Keberanian untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pemikiran dalam bentuk tulisan. Keberanian untuk mengkritik sesuatu yang dianggap menyimpang. Keberanian untuk dibaca orang lain. Keberanian untuk menyampaikan protes, meminta keadilan, menyerukan suatu tindakan, dan keberanian untuk membebaskan diri.
Selain itu, keberanian yang tersirat dalam kutipan Pramoedya juga bermakna bahwa seorang penulis harus berani untuk menerima kritikan, komentar, di hujat, di debat dan sebagainya. Karena tanpa itu semua, seorang penulis tidak akan pernah mengetahui kelemahan ataupun kesalahan dalam penulisannya.
Kutipan dari sastrawan asal Blora, Jawa Tengah, ini juga kemudian sedikit banyaknya membuat saya cukup berani untuk menuliskan apa yang saya pikirkan. Lho, Kenapa mesti takut menulis? Toh, kita bukan lagi dijaman penjajahan. Yang dijajah secara fisik dan pikiran. Tidak ada kebebasan berpendapat. Apalagi di media sosial seperti saat ini. Mari beranikan diri untuk menulis. Ungkapkan lewat tulisan segala kegundahgulanaan. Abadikan sejarah lewat tulisan. Tidak ada yang akan mengasingkan kita ke pulau-pulau setelah itu.
Dengan modal keberanian, semua kesulitan akan teratasi. Berani salah, berani bertanya, berani memperbaiki dan kemudian berani menjadi bagian dari sejarah yang akan dikenang oleh generasi akan datang.
Meski masih jauh dari kata terarah dan sangat kaku dalam pembahasaan, tapi inilah yang disebut Pramoedya sebagai ‘Keberanian’.
Yang namanya memulai tidak langsung menjadi baik, ada proses yang harus dijejali. Dan dalam proses itu ada yang namanya gagal, jatuh tapi harus tetap bangkit lagi.
Menulis adalah sebuah pekerjaan yang membutuhkan keseimbangan antara emosi, pikiran dan kondisi badan…Â
Emosi yang stabil akan melahirkan karya yang baik, pikiran yang jernih akan melahirkan karya yang baik, kondisi badan yang sehat akan melahirkan karya yang baik, karena sesungguhnya semua karya adalah terbaik bagi yang telah melakukan keberanian untuk berkarya.
Namun emosi yang stabil di iringi pikiran yang jernih dan kondisi kesehatan yang prima akan melahirkan buah karya yang luar biasa.
Semoga semangat dari Pramoedya yang tetap memutuskan untuk menulis hingga usia senjanya, turut mengalir ke dalam jiwa anak muda pada saat ini. Semoga akan ada lagi anak muda yang melahirkan karya besar dan menjadi catatan sejarah seperti Pramoedya (dan tentu seperti kawan-kawan penulis besar lainnya).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H