Baru saya sadar perempuan di sebelahnya yang dari tadi memegang amplop putih, hanya mendengarkan percakapan kami.
"Oh, boleh, mas."
"Saya titip ya, mbak."
Kami pun berkenalan, si mbak ternyata dari pulau di sebelah Surabaya, hendak menjumpai keluarga calon suaminya di Singkawang, yang jaraknya masih berjam-jam perjalanan dari Pontianak. Si mbak pindah duduk ke samping saya. Mas yang tadi pulang, ketika melihat adiknya sudah memilliki teman.
"Balik ke Madura, kak." kata adiknya.
"Oh, jauh ya rumahnya."
"Lumayan kalau dari Surabaya. Saya tuh gak pernah sendirian naik pesawat, biasanya sama keluarga. Jadi gak ngerti mau ngapain. Nanti temani ya, kak." pintanya.
"Iya." Padahal ini pertama kali saya ke bandara Juanda juga, hahaha.
Ternyata si mbak orangnya supel, saya punya teman ngobrol. Ketika saya tanyakan tiketnya, si mbak mengulurkan amplop yang sedari tadi digenggamnya.
Saya hanya mengelus dada melihat harga yang dibayarkan, Rp 1,3 juta untuk selembar tiket melalui agen travel, sedangkan saya hanya membayar Rp 600 ribu melalui aplikasi online. Dua kali lipat lebih selisihnya.Â