UAV dan kendaraan, jumlah perangkat yang terhubung, serta frekuensi yang digunakan. Data menunjukkan bahwa ketika jarak antara UAV dan kendaraan berada dalam radius 500 meter dengan lebih dari 10 perangkat terhubung, throughput jaringan dapat turun hingga 25% dibandingkan skenario dengan 5 perangkat terhubung. Oleh karena itu, pemodelan matematis interferensi digunakan untuk memberikan solusi lebih baik terkait manajemen frekuensi.

Salah satu teori yang mendukung penelitian ini adalah teori komunikasi nirkabel berbasis frekuensi, yang menunjukkan bahwa frekuensi yang dipakai bersama oleh beberapa perangkat dalam jarak dekat cenderung menyebabkan interferensi. Hal ini diperparah dengan mobilitas UAV yang bergerak cepat dan jarak antar perangkat yang tidak selalu konstan. Dalam skenario di mana UAV terbang di ketinggian rendah dengan berbagai frekuensi yang terpakai, interferensi bisa meningkat hingga 30%. Oleh karena itu, teori ini mendasari pentingnya mengelola spektrum frekuensi secara efisien.

Penelitian ini juga mengangkat konsep penting lain, yaitu teknologi manajemen spektrum dinamis (Dynamic Spectrum Management). Teknologi ini memungkinkan perangkat untuk menyesuaikan frekuensi mereka secara otomatis untuk menghindari interferensi dengan perangkat lain. Data menunjukkan bahwa dengan menerapkan teknologi ini, kualitas sinyal dapat meningkat hingga 15% dalam skenario komunikasi padat. Model yang diusulkan dalam penelitian juga memperhitungkan faktor lingkungan, seperti bangunan atau rintangan fisik, yang dapat memperburuk interferensi. Menggunakan UAV yang dilengkapi dengan teknologi cerdas untuk mendeteksi interferensi dan mengubah frekuensi secara real-time dapat menjadi solusi penting untuk masalah ini.

Tidak hanya itu, penelitian ini mengemukakan bahwa jumlah perangkat terhubung dalam jaringan terus meningkat secara signifikan. Menurut data dari laporan industri, jumlah UAV yang digunakan di wilayah perkotaan diproyeksikan akan mencapai 4 juta unit pada tahun 2025, meningkat lebih dari 200% dari jumlah tahun 2020. Hal ini menunjukkan urgensi untuk menyelesaikan masalah interferensi di masa mendatang. Penataan frekuensi yang lebih cermat menjadi salah satu langkah awal yang bisa diterapkan, terutama dalam ruang udara perkotaan yang padat.

Penelitian ini memberikan wawasan penting tentang tantangan interferensi co-channel dalam jaringan WLAN yang menghubungkan kendaraan dan UAV. Dengan model prediksi dan solusi manajemen spektrum yang diusulkan, kualitas komunikasi dapat ditingkatkan secara signifikan. Simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa dengan pengelolaan frekuensi yang lebih baik, throughput jaringan dapat meningkat hingga 15-20% dibandingkan tanpa manajemen spektrum dinamis. Ini berarti bahwa komunikasi antara kendaraan dan UAV dapat menjadi lebih stabil dan andal, terutama di lingkungan perkotaan yang padat. Dalam hal ini, penerapan teknologi manajemen spektrum yang lebih cerdas menjadi prioritas utama.

Selain itu, penelitian ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara pengembang teknologi nirkabel, industri otomotif, dan otoritas penerbangan dalam menangani masalah interferensi. Dengan proyeksi peningkatan penggunaan UAV hingga 200% pada tahun 2025, solusi yang diusulkan tidak hanya penting untuk meningkatkan kualitas komunikasi saat ini, tetapi juga untuk mendukung pengembangan teknologi kendaraan otonom dan drone di masa mendatang.

Secara keseluruhan, penelitian ini berkontribusi dalam memberikan landasan ilmiah yang kuat bagi pengembangan teknologi komunikasi nirkabel masa depan, serta menawarkan solusi praktis untuk masalah interferensi yang berpotensi menghambat inovasi teknologi ini.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun