Mohon tunggu...
Humam Afif
Humam Afif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa | Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menghidupkan Kembali Keraton Kasepuhan dengan Aplikasi GWIDO Berbasis AR

4 September 2024   19:22 Diperbarui: 4 September 2024   19:26 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghidupkan Kembali Keraton Kasepuhan dengan Aplikasi GWIDO Berbasis AR

Dalam era digital yang semakin maju, sektor pariwisata tidak dapat terlepas dari perkembangan teknologi informasi. Salah satu teknologi yang kini mendapatkan perhatian khusus adalah Augmented Reality (AR). Teknologi ini menawarkan kemampuan untuk menyatukan dunia nyata dengan elemen digital secara interaktif dan real-time. Dalam konteks wisata sejarah, khususnya di Indonesia, teknologi AR memiliki potensi yang besar untuk menghidupkan kembali minat masyarakat terhadap situs-situs bersejarah yang mungkin selama ini kurang diminati oleh generasi muda.

Keraton Kasepuhan Cirebon, sebagai salah satu situs bersejarah yang kaya akan nilai budaya dan sejarah, menghadapi tantangan dalam menarik wisatawan, terutama di era pascapandemi COVID-19. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faisal Akbar et al. (2024), yang diterbitkan dalam Register: Jurnal Ilmiah Teknologi Sistem Informasi (2024), dikembangkan sebuah aplikasi mobile berbasis AR bernama GWIDO. Aplikasi ini dirancang untuk memberikan pengalaman yang lebih imersif kepada wisatawan, melalui fitur navigasi berbasis AR dan informasi sejarah yang interaktif.

Dari penelitian ini, terungkap bahwa penggunaan teknologi AR dapat meningkatkan minat wisatawan terhadap situs sejarah. Misalnya, data menunjukkan bahwa 88% dari 30 responden yang mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon merasa lebih tertarik dan terlibat dengan fitur AR yang disediakan oleh aplikasi GWIDO. Selain itu, hasil uji coba menunjukkan bahwa rata-rata waktu respons untuk objek yang ditampilkan dalam AR berkisar antara 1,45 hingga 4,71 detik, dengan tingkat akurasi yang sangat bergantung pada kualitas jaringan internet yang digunakan oleh pengguna.

Dengan data ini, kita dapat melihat bagaimana teknologi AR berperan penting dalam menarik minat dan meningkatkan interaksi wisatawan dengan situs sejarah. Bagaimana aplikasi GWIDO ini memberikan nilai tambah yang signifikan dalam pengalaman wisata di Keraton Kasepuhan Cirebon akan dibahas lebih lanjut dalam bagian berikutnya.

***

Aplikasi GWIDO yang dikembangkan oleh Faisal Akbar et al. (2024), memanfaatkan teknologi AR untuk menciptakan pengalaman wisata yang lebih menarik di Keraton Kasepuhan Cirebon. Salah satu fitur utama dari aplikasi ini adalah kemampuan untuk menampilkan objek-objek sejarah dalam bentuk 3D yang dapat dilihat dan berinteraksi dengan pengunjung secara virtual. Fitur ini memungkinkan wisatawan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang artefak dan sejarah yang terkait dengan Keraton Kasepuhan tanpa harus secara fisik menyentuh atau merusak artefak tersebut.

Pentingnya aplikasi GWIDO tidak hanya terbatas pada penyajian informasi sejarah yang lebih interaktif, tetapi juga pada peningkatan daya tarik wisatawan. Data dari penelitian menunjukkan bahwa 80% dari responden merasa bahwa aplikasi ini sangat meningkatkan pemahaman mereka tentang situs dan artefak sejarah yang ada di Keraton Kasepuhan Cirebon. Selain itu, fitur navigasi berbasis AR yang disediakan oleh aplikasi ini sangat membantu pengunjung dalam menavigasi kompleks Keraton, terutama bagi wisatawan yang baru pertama kali berkunjung atau kurang familiar dengan lokasi tersebut.

Dari sisi teknis, pengembangan GWIDO memanfaatkan berbagai teknologi canggih seperti GPS untuk menentukan lokasi pengguna dan ARCore sebagai framework utama dalam pengembangan fitur AR. Waktu respons yang dicatat dalam pengujian berkisar antara 1,45 hingga 4,71 detik untuk menampilkan objek AR berdasarkan jarak pengunjung dengan objek tersebut. Ini menunjukkan bahwa aplikasi ini tidak hanya menawarkan pengalaman yang imersif tetapi juga responsif, yang merupakan faktor penting dalam menciptakan pengalaman pengguna yang positif.

Namun, tantangan yang dihadapi oleh aplikasi ini juga tidak bisa diabaikan. Keberhasilan fitur navigasi dan visualisasi objek AR sangat bergantung pada kualitas jaringan internet yang digunakan oleh pengunjung. Ini menjadi kendala tersendiri mengingat infrastruktur jaringan di lokasi-lokasi wisata sejarah di Indonesia, termasuk Keraton Kasepuhan Cirebon, belum tentu optimal. Selain itu, meskipun sebagian besar responden merasa puas dengan fitur-fitur yang ditawarkan, ada 13% yang mengalami masalah teknis saat menggunakan aplikasi ini. Ini menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk perbaikan, terutama dalam hal stabilitas dan keandalan aplikasi.

Dengan peningkatan jumlah pengguna smartphone dan meningkatnya adopsi teknologi digital dalam pariwisata, aplikasi seperti GWIDO memiliki potensi besar untuk diadopsi oleh situs-situs sejarah lainnya di Indonesia. Tahun 2024 bisa menjadi tonggak penting dalam transformasi digital pariwisata sejarah, dengan GWIDO menjadi contoh bagaimana teknologi dapat menghidupkan kembali minat masyarakat terhadap warisan budaya dan sejarah. Keberhasilan penerapan AR di Keraton Kasepuhan ini juga membuka peluang untuk pengembangan lebih lanjut di situs-situs sejarah lainnya, yang dapat meningkatkan daya tarik wisata nasional dan internasional.

***

Kesimpulan dari pengembangan dan implementasi aplikasi GWIDO di Keraton Kasepuhan Cirebon menunjukkan bahwa teknologi Augmented Reality (AR) memiliki potensi besar untuk meningkatkan pengalaman wisata sejarah. Dengan integrasi teknologi ini, pengunjung dapat menikmati tur yang lebih interaktif dan informatif, yang pada akhirnya meningkatkan minat dan keterlibatan mereka terhadap situs sejarah. Meskipun ada tantangan dalam hal infrastruktur dan stabilitas aplikasi, keberhasilan awal yang dicapai oleh GWIDO memberikan gambaran optimis tentang masa depan pariwisata digital di Indonesia.

Untuk memaksimalkan potensi ini, perlu adanya kolaborasi yang lebih erat antara pengembang teknologi, pengelola situs sejarah, dan pemerintah. Dukungan dalam peningkatan infrastruktur jaringan dan pengembangan aplikasi yang lebih stabil akan sangat penting untuk mengatasi tantangan yang ada. Dengan langkah-langkah ini, teknologi AR seperti yang digunakan dalam GWIDO dapat menjadi alat yang efektif dalam upaya pelestarian budaya dan peningkatan sektor pariwisata, menjadikan situs-situs sejarah di Indonesia lebih menarik dan relevan bagi generasi mendatang.

Pengalaman di Keraton Kasepuhan Cirebon bisa menjadi contoh inspiratif bagi situs sejarah lainnya, menunjukkan bagaimana inovasi teknologi dapat mengubah cara kita berinteraksi dengan warisan budaya kita.

Referensi

Akbar, F., Hadiyanto, H., & Widodo, C. E. (2024). Development of GWIDO: An augmented reality-based mobile application for historical tourism. Register: Jurnal Ilmiah Teknologi Sistem Informasi, 10(1), 12-30. http://doi.org/10.26594/register.v10i1.3439

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun