Mohon tunggu...
Teguh Widodo
Teguh Widodo Mohon Tunggu... pegawai negeri -

keep the ball rolling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak 14 Tahun Mencari “Pekerjaan” di Inggris

25 Oktober 2015   01:57 Diperbarui: 25 Oktober 2015   01:57 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak kelas 10 di Inggris biasanya diberikan kesempatan untuk melakukan praktik kerja lapangan (PKL) selama dua minggu pada awal musim panas tahun depan. Pekerjaan yang diinginkan bisa mereka cari sendiri atau disedikan oleh sekolah tetapi dengan jumlah terbatas.

Menurut pihak sekolah, walaupun kegiatan PKL ini tidak wajib tetapi para orang tua didorong untuk mendukung anak-anak mereka untuk turut serta dalam PKL ini. Kata mereka, PKL merupakan kesempatan bagi anak untuk mendapatkan pengalaman di dunia kerja. PKL merupakan bagian penting dari kurikulum. PKL juga merupakan kesempatan bagus untuk mengembangkan keahlian dan dapat membantu siswa untuk menentukan karirnya di masa depan.

Karena tempat PKL yang disediakan oleh sekolah terbatas, dan kamipun belum menerima daftarnya, maka saya dan istri mendorong si sulung untuk mulai mencari sendiri tempat yang dia minati. Tadinya, dia menolak untuk ikut. Tetapi dengan sedikit mendorongnya agar dia punya pengalaman, akhirnya diapun setuju untuk ikutan PKL ini.

Saya sebetulnya tidak pernah membayangkan anak yang baru saja genap berumur 14 tahun harus mencari sendiri informasi mengenai perusahan, lembaga, atau instansi yang bisa menerima PKL, menulis email lamaran sendiri serta mengisi formulir jika disediakan oleh si calon pemberi kerja. Saya sendiri tidak pernah melakukan PKL ini ketika bersekolah SMP/SMA di Jakarta. Setahu saya, di Indonesia, PKL hanya dilakukan oleh para siswa yang bersekolah di sekolah kejuruan. Karena saya bersekolah di SMA, jadilah saya tidak pernah punya pengalaman PKL ini.

Saya tidak tahu persis apa saja yang diajarkan di sekolah tetapi dia sudah mempunyai pandangan bahwa tidak ada pekerjaan yang hina walaupun hanya sebagai seorang cleaners atau pekerjaan yang dianggap kasar atau tidak membutuhkan keahlian lainnya. Saya tidak tahu pasti. Menurut dia, tidak ada yang salah dengan semua pekerjaan, asal tidak melanggar norma dan peraturan. Atau, jangan-jangan karena dia sudah menyaksikan sendiri pekerjaan sampingan ayah dan ibunya untuk menyambung hidup, jadi dia sangat menghargai semua pekerjaan J

Jadilah saya membebaskan si sulung untuk memilih calon pemberi PKL. Tentu saja dia tetap menyesuaikan dengan minat, jarak dari rumah ke calon pemberi kerja, dan jenis pekerjaan yang dilakukan.

Karena ayah dan ibunya tidak punya koneksi sama sekali di sini, jadilah langkah pertama yang dia dilakukan, dengan sedikit bantuan dari orang tunya, memohon bantuan paman google untuk mencari peluang PKL ini. Dalam waktu lebih dari dua minggu, akhirnya dia bisa mendapatkan enam calon pemberi kerja yang kemungkinan bisa menerima PKL dari siswa secondary school.

Setiap menemukan calon pemberi kerja, langkah selanjutnya dia siapkan. Dari mulai menulis konsep email, mengirimkannya, menjawab email jika ada tanggapan dari calon pemberi kerja, mengisi formulir jika ada serta langkah-langkah lain yang diperlukan. Saya tentu saja mengarahkan dan sedikit mengkoreksi isi email atau lamaran pendek jika memang diperlukan. Tapi praktis keterlibatan saya cukup minimal. Jadi hampir semua langkah dilakukan sendiri oleh si sulung. Pengiriman email lamaran tidak dilakukan serentak tetapi dicicil karena calon pemberi kerja tidak sekaligus ditemukan di internet.

Setelah email dikirim, ternyata sekadar mendapatkan email tanggapan dari para calon pemberi kerja itu tidak mudah. Si sulung mengirim email permintaan informasi/lamaran kepada enam calon pemberi kerja di kota tempat kami tinggal: Birmingham Nature Centre, Rolls Royce, Sea Life, NEC Birmingham, Library of Birmingham, dan Ackers Adventure. Sampai hari ini, tiga calon pemberi kerja belum menjawab email sama sekali. Satu calon pemberi kerja sudah menolak karena memang tidak tersedia pekerjaan untuk PKL, dan satu perusahaan menolak karena mereka sudah mempunyai kerjasama dengan sekolah tertentu.

Pengalaman mengirim lamaran dan menunggu jawaban dari calon pemberi kerja sudah merupakan pengalaman berharga buat anak saya. Dia bisa belajar untuk berjuang sendiri dengan bantuan minimal dari orang tua atau orang lain. Dia bisa belajar bagaimana meyakinkan calon pemberi kerja agar bisa diterima. Dia bisa belajar bahwa banyak hal yang kita inginkan dapat diraih.

Alhamdulillah, salah satu perusahaan, Ackers Adventure, menjawab positif lamaran si sulung. Perusahaan penyedia layanan petualangan outdoor ini mengirimkan formulir yang harus diisi oleh si sulung untuk meyakinkan mereka bahwa dia memang layak bekerja di lingkungan mereka. Anak saya kemudian menuliskan beberapa pengalamannya untuk meyakinkan mereka bahwa dia memenuhi syarat. Perusahaan ini juga sudah memberitahu bahwa walaupun nantinya sudah diterima tetapi dalam praktiknya, jika nanti si sulung tidak bisa memenuhi tanggung jawab yang diberikan, PKL akan segera dihentikan walaupun baru berlangsung satu hari misalnya. Kejam juga ya hehehe…

Sehari setelah formulir dikirim, Ackers menjawab bahwa si sulung diterima dan memberikan petunjuk lengkap bagaimana dia harus berpakaian, apa saja yang harus dibawa, siapa yang harus ditemui pada hari pertama, dan sebagainya. Anak saya kemudian menjawab bahwa PKL ini harus disetujui sekolah terlebih dahulu. Anak saya kemudian juga berinisiatif untuk bertanya kepada mereka mengenai penggunaan jilbab ketika bekerja. Mereka menjawab bahwa hal itu tidak menjadi masalah sama sekali asal warnanya sesuai dengan tidak cerah hehehe..

Jadilah si sulung mendapatkan pemberi kerja untuk PKL. Mudah-mudahan pengalaman mencari “pekerjaan” ini cukup bermanfaat untuknya.

Dia kemudian berinisiatif mengirimkan email pembatalan ke salah satu calon pemberi kerja yang belum menjawab.

Ternyata dia masih berharap mendapatkan jawaban dari dua calon pemberi kerja lainnya hahaha…saya bertanya kepada dia bagaimana jika dua calon ini menerima dia, mana yang kamu pilih? Dia menjawab: “Saya pikirkan nanti jika itu menjadi kenyataan…” hehehe…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun