Mukjizat terjadi, kami tiba pukul 16.00 tepat. Saya langsung berlari keluar dari mobil menuju konter, nama kami sudah terdengar dipanggil oleh petugas bandara.
Petugas maskapai bandara sempat mendengus, ketika saya menyodorkan hp berisi bukti check ini online. Saya hanya tersenyum tidak enak. Tak lama, anggota keluarga saya yang lain datang menyusul.
Masalah datang kemudian, koper-koper kami tidak bisa masuk, karena bagasi pesawat sudah ditutup. Mau tak mau satu orang harus tinggal untuk mengurusnya.
Di tengah situasi yang panik, saya langsung menyatakan, “Sudah naik saja. Nanti saya nyusul.”
Petugas bandara bertanya kepada saya,”Kenapa ga yang laki-laki saja, mbak?”
Iya, di rombongan kami ada laki-laki, suami kakak saya, seorang warga asing yang tidak lancar berbahasa Indonesia dan tidak bisa bahasa Inggris.
“Dia gak bisa bahasa Indonesia, mas.”kata saya.
Singkat cerita, keluarga saya selamat terbang ke Pontianak, tinggallah saya dengan troli penuh koper.
Ketika mengecek penerbangan selanjutnya ke Pontianak, semua penuh hingga 7 hari kedepan. Memang saat itu sedang musim “sembahyang kubur”, ramai orang berangkat dari Jakarta ke Pontianak.
Entah kenapa, hati saya tidak merasakan apapun, sedih tidak, panik tidak. “Oh, oke mbak, makasih.” jawab saya. Dengan tenang saya mendorong troli ke luar bandara.
Hal yang pertama terlintas di pikiran adalah mencari tempat menginap, karena hari sudah beranjak malam. Setelah shalat maghrib di mushola bandara, saya memesan taxi online menuju hostel di daerah Jakarta Selatan yang telah saya booking online.