Kalau kita ajukan kejahatan yang terjadi, mulai dari tuntutan ekonomi yang menyeret perempuan bekerja di luar rumah, hingga tugas utama sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya diabaikan begitu saja tanpa memperhatikannya.
Â
Dalam era komsumeris, perempuan dituntut menghasikan produksi sebagaimana laki-laki, bahkan terkadang harus memaksa mereka ikut andil meramaikan tempat prostitusi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan itu terjadi di zaman yang serba materialisme, Â semua dituntut menghasilkan produksi. Termasuk menggadaikan harga diri di bawah ketiak aturan ideologi sekularisme. Kekerasan seksual terhadap perempuan dibangku sekolah sampai diperguruan tinggi telah menjadi tontonan harian Melonggarkan jalan interaksi bebas tampa batas, belum lagi pemerkosaan secara brutal oleh para bandit-bandit dengan alasan kebebasan ekspresi.
Â
Menuduh Islam sebagai pelaku yang meminggirkan hak-hak perempuan  adalah tuduhan tak berdasarkan fakta. Islam datang dengan menempatkan perempuan ditingkat paling tinggi dan mulia. Dalam Islam disebutkan, keberadaan surga berada di bawah telapak kaki seorang ibu, perempuan. Artinya keindahan surga dapat diperoleh dengan memperlakukan perempuan dengan sebaik-baiknya perlakuan.
Khalifah Muktasim Billah pernah memimpin pasukan untuk membela satu perempuan yang disikap jilbabnya. Bandingkan dengan Prancis, baru-baru ini mengeluarkan undang-undang yang justru memojokkan perempuan dengan larangan berhijab. Anehnya manyoritas anggota parlemen Prancis menyetujui semua ini.
Â
Dalam catatan Melanie Phillips dari Daily Mail dalam sebuah artikel "How the West Was lost."Â Menuliskan penyebab kegagalan sekularisme Barat sebagai kemerosotan, materialistik, korup dan imorial. Maka kita dapat pastikan bahwa tujuan undang-undang yang diberlakukan di dunia Barat sejatinya untuk menikam umat Islam agar mereka menerima norma sekularisme sebagaimana yang dikatakan oleh David Blunkett sebagai Norms of Acceptability.
Â
Wallahu A'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H