- Dari berbagai guru tersohor yang pernah diceritakan umat manusia, ada dua sosok yang kontroversial: Durna dan Kresna -
Ketika saya mengajar di depan kelas, maka terbentanglah betapa apa yang saya katakan melalui ucapan dan tulisan saya, begitu perkasa. Pengajaran yang saya bawakan adalah seperti sebuah senjata yang sama, yang dihunjamkan ke dalam sanubari para murid berkali-kali. Membekas dalam tanpa ampun. Perkasa. Pengajaran itu berjalan bersama waktu.
Suatu ketika, di bulan Januri dua tahun yang lalu. saya tercenung mendapatkan seorang mantan murid saya menyapa dengan sangat akrab. Dengan serta merta, mantan murid saya - yang saat ini telah menjelma menjadi seorang calon guru – mengingatkan saya pada kata-kata yang pernah saya lontarkan di kelas. Betapa kata-kata yang saya sendiri telah lupa, diingatkan kembali. Kata-kata saya, “See, I’ve told you!”. Kata-kata yang saya ucapkan untuk mengingatkan para murid yang tetap membuat kekeliruan walaupun telah diperingatkan begitu dikenang.
Setelah pertemuan yang sama sekali tidak disengaja itu, saya berkesempatan untuk merenung dalam kesendirian meyetir mobil sepanjang jalan tol Karawaci – Karang Tengah. Dalam perenungan tersebut, terlintas sosok Durna dan Kresna. Begitu tiba-tiba sehingga sayapun tidak bisa menjelaskan mengapa dua sosok tersebut hadir.
Durna dan Kresna adalah tokoh dalam pewayangan tanah Jawa dan juga dalam kisah Mahabharata. Durna adalah sosok guru kontroversial yang dalam keterbatasannya secara fisik dan emosi bisa menghadirkan sosok lain yang sangat dihormati oleh Kurawa dan Pandawa. Begitu kontroversialnya ia, hingga walaupun ia jelas-jelas berbuat kesalahan, para muridnya membiarkannya. Mereka memakluminya.
Durna dengan terang-terangan telah meminta Pandawa dan Kurawa untuk menyerani Pancala hanya karena motif dendam kepada raja Pancalayaitu Drupada.Dalih yang dikatakan pada Pandawa dan Kurawan pun sangat sederhana, sebagai sutau ujian akan ilmu perang yang telah mereka dapat dan juga bukti bakti para murid. Begitu lihainya Durna berbicara sehingga tanpa bantahan, permintaan itu segera merasuk dalam pikiran para murid. Kekuatan kata-kata. Sihir.
Kresna, datang kemudian. Secara perlahan, ia menjadi penasehat Pandawa setelah sekian konflik dengan Kurawa tak terhindarkan. Durna yang sejatinya adalah guru dari kedua belah pihak, akhirnya memihak Kurawa dengan pertimbangan lebih pada “perut” dan “periuk”. Kresna datang sebagai pengganti yang tepat. Segala nasehat yang diberikan oleh Kresna selalu didasari oleh filsafat-filsafat hidup yang mendalam. Kresna juga lihai, ia memberikan pengajaran dengan kata-kata yang menghunjam ke hati.Kekuatan kata-kata. Rasa.
Durna mengajarkan para muridnya bagaimana memanah sebuah sasaran. Kresna mengajarkan Pandawa khususnya Arjuna untuk memanah sasaran dengan memahami makna mengapa ia harus memanah sasaran tersebut. Perbedaan mendasar dalam memaknai satu perbuatan yang hendak kita ambil. Pengajaran Kresna begitu berbeda dengan Durna yang penuh dengan motif ingin mensejahterakan diri sendiri yang kemudia berujung pada muridnya yang ingin menang sendiri. Sementara Kresna, melandaskan pengajarannya tanggung jawab pembelajar untuk meningkatkan kebaikan di tempat di mana kejahatan merejalela.
Saat saya tersadar dari permenungan saya, maka satu pertanyaan tinggal. “ Apakah saya ini Durna atau Kresna?”
Semoga di mata para murid dan mantan murid, saya paling tidak mendekati Kresna. Sedikit Durna, boleh lah. Akhirnya, seorang guru seperti saya toh tidak sempurna. Saya masih mencari imaji seorang guru dalam diri saya antara Durna dan Kresna. Menurut anda?
Salam,
H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H