Amarah pun ditumpahkannya saat perawat itu meninggalkan kami. Sayangnya, Ibu saya terlalu baik. Saat saya meminta petugas keuangan yang mengambil tambahan biaya alat kesehatan (ya, jarum-jarum yang gagal dimasukkan karena ketidakahlian mereka itu harus kami bayar juga) untuk menceritakan ketidakpuasan kami pada perawat tersebut, Ibu saya melarangnya. Namun saya berharap petugas itu tetap melakukannya karena saya ingin perawat itu sadar akan perbuatannya.
Sama dengan tujuan saya menulis dan membagikan pengalaman ini. Saya menulis bukan membahas apalagi menjelekkan nama baik rumah sakit tersebut, rumah sakit itu memang baik... tidak saya pungkiri. Saya hanya ingin perawat tersebut mengasah jiwa keperawatannya dan keahliannya sehingga tidak ada lagi pasien lain, khususnya yang berpembuluh darah tipis, yang akan tersakiti lagi olehnya. Jangan hanya demi mempertahankan egonya, harga dirinya, gengsi atau apalah itu sebutannya maka dia bisa seenaknya mencoba-coba menyuntik di lengan ibu saya. Tolong, lebih perhatikan etikanya dalam merawat pasien.Â
Tolong, lebih perhatikan pasiennya... jangan terlalu ngeyel. Kami sudah meminta agar dia meminta bantuan pada perawat lain, namun tidak dihiraukannya. Caranya melepas sabuk yang ada dilengan ibu saya pun kasar, perih rasanya kata ibu saya. Bahkan sekarang (18 Juli 2016), bekas tusukan kedua sudah mulai membiru. 'Sakit banget sih tusukan yang ini,' kata ibu saya.
Saya berharap tulisan ini dapat sampai kepada perawat tersebut dan dia dapat memperbaiki kesalahannya serta meningkatkan kualitas pelayanan dan perawatannya. Semoga tidak ada lagi perawat seperti perawat di atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H