Mohon tunggu...
Humaira Phinata Zahra
Humaira Phinata Zahra Mohon Tunggu... -

menyukai tulis-menulis, menggambar manga dan membuat komik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Three Best Friend!

14 Maret 2011   08:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:48 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Humaira Phinata Zahra

Kenalkan dulu tokoh-tokoh di novel ini, ya! Selamat membacaa..!

Suzzane Alferbert Mercy

Itu namaku, kalian bisa panggil aku Suzzane atau Zane. Aku bersekolah di sekolah United by State, Go! Kelas Draw Magician! Umurku 13 tahun, temanku pun juga begitu! Oh, ya! Aku mempunyai sahabat yang saa.. ngaat.. kusayangi! Tapi, nanti diperkenalkan juga, kok! Hehe.. makanan kesukaanku adalah: salad, pizza, spaghetti, kebab Turki, gyoza, yakiniku, ekkado, dan makanan Jepang lainnya! Salam kenaal, yaa!

Luciana Masticius

Itu nama sahabat terdekatku yang tadi kuceritakan, kalian bisa memanggil dia Luciana atau Lucy. Luciana adalah teman yang baik. Bisa dibilang dia adalah anak terpandai di kelas. Nilainya selalu seratus, waah! Keren.. dia juga adalah anak yang cantik. Rambutnya berwarna coklat pekat. Matanya berwarna biru, dan bulu matanya lentik! Dia itu jago sekali dalam bidang olahraga. Hobinya: bermain bulu tangkis, bermain tenis meja, berenang, bermain piano, dan bermain biola. Dia juga adalah anak kesayangan guru-guru di sekolah United by State, Go!

Rastianna Sabella

Itu adalah nama musuh bebuyutanku, nama panggilannya Anna. Anna adalah anak yang saa.. ngaat.. menyebalkan! Dia itu adalah anak yang bodoh, nilainya selalu di bawah tujuh. Padahal, dia adalah anak terkaya di sekolah Unite by State, Go! Ini. Ayahnya pemilik sekolah ini. Kepala sekolah, rekan ayahnya. Hobinya Anna, itu: menyisir rambutnya, shopping, pergi ke salon, dan masih banyak lagi! Dia itu adalah shopaholic, lho! Itu, penyuka belanja! Pokoknya, dia itu musuh bebuyutanku!

Peter Andrew Frakes

Itu adalah sahabatku, nama panggilannya Peter. Peter adalah anak terbijak di sekolah. Peter itu adalah anak yang sangat pintar, dia selalu mendapat sembilan puluh sampai sembilan puluh lima. Ayah Peter adalah rekan ayah Anna. Peter itu, hobinya: bermain bola basket, bermain gitar, dan menghitung cepat.

Tokoh-tokoh yang lainnya: Kak Emma, Mozza, Rinna, Chaira, Klara, Patricia.

Guru: Mrs. Andry:Guru Sejarah, Mr. Joshua: Guru Musik, Mr. Wellington: Guru Olahraga, Mrs. Heavenly: Kepala Sekolah, Mrs. Qouryn: Guru Bahasa Prancis, Mrs. Rianty: Guru bahasa Italia, Mr. Jonny: Pak Pos, Bibi Marie, Paman Joe, Mama, Papa.

From Lucy!?

Luciana sudah lama meninggalkanku di negara ini. Dia telah pergi ke Jepang selama dua tahun. Hati ini sudah tak sabar menunggu kedatangannya. Aku rindu kamu, Luciana.. rindu kamu!

“Suzzane, makan dulu, yuk, Sayang! Mama sudah siapkan makanan Jepang kesukaan kamu. Yuk!” ajak Mama yang tiba-tiba datang.

“Iya, Ma!” sahutku lemas.

Aku segera meninggalkan ayunan itu. Dan, segera ke ruang makan. Papa terlihat sedang merapihkan dasinya.

“Pa, mau ke mana? Kan, hari ini libur,” tanyaku.

“Papa ada tugas yang belum diselesaikan di kantor. Karena hari ini hari libur, Papa ingin menyelesaikan tugas itu dahulu.” sahut Papa.

“Sudah, sudah! Pa, makan ini dulu, ya! Suzzane, makan gyoza ini, Mama buat khusus buat kamu,” ujar Mama.

Aku hanya mengangguk. Dan segera memakan gyoza tersebut. Papa sudah pergi meninggalkan aku, dan Mama.

“Ma, apakah Luciana akan kembali?”tanyaku.

“Pasti, Sayang, dia itu, kan, sahabat sejatimu,” sahut Mama sambil menyuci piring.

Aku segera meninggalkan Mama, dan pergi ke halaman rumah.

“Sepi sekali, Peter sedang tur ke Las Vegas dan New York, dan Luciana. Hmm..” gumamku.

“Surat!” panggil Pak Pos terhadapku.

“Aku?” tanyaku.

“Iya! Kemarilah!” sahut Pak Pos.

Aku segera pergi ke pagar rumah, dan segera membukakan pintu rumah.

“Ini, ada surat. Tolong tanda tangani dulu kertas ini,” ucap Pak Pos.

Aku langsung mentandatangani kertas itu, dan langsung pergi ke ayunan sambil membawa surat itu. Aku membuka surat itu.

“Haah!? Dari Lucy!?” kataku tak percaya.

Isi suratnya seperti ini:

Dear Suzzane,

Hallo, Suzzane! Apa kabarmu di Amerika? Baik? Aku mengirimkan surat ini karena ada hal yang penting sekali! Berita.. baik! Begini, kata Dad, dua hari lagi aku akan pulang ke Amerika! Waah! Senangnya, kau juga begitu, kan? Aku di sini baik-baik saja, Dad and Mom, too! Oh, ya, Zane! Aku lupa, Peter keadaannya gimana? Dia baik, kan? Aku ingin kita bertiga berkumpul kembali lagi! Semoga saja. Sampai jumpa dua hari lagii! Aku akan menunggumu, dan Peter! Addio, miovero amico! Selamat tinggal, sahabat sejatiku!

Salam rindu,

Luciana Masticius

“Aku juga kangen sama kamu, Lucy! Cepat pulang, ya! Aku, dan Peter menunggumu, aku akan membalas suratmu,” ucapku senang.

Surat yang akan kubalas kepada Luciana seperti ini:

Dear Luciana,

Halo juga, Lucy! Aku di Amerika baik-baik saja. Oh, ya!? Aku tak percaya, kau pulang lebih cepat. Aku senang sekali. Peter sedang tur di Las Vegas, dan New York. Aku kangen sekali dengan TBF, Three Best Friend! Aku juga, aku ingin TBF kembali lagi! Daah, Lucy!

Bersenyumlah, sahabat! JSmileJ

Salam rindu,

Suzzane Alferbert M.

Kemudian, aku membawa surat itu kepada Mr. Jonny. Dia bertugas sebagai Pak Pos. Di jalan begitu dingin: karena hujan salju yang turun ke negara Paman Sam ini. Tak lama kemudian, aku bertemu dengan Mr. Jonny, Mr. Jonny sedang memakan sebuah coklat dengan kopi.

“Mr. Jonny! Mr. Jonny!” teriakku begitu kencang. Sehingga, Mr. Jonny kaget.

“Ada apa!? Oh, Nona Mercy! Apa kabarmu?” sapa Mr. Jonny.

“Ya, ini aku, Nona Mercy. Kabarku baik,” sahutku.

“Kau ingin mengirim surat?” tanya Mr. Jonny.

“Ya! Ini suratnya. Dan ini uangnya,” sahutku.

Aku memberikan uang dollarku kepada Mr. Jonny, dan mengucapkan terima kasih.

Thank you very much, Mr. Jonny!” ucapku kepadanya. Aku langsung berlari ke rumahku, alamatnya: Jalan Urysand, kompleks The Star Wonder, nomor 134.

Dan, aku pulang dengan wajah bahagia. Bagaimana tidak, aku dua hari lagi akan bertemu Luciana. Senangnyaa.. hati ini!! See you, Lucy! Daah!

The Little Chef

Sekarang hari Senin, aku masih saja di tempat tidurku, sambil menatap stiker yang ada di atasku, aku kangen sekali dengan Lucy, besok dia akan pulang dari Jepang. Di bawah ada Kak Emma, maksudnya kami tidur di kasur tingkat. Aku di kasur atas, dan Kak Emma di kasur bawah. Sekarang masih jam empat pagi, mau apa, ya? Mmm.. aha! Lebih baik aku buat surprise saja buat Mama, Papa, dan Kak Emma. Aku langsung turun dari kasur atasku. Kemudian aku langsung menyiapkan sarapan untuk Mama, Papa, dan Kak Emma.

“Mmm.. biasanya, kan, Mama buat sandwich isi telur dengan susu putih. Mmm.. atau, Kak Emma, kan, suka menyiapkan sarapan dengan roti gandum, biskuit, dan susu. Mmm.. gimana, nih!?” desahku bingung. “Aha!”

Mmm.. aku memutuskan bahwa aku akan membuat sarapan dengan variasiku sendiri. Aku akan membuat yang namanya “ChickenwithSauceMacato”, tahu tidak, apa arti macato? Artinya, MAyonaise, saus CAbai, dan saus TOmat. Hahaha, variasi baru! Aku kemudian memasak dengan sepenuh hati!

Mmm.. ayam potong-potong, dicelupin di telur kocok, dicelupkan di tepung roti, digoreng. Campurin mayonaise, saus cabai atau saus pedas, dan saus tomat, cok-kocok-cok-kocok! Kemudian, tambahkan sedikit daun peterseli yang sudah diiris-iris, dan masukan irisan daun peterseli di saus macatonya. Dan, angkat ayam goreng, taruh ayam goreng itu di piring, kemudian ambil sesendok saus macato, taruh di piring kecil. Dihias dengan sedikit tomat, dan daun peterseli. Jadi! Chicken with Sauce Macato ala Suzzane! Taruh di meja makan, aah!

Waktu sudah menunjukan angka 05.00. Kemudian, aku ingin membuat minuman yang buat fun semua orang! Aku menamakan minumannya, mmm.. oke! Aku akan menamakan minumannya, “Whitemilkwithfruits”. Aku lihat, di kulkas ada banyak buah, dan ada susu putih yang segar. Pertama-tama, potong buah melon, strawberry, blueberry, anggur, jeruk, dan mangga secara dadu. Taruh di gelas, kemudian masukan susu putih. Mmm.. haus! Coba sedikit, aah! Waah! Enak banget! Aku kemudian langsung membawa empat minuman susu itu di meja makan. Mmm.. sepertinya enak, nih! Aku kemudian pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil.

“Hmm.. bau apa, nih!? Pa, Pa, bangun!! Papa cium bau harum ini, tidak?” tanya Mama.

“Cium, Ma! Baunya seperti berbahan ayam, dan susu! Kita lihat, yuk, Ma! Hoaaammh!” sahut Papa sambil menguap.

“Yuk!” kata Mama.

Di kamar Kak Emma dan aku.

“Hmm..! Baunya enak banget..! Mmm.. lihat, aah! Siapa, sih, yang masak pagi-pagi begini!? Hmm!!” ucap Kak Emma.

Semuanya mencium bau makanan buatanku. Kemudian mereka melihat, ada ayam dan saus, ada susu yang dicampur buah. Waah!
“Ya, ampun! Siapa yang masak!! Kelihatannya enak! Bibi Marie! Bibi!” panggil Mama yang terkejut.

“Ada apa, Nyonya?” tanya Bibi Marie.

“Apakah kau yang memasak semua ini?” ujar Mama.

“Bu.. bukan saya, Nyon! Saya dari tadi di halaman belakang dengan Joe.” sahut Bibi Marie.

Kemudian, aku keluar dari kamar mandi itu. Dan, aku melihat semua orang yang ada di rumahku ada di depan ruang makan.

“Ada apa ini?” tanyaku sambil menggaruk-garuk rambutku yang sedikit basah itu.

“Siapa yang masak semua ini, Zane? Kamu lihat enggak, ada orang yang masak semua masakan ini?” tanya Kak Emma.

“Aku, Kak,” sahutku.

“Ka.. ka.. kamu!?” tanya Kak Emma tak percaya.

“Iya, SURPRISE!” sahutku sambil tersenyum manis.

“Waah!” kata Mama, “Zane, apakah kita semua boleh mencicipi masakanmu? Sebagai sarapan kita?” tanya Mama.

“Tentu,” sahutku. Aku langsung mempersilahkan semua keluargaku untuk mencicipi masakanku. Tak lupa Bibi Marie dan Paman Joe, mereka berdua langsung mengambil jatah mereka, lalu ke halaman belakang.

“Mmm.. Zane! This is so delicious! I like it!” puji Kak Emma sambil terkagum-kagum.

“Mmm.. enak, ya, Ma?” tanya Papa sambil berbisik-bisik kepada Mama.

“Iiih, Papa genit sama Mama!” ucap Kak Emma.

“Emmanuel Mouryn! Kamu ini masih kecil sudah tahu-tahuan genit, ya!? Ehmm..!” canda Papa.

“Papa Herlize Andre! Hahah.. Papa ini masih besar sudah tahu-tahuan genit, ya!? Hahaha!” canda Kak Emma.

“Emma, Emma.. haha! Anak Papa yang satu ini memang humoris, ya!”

“Hemmh!” ucap Kak Emma.

“Enak, lho, Pa! Malah enak sekali! Mama bangga sekali sama kamu, Sayang!” sahut Mama.

A little chef has managed to happy parents! My cooking was delicious as well, yes! I'm proud of you my cooking! Hahaha!

.

Empaaat.. Mata!

“Suzzane, bangun! Zane, hari sudah larut malam! Bandara California ini mulai sepi! Bangunlah!” ucap seseorang.

“Mmm.. lima menit lagi! Siapa, sih!?” tanyaku dengan marah: aku tak suka diatur-atur.

“Ini kami! Lucy dan Peter!” sahut mereka berdua.

“Lucy, Peter!? Mmm.. whooaah! Whaat..!? Lucy, Peter! Kalian kembaliii..! Whooa! Kalian, kok, enggak bilang kalau kalian sudah datang!?” tanyaku kaget.

“Mmm.. kita memang terlambat datang. Kemudian, kami dipersilahkan masuk dengan Paman Joe, dia menyuruh kami untuk membangunkanmu! Tapi kau tak mau bangun juga!” sahut Lucy jengkel.

“Tunggu dulu! Kalian membeli oleh-oleh, tidak? Misalnya hiasan dari Las Vegas dan New York. Atau liontin dari Jepang, atau apalah!” harapku.

“Nih, aku belikan sebuah tas untuk kalian. Kalau tas Suzzane yang dari New York. Kalau tas kamu, Luc, dari Las Vegas.” ucap Peter.

“Waah! Terima kasih, ya! Peter memang sahabat terbaikku!” kataku.

“Aku juga ada oleh-oleh. Nih, ada kimono dan boneka Jepang untuk kamu, Zane! Dan kamu, Pete, nih! Aku belikan sebuah jam dan sebuah robot ala Jepang!” kata Lucy.

“Waaw! Keren!” kata Peter terkagum-kagum.

Kami segera pulang dengan senang hati. Ini adalah hari terbaik sepanjang hidupku! Aku senang sekali bisa melihat TBF kembalii! TBF, we love you! Hoaap! Aku mengantuk, nih! Daa!

“Zane!! Banguun..! Nanti bisa-bisa kamu dimarahi Mrs. Rianty! Banguuun!!” teriak Kak Emma.

“Aaah, Kak Emma! Lima menit lagi, ya! Kakak cantik, deh!” rayuku.

“Aaah, rayuanmu itu sudah tidak mempan! Cepaat! Bangun, Zane!!” kata Kak Emma lagi.

“Memangnya sekarang jam berapa, Kak Emmanuel Mouryn!?” tanyaku.

“Jam, hmm.. coba Kakak lihat jam dulu. Jam, 06.58,” sahut Kak Emma.

“Waaa! Kakak, kok, dari tadi enggak bangunin aku! Kan, jadinya telaat! Sebentar lagi sudah masuk, Kak!! Whoaaa!” teriakku.

Klingklingkling… bunyi telepon genggamku.

“Hmm.. SMS! Dari, Luciana Masticius!!” kataku.

Isi SMSnya seperti ini:

Haduh! Gawat darurat, nih, Zane! Sebentar lagi Mrs. Rianty akan masuk kelas! Kamu jangan sampai telaat..! Mrs. Rianty, kan, punya empat mata! Dua di depan mukanya, dua di belakang rambutnya! JANGAN LUPAA! Duuuh! Kamu dari mana saja, sih! Cepat datang!!

“Sabar, sabar! Enjooy..!!! Whoaa! Turun!! Handuk mana!? Handuk mana!? Duuh! Haa! Ini dia! Mandi, mandi, mandi, mandi! Sssur! Sssur! Pakai baju! Pakai baju! Sarapan, sarapan! Haa! Selesai jugaaa! Sepeda mana!? Sepeda mana!? Ini dia! Sekolaaaah!! Im coming!” teriakku.

“Ya, Tuhan! Cepat sekali! Dia menyelesaikan ini hanya dengan semenit!!! Apakah mandinya bersih!? Hmm.. aku ambil kacamata dulu, aah!” tanya Kak Emma kepada dirinya sendiri.

Kemudian aku memasuki kelas, whoaa! Mrs. Rianty sudah ada di kelaas! Dia sedang menuli seseuatu di papan tulis! Gawaaat!

“Ssst.. Zane, hati-hati! Sini! Masuk kelas,” kata Luciana sambil membisik.

“Oke, oke!” sahutku.

Kemudian, aku memasuki kelas dengan perlahan-lahan dan hati-hati, tapi..

“Maaf, Mrs. Rianty! Apakah kau melihat di sebelahmu ada seseorang anak perempuan?” tanya Anna.

Beuuh! Lagi-lagi Anna! Mau apa, sih, dia!?” ucapku dalam hati.

“Ya, aku melihat! Dari kepala belakangku! Dia itu Nona Mercy, kan?” ujar Mrs. Rianty.

“Ya!” sahut Anna.

“Maaf, Mrs. Rianty. Aku telat! Aku mengakui kesalahanku, jadi hukumlah aku. Tapi, Anda tahu dari mana kalau kau sudah melihatku?” tanyaku.

“Dari belakang kepalaku! Kau itu belum tahu, ya! Aku itu, “Rianty Mike Aryson Bermata Empat”! Yang supercantik, superpandai, dan supertahu! Jadi, kau mengerti sekarang?” ujar Mrs. Rianty.

Aku hanya mengangguk, dan langsung duduk di kursiku. Aku diberi hukuman berupa.. “TIDAK BOLEH KELUAR KELAAAS!! DAN PIKET SELAMA SEMINGGU!! BAYANGKAAN! Gawaat!! Huh, nasib-nasib! Aku pasrah saja! Huwaa!

Go Back, Friends!

KriingKringKring..! Bunyi bel sekolah sudah berdering.

Hari ini hari Rabu, berarti ada pelajaran olahraga. Yang mengajar bernama Mr. Wellington. Mr. sangat baik, dia memang guru favorit anak-anak di sekolah United by State, Go! Ini. Kita akan bermain soft ball, atau sering disebut juga dengan nama permainan kasti. Pertama-tama, kita harus pemanasan terlebih dahulu. Tapi, kok…

“Mr. Wellington! Mr. Wellington!” teriak seseorang sambil berlari. Ternyata dia adalah Luciana.

“Hah?!” semuanya terkejut: karena Lucy adalah anak yang tepercaya.

“Maaf, aku telat,” ucapnya lemah.

“Apakah benar ini kau, Nona Masticius? Aku tak percaya, kau melebihi rekor terlambat di sekolah ini, kau melebihi Oliay Afrilnow, siswa yang datang dari Roma,” tanya Mr. Wellington tak percaya.

“Ya, aku memang telat. Jadi, hukumlah aku!!” sahut Luciana dengan muka yang melemah.

Luciana dibawa Mr. Wellington ke ruangan kelas. Dia dihukum berupa tidak boleh ikut olahraga. Kasihan dia.

“Eh, kok, si Masticius itu telat, ya?” bisik Anna terhadap teman-teman dengan senyum licik.

“Sudah, deh, Na! Aku tahu, kamu, kan, yang merencanakan ini! Kamu apakan Luciana!?” tanyaku.

“Apakan? Jadi, kue! Hahaha! Ketawa, dong, semuanya!” sahut Anna dengan senyum licik.

“Hahaha!” kata Juliana.

“Hahahahaha! Lucu banget!” kata Mozza.

“Waw! Hahaha! Si Lucy dibuat kue black forest! Hahaha!” kata Rinna.

“Bukan kue black forest! Tapi kue basi! Hahaha!” kata Joeny.

“Hahaha!” kata Asmeryn.

“Si Lucy jadi kue basi!? Tambah cacing! Iuuw! Haha!” kata Anna menambahkan.

“Hahaha!” tawa George.

STOP..!!! Kalian itu namanya melecehkan nama baik Lucy! Apakah kalian mau diejek-ejek, diolok-olok! Jangan begitu, dong, sama teman sendiri! Terutama buat si Anna, anak dari pemilik sekolah ini! Mentang-mentang kamu anak pemilik sekolah ini! Tapi, jangan sia-siain! Tapi mencontohkan yang baik! Kalau kamu mau mengadu ke ayahmu, jangan harap! Aku bisa pergi sendiri! Tanpa diusir! Sekolah ini memang kejaam..!!” belaku.

“Heuh! Ya, sudah!” kata Anna dengan muka marah.

Stop! Ada apa ini!? Ayo, kita lanjut olahraganya! Satu, dua, tiga, empat!” teriak Mr. Wellington.

Sesudah pelajaran olahraga, aku langsung ke kelas, dan menyapa Lucy yang sedang murung.

“Luc, jangan sedih. Kamu..” belum aku melanjutkan perkataanku, Lucy langsung memotong.

“Kamu dapat rekor paling telat di sekolah ini. Iya? Begitukah?” tanyanya sambil mendengus.

“Bukan. Bukan itu maksudku, Lucy. Jangan potong pembicaraanku dulu. Kalau aku sudah selesai, baru kau boleh berkata. Maksudku, kamu itu bukanlah anak yang dapat rekor tertinggi telat. Kamu jangan sedih lagi, dong!” jawabku.

“Tapi.. sudahlah! Jangan pedulikan aku! Aku sekarang tidak ingin jadi sahabatmu lagi, Suzzane Alferbert Mercy! Jangan ganggu aku! Aku tak ingin lagi jadi sahabatmu, SELAMANYA!!” ucapnya.

“Baik, tapi..” belum saja aku menyelesaikan pembicaraanku dengan Lucy, dia malah membentakku.

“CUKUP!! SEKARANG PERGI! AKU INGIN KAMU PINDAH TEMPAT DUDUK!! INI UNTUK ORANG LAIN! SUDAHLAH, SANA!” bentaknya. Aku hanya pasrah, aku menundukan kepalaku, dan menuju ke taman sambil membawa buku catatanku.

DearDiary,

Ada apa dengan, Lucy? Mengapa dia sekarang menjauhiku? Kenapa, Luc? Kenapa!? Kau punya teman lain? Atau, si Anica? Jangan bohong, deh! Sekarang, aku akan melupakanmu, untuk.. SELAMANYA.

Suzzane,

“Kalau dia tak mau berteman lagi, ya, sudah! Aku akan melupakannya. Jadi, aku akan mencari PENGGANTI-nya,” ucapku sedih.

2 tahun telah berlalu..

Aku telah mempunyai pengganti Luciana, aku bertemu dengan kakak kelasku, namanya Laura Brige. Kak Laura itu anaknya baik, cantik, periang, dan suka memberi solusi permasalahan. Aku suka sekali dengan Kak Laura.

Sedangkan Luciana, dia memang benar bersahabat dengan si Anica Fray, Anica si pendiam. Mereka selalu bersama, tapi aku tak cemburu. Kak Laura lebih baik! Akhirnya, permalahan bertubi-tubi pun datang dari pasangan sahabat Laura dan Suzzane. Kak Laura bilang, jika ia akan pergi ke Swiss selama 3 tahun. Aku sedih. Aku kesepian. Sedangkan si Lucy, dia bercanda tawa dengan si Anica. Biarlah! Kak Laura hanya pergi selama 3 tahun, ITU SANGAT LAMA!! Hmm.. aku sepii!

Lalu, aku pun membujuk rayu Lucy untuk sebagai sahabatku lagi.

“Luc, aku ingin bicara denganmu, kemarilah!” ajakku.

“Ada apa lagi!? Kau mau membujuk rayuku untuk jadi sahabatmu, dan Peter lagi! Tidak akan!! Pergi!” bentaknya.

“Baik! KITA TAK AKAN KEMBALI LAGI!!”

Esoknya di sekolah..

“Aaa.. aa.. apaa!?” teriak Anna.

“Kenapa, Na!? Aaa.. ada apa!?” tanya Mozza.

“Si anak enggak tahu diri itu mengirim SMS seperti ini,”

Halo, Anna! Apa kabarmu? Aku punya kabar baik, nih! Mau dengar? Ternyata, kamu, ya, yang menyebabkan aku dan Lucy, juga Peter hancur? Iya, kan!? Aku tahu kabar ini dari.. hmm.. kasih tahu enggak, yaa? Hmm.. lain kali saja, ya!

Bye,

Suzzane

“SIAPA YANG KASIH TAHU RENCANA INI!!? Kok, dia tahu kalau aku semua yang buat mereka bertiga hancur!” bentak Anna terhadap Mozza, dan Rinna.

“Sumpah, Anna! Bukan kita berdua! Sebenarnya, yang melakukan semua itu, si Ani.. ca! Tapi, kami, sih, yang kasih tahu dia, soalnya kita berdua kasihan,” ucap Mozza gugup.

“DASAAR!! Kenapa kalian kasih tahu! Dasar! Mulai sekarang, kalian aku keluarkan dari gengku yang superkeren dan supercantik ini! Heuh!” teriak Anna.

Di taman..

“Luc, maafkan aku, ya?” tanyaku.

“Bukan kamu yang pantas meminta maaf, tapi aku! Aku minta maaf karena aku salah faham tentangmu! Maaf,” sahutnya sambil mengulurkan tangannya.

“Iya!” setelah berjabat tangan, kami pun berpelukan, aku menangis terharu. Tiba-tiba..

“Ye! Semuanya sudah beres!” ucap Anica yang tiba-tiba datang dari belakang tembok.

“A.. a.. Anica! Makasih, ya! Aku tahu, kamu yang merencanakan rencana ini,” ucapku.

“Sama-sama!” sahut Anica. “Oh, ya! Aku akan mengabarkan tentang kabarku, aku akan pergi ke Washington D.C. selama beberapa minggu. So, kalian nikmati persahabatan kalian, ya!” ucapnya.

“MAKASIH! Tapi, kamu hati-hati, ya! Jaga dirimu baik-baik!” kataku.

“Iya, aku akan pergi malam ini,” sahutnya.

“Hei, kalian yang ada di sana!” teriak seseorang. Peter! Dia mengangkat topi yang menutupi wajahnya.
“Hei, kau tak menikmati suasana yang sejuk ini, Pete?” tanyaku.

“Tentu aku menikmati! Jadi, TBF kembalii!” sahut Peter.

“Ye!!” teriak Peter, aku, Lucy, dan Anica.

Pertama Kali…

“Hoaaap! Hmm.. hah!?” aku terlonjak kaget ketika melihat sebuah surat yang ada di sebelah kasur tidurku. “Siapa yang mengasih ini. Kan, aku ada di rumah, tak ada pengirimnya pula!”

Isi suratnya seperti ini:

Good Morning,

Halo, Nona Mercy! Kau sudah bangun? Baiklah. Aku ingin memberitahukanmu bahwa sebentar lagi, angkat barang-barangmu juga dirimu. Pergilah ke sekolah. Sebentar lagi, asrama putri dan putra akan dibuka. Tolong kehadirannya. Kita akan menikmati suasana indah di asrama kita!

See you soon!

“Hmmm.. asrama akan dibuka? Hmm.. oke! Aku akan mandi,” ucapku lemah.

Sesampainya di sekolah..

“Halo, Nona Mercy!” sapa Mrs. Qouryn lembut.

“Halo juga, Mrs. Qouryn,” sahutku.

“Kau ingin pergi ke asrama, bukan?” tanyanya lagi.

“Yup! Saya ingin pergi ke asrama. Kalau aku boleh tahu, asrama itu ada di mana, ya?” jawabku sekaligus bertanya.

“Ada di halaman belakang. Kalau begitu, saya pergi dulu, ya! Saya ingin bertemu Mrs. Heavenly.” kata Mrs. Qouryn menutup perbincangan.

“Oke! Sampai jumpa, Mrs.!” kataku sambil melambaikan tangan.

Aku pun menuju halaman belakang sambil menarik koperku yang superberat ini. Aku pun bertemu dengan sahabatku, Luciana.

“Hai!” sapa Luciana sambil memegang pundakku.

“Hai juga! Kau itu membuatku kaget saja,” candaku.

“Hmm! Kau sudah melihat asmara putri?” tanya Luciana.

“Sudah, eiitts.. belum!” sahutku.

“Jika belum, cepatlah! Kau akan merasa berada di surga jika kau berada di asrama itu, cepat!” ujar Luciana.

“Yup!”

Aku langsung berlari sambil menarik koperku ini. Akhirnya, sampai juga! Huh.. keringatku banyak sekali, lho! Yuk, langsung ke dalam!

“Dududu.. aiih! Ada apa ini?” tanyaku bingung. Di hadapanku ada kakek-kakek yang menjaga pintu asrama putri ini.

“Kau tak boleh masuk! Coba kulihat kartu pelajar khusus di sekolah ini dulu!” ucap kakek tersebut.

“Ini, kek!” kataku.

Nama lengkap: Suzzane Alferbert Mercy

Nama panggilan: Suzzane

Kelas: Draw Magician

No. Absen: 23

No. Kartu: 0223/3344

“Oke, kau boleh masuk!” ucapkakak, eh! Kakek tersebut.

“Yess!”

Akhirnya, aku diperbolehkan untuk masuk ke dalam asrama putri itu. Wow! Luar biasa! Ini benar-benar indah! Aku pasti betah jika berada di asrama ini. Senangnyaa! Pertama kali.. aku bisa melihat asrama seindah ini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun