Lalu salah satu mas itu menyahut,
“Mbak terlalu mepet dan pelan di depan.” katanya.
Dalam pikiran saya langsung terlintas ‘What the Heck?’ emang saya harus menikung seperti Valentino Rossi gitu?.
Saya kaget, karena baru kali ini mendengarnya. Setahu saya yang menjaga jarak untuk tidak mepet adalah kendaraan yang di belakang. Lagipula, saya juga harus mengimbangi kecepatan motor di depan yang juga berbelok.
“Mas, saya kan belok, udah pakai sein, gimana ceritanya?”
“Saya lihat loh, mbak. Saya saksi mata.”
Lalu saya tidak mengindahkan si mas tersebut, dan pergi mencari air mineral untuk si mbak.
Saat saya kembali, mas-mas itu sudah pergi, tinggal si mbak dan adik saya yang menemani.
Setelah beristirahat sejenak, mbak itu melanjutkan perjalanan pulang.
Adik saya bercerita, kalau salah satu mas tersebut membantu si mbak karena mau pdkt, ia bersikeras mau mengantar si mbak pulang, yang ditolak si mbak.
Oh, mungkin benar, mungkin tidak. Mengingat tampilan kami yang jomplang dengan mbaknya yang rapi, baru pulang kerja.