Mohon tunggu...
Humaidah
Humaidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran

Gemar menciptakan ide-ide kreatif dan menghasilkan karya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Realita dalam Kumpulan Cerpen "Monumen" Karya NH. Dini

29 Juni 2024   13:35 Diperbarui: 29 Juni 2024   13:44 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kumpulan cerpen "Monumen" ini pertama kali terbit pada tahun 2002 melaluip penerbit Grasindo. Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini cenderung mudah untuk dipahami karena menggunakan bahasa sehari-hari dan sebagian besar bermakna denotasi. Melalui kata pengantar kumpulan cerpen ini, Dini sedikit menggambarkan tentang hal-hal yang melatarbelakangi ia menulis cerpen-cerpen ini. Sebagian besar memang terinspirasi dari kenyataan atau bahkan realita yang dihadapinya sendiri. 

Kumpulan cerpen ini diberi judul "Monumen" diambil darisalah satu judul cerpen di dalamnya dengan nama yang sama. Isi dalam cerpen "Monumen" ini sendiri diambil dari kisah nyata sang penulis. Disimpulkan dari kata pengantar cerpen ini, pada tahun 1991 Dini diajak untuk bergabung dalam organisasi sosial bertaraf internasional yang bernama Rotary Club Semarang Kunthi dengan semua anggotanya hanya kaum perempuan berkarir. Selama hampir tiga tahun lebih, Dini turut membantu kelancaran roda organisasi itu, salah satunya adalah berhasil memasukkan dana dari luar Indonesia untuk pengadaan air bersih di sebuah desa. Sehingga cerpen ini menjadi cerpen yang 100% sesuai dengan realita yang dialami sang penulis. (Dini, 2002).

Terlihat dari pemilihan judul buku ini, dengan menjadikan cerpen "Monumen"sebagai judul buku, NH Dini ingin menonjolkan judul cerpen ini agar pembacanya terfokus pada saat membaca cerpen ini. NH Dini memang terkenal dengan feminisnya, meski begitu sebenarnya iya menolak disebut seperti itu karena ia hanya menuntut kesetaraan gender bukan keistimewaan. Pada judul cerpen ini ia juga ingin menunjukkan bahwa perempuan bisa membawa perubahan dan perbaikan. Perempuan dengan segala keluwesannya dan kepandaiannya sampai-sampai bisa mendapatkan dana bantuan dari luar negeri untuk memperbaiki keadaan yang sangat kurang memadai.

Selain cerpen "Monumen", cerpen yang menarik perhatian saya selanjutnya adalah "Hanya Seorang Ibu." Cerpen ini juga berdasarkan kenyataan NH Dini dan ditulisnya pada saat ia tinggal di Prancis. (Dini, 2002). Lagi-lagi NH Dini menjadikan perempuan sebagai tokoh utamanya, dan kali ini ia mengangkat dari sudut pandang perempuan yang paling krusial, Ibu. Bisa dikatakan menjadi ibu adalah hal yang paling menyakitkan, apalagi jika melihat anaknya pergi, sakit atau bahkan harus kehilangan anaknya sendiri. Itulah yang dirasakan "Ibu" pada cerpen ini. Bahkan kepergian sang anak tak sendirian, ia pergi membawa ayahnya. Artinya, dalam waktu sekejap mata, "Ibu" harus kehilangan dua orang tersayangnya secara bersamaan.

Masih dengan penokohan perempuan, Dini ingin menunjukkan bahwa perempuan juga merupakan makhluk yang kuat. Tak mudah bagi seorang istri sekaligus ibu dapat menerima kepergian suami beserta anaknya dalam satu waktu dan melihat anak perempuannya harus merintih kesakitan karena terdapat peluru yang bersarang di paru-parunya. Namun, sosok "Ibu" tetap berusaha bertanggung jawab mencari pendapatan untuk biaya pemakaman dan perawatan rumah sakit.

Jika harus menilik sejarah dari NH Dini, beliau pernah dipersunting oleh seorang diplomat Prancis dan harus ikut suaminya bertugas dan akhirnya menetap di Prancis. Pada saat di Prancis inilah ia menulis cerpen "Kampung Kuning" dan "Hanya Seorang Ibu" pada tahun 90-an. Nyatanya, ia menulis ini setelah ia membaca banyak berita dan artikel di koran mengenai peristiwa kebengisan yang dipicu oleh kaum ekstrem suatu agama,baik di Afrika Utara maupun di kota-kota di Eropa. (Dini, 2002).

Begitulah kiranya gambaran sebagian besar cerpen dari kumpulan cerpen karya NH Dini. Ia sangat lihai menjadikan kisahnya atau hal-hal yang dilihatnya untuk dijadikan inspirasi dalam kepenulisannya. Dan jika dilihat dari cerpen-cerpennya yang berdasarkan kisah nyata itu, bisa dilihat bahwa Dini melewati banyak sekali kejadian dalam hidupnya bahkan di tempat-tempat yang berbeda. Melalui pengalaman menulis Dini juga lah kita bisa belajar bahwa kita bisa mengabadikan setiap rinci kehidupan dengan menulisnya atau menjadikannya cerita yang lebih berwarna.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun