Mohon tunggu...
Ria Apriyani
Ria Apriyani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sejak kecil sampai sekarang menyukai hujan dan film-film animasi, tetapi selalu dikatakan mirip anak kecil. Suka jalan-jalan demi mempelajari berbagai kebudayaan dengan kekhasannya masing-masing dan mencicipi kuliner-kuliner yang memanjakan lidah. Sejak SD sudah kecanduan menulis, dan kini sedang dalam proses belajar agar mampu membuat tulisan menjadi candu.\r\nSaya juga menulis di griaa.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Punggungmu

28 September 2012   07:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:33 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Punggung. Dulu aku begitu menyukai punggung, terutama punggungmu. Punggung yang selalu terasa hangat dan kokoh setiap kali aku sandarkan kepalaku padanya. Sejenak, beristirahat tetapi bukan lari, dari rutinitas. Punggungmu itu yang selalu membuatku kembali menjejak bumi setiap kali aku lelah terbang.

Punggung... yang hangat dan kokoh, yang membuatku kecanduan kenyamanan.

Tapi kenapa sekarang aku malah muak berhadapan dengan punggungmu? Aku yang berubah, atau punggungmu yang tidak lagi hangat? Sudah sejak dua jam yang lalu kamu tidak mau menghadapiku. Aku tahu kamu menghindar, kenapa?

Sekarang aku benci punggungmu karena punggung itu kini kamu jadikan sebagai tameng. Tameng dari apa Sayang? Dari aku? Dari diri kamu sendiri? Sekilas aku bisa melihat wajahmu kini sepekat awan mendung yang aku lihat melalui jendela. Sepekat awan mendung, dan seperti awan mendung. Tampak menahan sesuatu, amarahkah itu? Salahku apa?

Punggung itu sekarang dingin. Aku lelah berhadapan dengan punggung, aku ingin kita bicara. Apakah sekarang punggungmu berfungsi sebagai voicemailmu? Aku tidak ingin bicara pada punggungmu, aku ingin membaca matamu.

Sayang, tolong, jangan lagi beri aku punggung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun