Mohon tunggu...
Kao Hu
Kao Hu Mohon Tunggu... -

for the better world

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok: Isi ok, kemasan tidak masalah

24 April 2016   04:50 Diperbarui: 9 Mei 2017   04:06 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang berbeda dari Ahok dibandingkan dengan pemimpin/pejabat lain pada umumnya adalah ia lebih terbuka dalam pikiran dan perasaan. Buktinya ia selalu menjawab pertanyaan wartawan kapanpun ia ditemui. Setiap pertanyaan ia jawab dengan langsung, tidak ditunda apalagi off the record. Ia tidak tedeng aling-aling seperti kebanyakan kita yang suka unggah ungguh dan mempunyai tepa selira yang tinggi. 

Maka dalam rapat tentang banjir di sebagian wilayah Jakarta baru-baru ini ia mendamprat salah seorang walikota, dan mengatakannya sebagai berpihak kepada lawan politiknya, karena tidak melakukan penanganan banjir sebagaimana yang Ahok pikirkan. Dalam rapat yang dihadiri banyak orang itu, ia mengeluarkan uneg-uneg hatinya secara langsung, sehingga terdengar kasar bagi sebagian orang. 

Ia pun tidak melarang wartawan untuk memberitakan apa saja, termasuk kata-kara atau komentarnya yang pedas, yang tidak umum diucapkan seorang pejabat/pemimpin. Ditanya tentang laporan BPK terkait audit RS Sumber Waras, ia menyebutnya “ngaco”, dan itulah yang tertulis di media massa dan terdengar serta terlihat di televisi/ video/youtube. Bagi orang lain, kata “ngaco” segera diubah menjadi “kurang sesuai dengan kenyataan”, dsb. agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Tetapi bagi Ahok, kata itulah yang paling tepat dan ia tidak segera meralat, yang bisa saja dilakukan jika mau.

Ia pun terbuka dalam pengambilan keputusan dan kebijakan sebagai gubernur Jakarta. Setiap rapat (konon) selalu ia minta untuk direkam dan diunggah ke youtube agar publik tahu bagaimana proses pembuatan keputusan itu berlangsung. Walaupun tidak semua rapat dan pertemuan yang ia lakukan selalu terbuka, tapi wartawan tentu bisa menanyakan apa isi pertemuan tersebut.
Singkatnya ia lebih terbuka dalam pikiran dan perasaan dibandingkan orang lain.

Namun, keterbukaan ini ternyata tidak diterima dengan lapang dada oleh setiap orang. Banyak yang bilang ia tidak santun, kasar, arogan, sadis, dsb. Maka ia dikritik oleh orang-orang yang tidak memahami kepribadiannya, oleh lawan-lawan politiknya yang ingin populer, oleh mereka yang tidak tahu konteks atau suasana saat kata-katanya diucapkan. Sebagai contoh kata “ngaco” terhadap laporan hasil audit BPK yang telah membuat banyak orang tersinggung itu, sangat mungkin sebagai kata singkat untuk banyak fakta dan analisis yang menurutnya salah, dan itu tidak ditujukan kepada instansi BPK atau semua pegawainya, tetapi kepada laporannya.
 Komentarnya yang terucap tentu saja tidak selalu benar, seperti saat menyebut ada “sabotase” ketika ditemukan ada gulungan bungkus kabel di gorong-gorong. Ia mungkin sadar telah salah ucap, namun tidak terdengar ia meralat. Itulah kepribadiannya.

Bagaimana menyikapi hal itu?
Seharusnya kita bisa menerima kepribadian Ahok seperti apa adanya. Dalam era Internet sekarang ini, sudah tidak jamannya lagi menutup-nutupi perasaan dan pikiran rapat-rapat. Akan lebih efisien jika kita mendengar ucapan yang isinya berbobot walaupun disampaikan secara blak-blakan atau menohok. Isi harus ok, tetapi kemasan boleh apa adanya. Jangan lagi menganggap cara menyampaikan sama pentingnya dengan isi yang disampaikan. Buang-buang waktu dan tenaga saja kalau kita berharap setiap pemimpin harus santun, ramah, penuh basa-basi namun substansinya kosong.

Ke depan kita mungkin akan menyaksikan pemimpin-pemimpin seperti Ahok, dengan perilaku yang spontan, lugas, [caption caption="liputan6.com, panjimas.com"] [/caption], cenderung kasar, bisa menusuk perasaan. Karakter seperti itu tidak masalah. Yang penting mereka itu dapat dipercaya (amanah), jujur (sidiq), berilmu (fathonah), komunikatif (tablig), tegas dan berani, tidak KKN, tidak mementingkan diri sendiri/keluarga/kelompoknya, dan tentu saja cinta NKRI. Juga hasil kerjanya membuat hidup masyarakat lebih mudah, nyaman, lancar dan menyenangkan. Itulah ciri pemimpin yang diinginkan rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun