Mohon tunggu...
Humaira Ratu Nugraha
Humaira Ratu Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa Jurnalistik UIN Jakarta

Girl who love writing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Baitul Hikmah Pusat Peradabaan Islam di Era Kekhalifahan Abbasiyah

5 Desember 2023   01:26 Diperbarui: 5 Desember 2023   01:26 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepeninggal rasulullah dan para sahabat, islam mulai berkembang di bawah kepemimpinan Khalifah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Kedua kekhalifahan ini sangat berperan penting dalam peradaban Islam hingga kini. Dinasti Abbasiyah terbentuk setelah runtuhnya Dinasti Umayyah pada 750 Masehi. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung cukup lama, dari tahun 750--1258 M. Kekhalifahan Abbasiyah berdiri setelah berhasil menggulingkan Kekhalifahan Umayyah, pembantai terhadap Bani Umayyah ini dilakukan karena anggapan bahwa Bani Abbasiyah merupakan penerus sah Nabi Muhammad saw yang berhak melanjutkan kekhalifahan. 

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abu al-Abbas al-Saffah dan memerintah sebagai khalifah di kota baghdad, Irak. Baghdad merupakan kota terbesar di Irak dan menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah kala itu yang membentang di sepanjang kedua tepi sungai Tigris dan sungai Eufrat. Kota ini memiliki posisi yang strategis, terletak di pusat wilayah persia dan jalur perdagangan internasional. Kota ini berbentuk lingkaran yang dikelilingi tembok selebar 50 hasta dengan tinggi 90 kaki dan dijaga dengan 3 lapis parit yang dalam serta memiliki empat gerbang utama sebagai pintu masuk ke kota-benteng ini. 

Kota Baghdad menjadi pusat peradaban dunia ketika eropa berada di masa kegelapan. Eropa mengalami masa kemunduran pasca runtuhnya kekaisaran roma, keadaan dimana saat itu sains dikekang dan dogma agama banyak disalahgunakan. Karena kondisi tersebut, banyak para ilmuwan eropa yang datang ke Baghdad untuk menimba ilmu. Saat itu, aktivitas keilmuan agama sangat di dukung dan bersifat bebas maka tak heran banyak ilmuwan dari berbagai dunia yang datang ke Baghdad untuk belajar. 

Selama lima abad pemerintahannya, kekhalifahan ini berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia dibawah pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan Al-Ma'mun (813-833 M) Dinasti Abbasiyah mengalami era keemasan dengan meningkatnya sektor ekonomi dan intelektual. Dibangunnya pusat peradaban atau perpustakaan Bait al-Hikmah oleh Harun Al-Rasyid menjadi titik awal berkembangnya ilmu pengetahuan, sehingga kota Baghdad dianggap sebagai pusat pendidikan islam dan peradaban dunia. 

Baitul Hikmah merupakan pusat transfer ilmu pengetahuan dari penjuru dunia. Para cendekiawan memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang menjadi dasar sains dan filsafat modern. Para cendekiawan menerjemahkan teks-teks keilmuan dari berbagai bahasa ke dalam bahasa Arab. Lembaga penerjemahan teks-teks asing berubah menjadi perguruan tinggi. Istana khalifah, rumah para terpelajar, masjid, serta perpustakaan di Baghdad menjadi lokasi yang didatangi para ilmuwan dari penjuru dunia. 


Berkembannya aktivitas keilmuan yang bersifat terbuka dan didukung inilah yang menjadi alasan mengapa kota Baghdad bisa berkembang pesat, cakupan keilmuan yang berkembang di Bait al-Hikmah berupa matematika, kedokteran, kimia, biologi, kartografi/geografi, astronomi, hingga pemikiran serta kalam serta, lahirnya cendekiawan baru yang menjadi pilar berkembangnya sains modern antara lain Ibn al-Khawarizm, Al Farabi, dan Ibnu Sina.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun