Mohon tunggu...
No Name
No Name Mohon Tunggu... -

Seorang pria

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

2XLove (I) 2: Gadis Cantik

21 Maret 2012   02:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:41 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jerry menoleh ke belakang. Melihat depan kelasnya. Beberapa murid yang masih berdiri dan mengintip-ngintip lewat celah pintu dan jendela memberitahunya kalau kelas masih ramai. Ah, sungguh memalukan tingkah murid-murid sekolah ini, ujarnya dalam hati. Melihat gadis cantik dengan cara seperti ini. Dan tampaknya ini akan berlangsung beberapa hari.

Bel masuk berbunyi dan Jerry harus kembali berdesakan untuk masuk ke dalam kelas. Masih ada beberapa murid di sekitar meja Julia. Senior-senior kelas tiga. Ah, memang sudah tradisi sekolah ini. Senior-senior pasti mengambil alih bila ada murid baru perempuan yang cantik.

Begitu seorang guru masuk ke dalam kelas, seluruh kelas kembali tenang. Jerry tetap diam tanpa sekalipun menoleh ke arah Julia. Kemudian saat rasa kantuk menyerang, dia merasa sebal dengan Wennendy yang tidak datang hari ini. Kalau bukan Julia yang kini duduk di kursi Wennendy, dia tak perlu malu kedapatan mengantuk seperti ini. Tempat duduk mereka; Wennendy, Andre, Hendrik dan tempatnya, sangat strategis untuk tidur dan tidak ketahuan guru. Bahkan Wennendy terkenal sebagai raja tidur di sekolahnya.

****

Jerry sudah beberapa jam duduk termenung bersandar di sofa. Kepalanya menengadah ke atas, tampak seperti tidur kalau dilihat dari jauh. Sedang mengingat kejadian sore tadi, saat ekstrakurikuler. Memang bebas mau melakukan apa. Mau main basket, volley, tenis meja atau bulu tangkis tak ada yang melarang. Tapi buat apa dia duduk-duduk di depan orang, tersenyum dan menarik orang datang. Sudah begitu, suara tawa teman-temannya yang terdengar berisik lagi tolol, sangat mengganggunya menembakkan bola ke dalam ring basket. Dan akhirnya, dia memilih menyengsarakan diri berjemur di bawah terik matahari bermain volley. Tapi kemudian gadis itu datang lagi, dan makin banyak yang mengekorinya. Ah, suara tawa tak terkendali yang sesungguhnya paling tidak dia sukai. Gombal-gombal temannya sungguh memuakkan. Tapi, ah. Dia tersenyum. Senyum yang persis sama dengan senyum saat dia menggedor hatinya dua malam yang lalu. Bagaimana hatinya kini bisa tidak kacau? Seluruh kelasnya, atau mungkin sekolahnya sibuk karena murid baru itu. Memang dia sangat cantik, tapi kenapa begitu suka perhatian? Perlahan Jerry sedikit sebal dengan gadis itu. Kenapa perempuan begitu senang diperhatikan? Dan kenapa harus oleh begitu banyak orang? Ah, memikirkannya hanya membuat hati berang.

Willy yang baru datang segera mengambil remote tv dari pangkuan Jerry. Suara cekikikan adiknya menertawakan wajahnya yang penuh lamunan membuatnya malu.

Kau melamun atau nonton tv?”

Diamlah.”

Willy tersenyum lagi. Lalu tertawa-tawa sendiri.

Apa kau tertawa-tertawa? Sini remote-nya! Mau main game aku.”

Apa? Main game? Bukannya mau melamun? Tampangmu galau benar.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun