Mohon tunggu...
Hugo Ryozka Jalu
Hugo Ryozka Jalu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

seminaris tingkat 1 di Seminari Santo Petrus Canisius Mertoyudan Hobi saya mendengarkan lagu

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman di Seminari Santo Petrus Mertoyudan

30 September 2024   10:45 Diperbarui: 30 September 2024   10:46 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

                    Halo! Perkenalkan nama saya Hugo Ryozka Jalu Wicaksana. Saya sekarang berumur 15 tahun. Saya adalah seorang seminaris. Kata orang seminari itu membosankan, adapula yang mengatakan seminari itu menghilangkan masa muda, tidak bisa berpacaran,adapula yang berkata bahwa seminari itu layaknya penjara, namun sebenarnya seminari tidaklah seburuk itu. Pada mulanya, sekitar bulan April tahun lalu, saya memutuskan untuk masuk ke Seminari St. Petrus Mertoyudan. Pandangan saya saat itu kurang lebih sama dengan kebanyakan teman saya. Saya sempat ragu dan bimbang karena pandangan saya sendiri dan teman - teman saya. Saya juga sempat menyesal mendaftar, namun saat PPDB saya merasakan ternyata asik juga menjadi seminaris. Hari berganti waktu yang ditunggu tiba, saya masuk seminari.

                    Pada hari itu saya bangun di rumah pukul 05.30 dengan kondisi barang sudah siap diangkut semua.  Hati saya berdebar karena hari itu saya akan berpisah dari rumah tercinta dan orang tua untuk waktu yang lama. Saya tiba disini kira - kira pukul 08.00. Saya menghabiskan menit - menit terakhir dengan keluarga sebelum akhirnya mereka pulang pukul 12.3o. Saya pada awalnya berjalan kesana kemari mencari teman agar tidak bosan. Saya bertemu dengan teman saya waktu awal PPDB bernama Gana asal Kampung Sawah, Bekasi. Kami masih canggung saat itu dan masih sedikit yang dapat dibicarakan. Kami berjalan - jalan mengitari Medan Pratama. Di seminari, wilayahnya terbagi menjadi empat yaitu, Medan Pratama, untuk tahun pertama, Medan Tamtama, untuk tahun kedua dan pengendapan panggilan menjadi imam, Medan Madya, untuk tahun ketiga dan menegaskan pilihan hidup ingin menjadi awam atau imam, dan Medan Utama, untuk tahun keempat dan penggenapan panggilan. Kami mengelilingi Medan Pratama sampai waktu makan tiba. 

                    Hari demi hari berlalu tak terasa sekarang sudah lewat 70 hari saya disini. Saya merasa bahagia tiap harinya. Saya melakukan rutinitas yang sama tiap tiap hari, makan, tidur, jam bebas, bersih - bersih, belajar, misa, dan melakukan devosi - devosi. Namun, di sini tak sebegitu ketatnya karena ada jam bebas, ada waktu untuk keluar, ada acara acara khusus tiap bulannya seperti lintas medan, minggu kunjungan, minggu paroki, ada juga waktu untuk menjelajah internet. Kami juga sering wisata kesana kemari tiap tahunnya ke tempat yang berbeda - beda. Kami sebagai seminaris tidaklah kehilangan masa muda, kami masih bisa melakukan kesenangan - kesenangan remaja, bahkan pacaran. Hidup kami juga tidaklah begitu suci dan harus berdoa tiap menitnya. Kami masihlah remaja yang kadang nakal. Menjadi seminaris itu asik apalagi di Seminari Mertoyudan. Jangan pernah takut jadi seminaris. Ayo masuk Seminari Mertoyudan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun