Tantangan Peneliti Econ-IS: Menghadapi Fetishisme Teori di Jurnal Akademis
Dalam dunia akademis, teori memiliki peran yang sangat penting dalam membangun fondasi ilmiah dan mengarahkan penelitian, khususnya di bidang ekonomi sistem informasi (Econ-IS). Namun, artikel "On Crafting Effective Theoretical Contributions for Empirical Papers in Economics of Information Systems" oleh Gopal et al. (2024) menyoroti masalah yang kerap terjadi dalam proses peninjauan jurnal ilmiah. Sebagian besar peneliti di bidang Econ-IS sering kali dihadapkan pada tuntutan kontribusi teoretis yang dianggap berlebihan, sementara pada sisi lain, ada ketidakpastian terkait apa yang sebenarnya dimaksud dengan kontribusi teoretis yang memadai.
Penelitian ini mencatat bahwa sekitar 60% manuskrip yang ditolak oleh jurnal Information Systems Research (ISR) menghadapi kritik terkait kurangnya kontribusi teoretis yang jelas atau koheren (Gopal et al., 2024). Hal ini menimbulkan kebingungan di kalangan peneliti, terutama penulis muda yang ingin berkontribusi dalam disiplin ini. Meskipun teori dianggap "raja" dalam ilmu pengetahuan (Hitt & Smith, 2005), artikel ini juga mengkritik adanya "fetish"Â terhadap teori yang menghambat perkembangan penelitian empiris yang berfokus pada dampak praktis.
Selain itu, Gopal et al. (2024) mencatat bahwa sejak awal 1990-an, bidang Econ-IS telah berkembang pesat, dengan lebih dari 70% publikasi terkait dengan penelitian empiris. Namun, dalam proses perkembangannya, masalah tuntutan teoretis ini terus membayangi para peneliti, khususnya dalam hal bagaimana penelitian empiris dapat tetap relevan tanpa menekankan teori yang dianggap terlalu kaku. Artikel ini bertujuan memberikan panduan yang dapat meredakan ketegangan tersebut serta menciptakan keseimbangan antara kontribusi teoretis dan praktis dalam bidang Econ-IS.
Artikel Gopal et al. (2024) memberikan wawasan yang penting tentang tantangan yang dihadapi oleh para peneliti di bidang ekonomi sistem informasi (Econ-IS). Mereka mengidentifikasi bahwa banyak manuskrip yang dikritik karena kontribusi teoretisnya dianggap kurang kuat, bahkan ketika analisis empirisnya sangat kuat. Sekitar 45% manuskrip yang ditolak, menurut penulis, gagal dalam hal menghubungkan temuan empiris mereka dengan teori yang ada secara jelas dan koheren. Masalah ini menjadi semakin akut karena luasnya cakupan disiplin Econ-IS, yang melibatkan teori dari berbagai bidang seperti ekonomi, sosiologi, dan strategi organisasi.
Di dalam artikel ini, penulis juga menekankan bahwa kontribusi teoretis dalam penelitian empiris tidak harus selalu revolusioner. Ada beberapa pendekatan yang bisa diambil oleh peneliti, mulai dari memperkuat teori yang ada hingga memperkenalkan lensa teoretis baru yang relevan. Penulis menawarkan taksonomi kontribusi teoretis yang meliputi empat kategori utama: validasi, augmentasi, ekspansi, dan sintesis. Pendekatan validasi, misalnya, digunakan untuk menguji hubungan teoretis yang telah mapan dalam konteks baru atau melalui data yang berbeda, seperti penelitian Park et al. (2021) yang menggunakan teori aktivitas rutin untuk mengkaji dampak ride-sharing terhadap kejahatan di area perkotaan.
Pendekatan augmentasi, di sisi lain, berfokus pada pengayaan teori yang sudah ada dengan menambahkan variabel baru atau memahami faktor-faktor mediasi dan moderasi. Misalnya, penelitian Guan et al. (2023) yang memeriksa bagaimana gambar yang dihasilkan pengguna (customer-generated images) memoderasi kepuasan pasca pembelian di e-commerce menggunakan teori konfirmasi ekspektasi. Penelitian ini memberikan wawasan tambahan tentang bagaimana konteks online memengaruhi perilaku pelanggan.
Namun, Gopal et al. (2024) juga menyoroti pentingnya keterbukaan terhadap pendekatan empiris yang lebih fokus pada dampak praktis. Mereka mencatat bahwa meskipun kontribusi teoretis diakui penting, beberapa penelitian empiris dapat menonjol meskipun kontribusi teorinya lebih ringan, asalkan penelitian tersebut menawarkan dampak praktis yang sangat signifikan. Sebagai contoh, penelitian yang berfokus pada kebijakan platform seperti penelitian Li dan Wang (2024) yang menguji dampak plafon komisi pada platform pengiriman makanan, menunjukkan bahwa kontribusi praktis dapat menjadi alasan yang sah bagi penelitian untuk tetap relevan dan signifikan.
Dengan demikian, artikel ini berpendapat bahwa penting bagi peneliti untuk tidak terjebak dalam tuntutan berlebihan terhadap kontribusi teoretis. Sebaliknya, mereka harus fokus pada relevansi penelitian mereka terhadap masalah nyata di lapangan, sembari tetap mempertahankan keterkaitan dengan teori yang ada.
Artikel Gopal et al. (2024) berhasil menyoroti pentingnya keseimbangan antara kontribusi teoretis dan dampak praktis dalam penelitian di bidang ekonomi sistem informasi. Penulis memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana peneliti dapat menyusun karya mereka agar diterima di jurnal terkemuka seperti Information Systems Research, dengan tetap menjaga relevansi teoretis maupun empiris. Artikel ini menggarisbawahi bahwa meskipun teori memainkan peran sentral dalam membangun pengetahuan, kontribusi praktis yang kuat tidak boleh diabaikan, terutama dalam disiplin yang sangat dinamis seperti Econ-IS.
Implikasi dari artikel ini cukup signifikan, terutama bagi peneliti muda. Dengan lebih memahami jenis kontribusi teoretis yang diharapkan dan bagaimana penelitian empiris dapat tetap diterima meski fokus pada dampak praktis, mereka dapat menghindari frustrasi dalam proses peninjauan. Panduan ini memungkinkan terjadinya diskusi yang lebih produktif dan konstruktif di antara peneliti, editor, dan reviewer.