Mohon tunggu...
Hudita A.R. Lubis
Hudita A.R. Lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - freelance writer

loves finding out trivia knowledge, understanding conspiracy theories, and reading anything that is hard to find in textbooks. I'm here to pass the time by writing interesting things to share with people. Hope you enjoy your time reading my writing!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Mati Menyendiri: Kodokoshi di Jepang dan Godoksa di Korea Selatan

16 Juli 2023   13:00 Diperbarui: 2 September 2023   00:01 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Mati Menyendiri menjadi sorotan dalam masyarakat Jepang dan Korea Selatan karena peningkatan kasus-kasus yang dilaporkan. Fenomena ini mencerminkan masalah sosial yang lebih luas yang terkait dengan isolasi sosial, kesepian, dan kurangnya dukungan sosial di kedua negara tersebut.

Dalam budaya Jepang dan Korea Selatan, terdapat fenomena yang dikenal sebagai "Kodokoshi" dan "Godoksa" secara berturut-turut. Fenomena ini memunculkan berbagai pertanyaan dan perhatian terkait isu sosial, psikologis, dan pencegahan. Artikel ini akan membahas fenomena Mati Menyendiri dan perbedaan antara Kodokoshi di Jepang dan Godoksa di Korea Selatan.

Perbedaan antara Kodokoshi dan Godoksa

Kodokoshi dan Godoksa adalah istilah yang digunakan di Jepang dan Korea Selatan untuk menyebut fenomena Mati Menyendiri. Meskipun istilah ini mengacu pada situasi yang serupa, terdapat perbedaan dalam penggunaan istilah dan pemahaman di masing-masing negara.

Di Jepang, Kodokoshi berarti "kematian sendirian". Istilah ini menggambarkan situasi di mana seseorang meninggal tanpa ada orang lain di sekitarnya. Fenomena ini sering terkait dengan populasi lanjut usia yang tinggal sendirian dan tidak memiliki keluarga atau teman yang dekat.

Di Korea Selatan, istilah yang digunakan adalah Godoksa, yang secara harfiah berarti "kematian di rumah". Godoksa merujuk pada situasi di mana seseorang meninggal dan mayatnya tidak ditemukan dalam jangka waktu yang lama, terutama di rumah atau tempat tinggalnya.

Sejarah Fenomena Mati Menyendiri di Jepang "Kodokudshi"

Sejarah fenomena Kodokushi di Jepang dapat ditelusuri kembali ke era pasca-Perang Dunia II. Setelah periode pembangunan ekonomi yang pesat, banyak orang tua Jepang terpisah dari keluarga mereka karena bekerja jauh dari rumah atau terlibat dalam kehidupan kerja yang sibuk. Hal ini menyebabkan kurangnya hubungan sosial dan dukungan emosional bagi generasi lansia.

Pada tahun 1980-an, pertumbuhan populasi lansia yang signifikan dan perubahan struktur sosial Jepang yang lebih individualistik menyebabkan meningkatnya kasus Kodokushi. Banyak orang tua yang hidup sendiri tanpa keluarga dekat atau kerabat yang merawat mereka. Mereka sering kali mengalami isolasi sosial, kehilangan hubungan dengan komunitas, dan merasa terabaikan oleh masyarakat yang lebih muda.

Baca juga: Suka Berkorban, Kamu Hanya Berempati atau Altruis?

Sejarah Fenomena Mati Menyendiri di Korea Selatan "Godoksa"

Sejarah fenomena kematian 'godoksa' di Korea Selatan dimulai pada tahun 2000-an ketika munculnya ekonomi yang sulit dan meningkatnya tekanan dalam masyarakat. Banyak individu, terutama dari latar belakang muda dan pekerja paruh waktu, mencari alternatif perumahan yang terjangkau di kota-kota besar seperti Seoul. Pilihan mereka jatuh pada "godoksa", yang menawarkan kamar sewa dengan harga yang relatif murah.

Fenomena kematian 'godoksa' menjadi sorotan publik pada awal 2010-an ketika kasus-kasus meningkat secara signifikan. Berita-berita tentang penemuan mayat di 'godoksa' menjadi berita utama dan memicu keprihatinan nasional. Pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat berupaya meningkatkan kesadaran tentang masalah ini dan mengajukan tindakan pencegahan yang lebih efektif.

Penyebab dan Faktor Pemicu Fenomena Mati Menyendiri

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab dan pemicu fenomena mati menyendiri. Beberapa di antaranya adalah:

  • Isolasi sosial: Kurangnya interaksi sosial dan dukungan dari keluarga dan teman dapat menyebabkan seseorang merasa kesepian dan terisolasi.
  • Kondisi kesehatan: Individu yang mengalami masalah kesehatan fisik atau mental sering kali lebih rentan terhadap fenomena ini.
  • Kurangnya perhatian: Beberapa orang mungkin tidak memiliki sistem dukungan yang memadai atau orang yang memerhatikan kesejahteraan mereka.

Dampak Sosial dan Psikologis dari Fenomena Mati Menyendiri

Fenomena Mati Menyendiri memiliki dampak yang signifikan secara sosial dan psikologis. Secara sosial, fenomena ini mencerminkan masalah dalam masyarakat yang harus ditangani, seperti kurangnya dukungan sosial dan isolasi.

Dari segi psikologis, fenomena ini dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan perasaan kesepian yang mendalam. Dampak psikologis ini tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalami fenomena Mati Menyendiri, tetapi juga oleh keluarga dan masyarakat yang terkena dampaknya.

Baca juga: Gosiwon, Tempat Tinggal Praktis dan Ekonomis di Korea Selatan 

Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Fenomena Mati Menyendiri

Pemerintah, lembaga sosial, dan masyarakat umum telah mengambil berbagai langkah untuk menanggulangi dan mencegah fenomena Mati Menyendiri. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain:

  • Program sosial dan dukungan: Pemerintah dan lembaga sosial memberikan program dan dukungan kepada mereka yang berisiko mengalami isolasi sosial dan kesepian.
  • Kesadaran masyarakat: Kampanye kesadaran masyarakat tentang pentingnya interaksi sosial, saling peduli, dan memberikan perhatian kepada orang-orang di sekitar dapat membantu mencegah fenomena ini.
  • Penanganan kesehatan mental: Penanganan masalah kesehatan mental secara dini dan menyediakan layanan konseling yang mudah diakses dapat membantu individu yang mengalami tekanan emosional dan kesepian.
  • Menciptakan komunitas yang inklusif: Masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua orang, termasuk mereka yang rentan terhadap isolasi sosial.
  • Memperhatikan tetangga dan teman: Saling memperhatikan dan memberikan perhatian kepada tetangga dan teman dapat membantu mencegah kasus Mati Menyendiri dengan mengidentifikasi tanda-tanda bahaya dan memberikan dukungan yang dibutuhkan.

Fenomena Mati Menyendiri, yang dikenal sebagai Kodokoshi di Jepang dan Godoksa di Korea Selatan, merupakan isu serius yang memengaruhi masyarakat. Penting bagi kita untuk menyadari pentingnya keterhubungan sosial dan memberikan perhatian kepada orang-orang di sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun