ego mereka, menghargainya, dan mengembangkannya dalam bingkai spiritualitas dan moralitas. Ego yang sehat adalah ego yang berdiri kokoh di atas keyakinan yang benar, tetapi tetap terbuka untuk hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia.
Suatu hal menarik ketika saya mendengar suatu kajian di youtobe yang narasumber oleh bapak Dr. Fahrudin Faiz tentang insan kamil karya Muhammad Iqbal. Dalam karya-karyanya, Iqbal mengajak manusia untuk menyadari potensiIni ciri- ciri ego menurut Muhamad IqbalÂ
Ciri ego adalah kesendirian yang esensial ( hakmu sepenuhnya) dan memiliki Pendirian..
Sifat Dasar Dalam Ego
Kebebasan pengertiannya adalah kita memilih menentukan nasib kita sendiri
Kreatifitas pengertiannya menggunakan akal sebagai dayacipta
Variabel Ego/Khudi
Self-Reliance (Kepercayaan pada Diri Sendiri)
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri tidak sibuk mencari kesalahan orang lain. Mereka yakin dengan apa yang mereka lakukan dan tidak membutuhkan pembenaran dari kesalahan orang lain. Kebenaran bagi orang yang percaya diri berasal dari keyakinan dalam dirinya sendiri, bukan dari penilaian atau standar yang dibuat oleh orang lain. Mereka hidup sesuai dengan versi kebenaran yang mereka pahami dan yakini.
Self-Respect (Menghargai Diri Sendiri)
Menghargai diri itu artinya tidak merendahkan diri sendiri atau orang lain. Orang yang benar-benar menghargai dirinya tahu kalau dia berharga tanpa perlu menjatuhkan orang lain, karena kalau sampai merendahkan orang lain, itu malah menunjukan kalau dia tidak menghargai dirinya sendiri. Menghargai diri juga berarti nggak sembarangan ngomong, bertindak, atau bahkan mikir yang jelek. Kalau kamu aja tidak bisa menghargai dirimu sendiri, gimana caranya mau menghargai orang lain?
Â
Self-Confidence (Yakin Pada Diri Sendiri)
Yakin dengan diri sendiri itu lebih dari sekadar percaya diri. Kamu mungkin punya kemampuan atau bakat, tapi kalau tidak  yakin sama diri sendiri, semua itu jadi tidak ada artinya. Pertanyaan seperti, "Apakah aku bisa?" itu berbahaya banget, karena itu menunjukan kamu ragu sama dirimu sendiri. Lebih baik kamu jalan aja dengan keyakinan, meskipun gagal, daripada cuma diam dan terus-terusan nanya, "Bisa nggak ya?" Kalau ternyata nggak bisa, tinggal diperbaiki dan belajar lagi. Setidaknya kamu udah nyoba, daripada tidak gerak sama sekali.
Self-Preservation (Menjaga Diri)
Menjaga diri berarti memahami nilai dirimu dan menggunakan segala yang kamu miliki dengan bijak. Itu artinya, tidak menyia-nyiakan bakat yang sudah diberikan, menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak membawa manfaat, atau membuang energi untuk hal yang tidak penting. Menjaga diri juga tentang menjaga fokus pada apa yang benar-benar berharga dalam hidupmu---impianmu, tujuanmu, dan kesejahteraanmu. Dengan begitu, kamu bisa tumbuh menjadi versi terbaik dirimu tanpa terjebak dalam hal-hal yang hanya akan menguras dirimu tanpa hasil yang berarti.
Self-Assertion (Penegasan Diri)
Self-Assertion adalah kemampuan untuk menegaskan keyakinan pada diri sendiri secara terus-menerus. Ini bisa berupa self-talk positif, yaitu berbicara pada diri sendiri untuk memperkuat kepercayaan diri dan nilai-nilai yang kamu yakini. Contohnya, meyakinkan dirimu bahwa kamu mampu, kamu kuat, kamu adalah pribadi yang baik, atau kamu seorang Muslim yang taat. Penegasan ini membantu membangun mental yang tangguh dan memperkuat pandangan positif terhadap dirimu sendiri. Dengan melatih Self-Assertion, kamu bisa menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri karena kamu sudah menanamkan keyakinan kuat bahwa kamu punya kemampuan dan potensi untuk berhasil.
Lima Hal Ini adalah Kunci untuk Membangun Ego
Tujuan utama membangun ego bukan sekadar untuk melihat atau memahami sesuatu, tetapi untuk menjadi sesuatu. Menjadi bukanlah hasil akhir yang statis, melainkan proses panjang yang terus berkembang. Inilah inti dari perjalanan ego---proses evolutif yang berkelanjutan, yang menuntut kita untuk terus bertumbuh, berubah, dan memperbaiki diri.
Ego yang kuat dibangun melalui usaha sadar yang terus-menerus, dengan fokus pada transformasi diri menuju versi terbaik kita. Proses ini melibatkan disiplin, refleksi, dan keberanian untuk melangkah maju, bahkan ketika menghadapi rintangan. Dengan memahami bahwa "menjadi" adalah perjalanan tanpa akhir, kita akan selalu terdorong untuk terus belajar, menciptakan, dan bergerak maju.
Kunci ini bukan hanya soal membangun ego untuk diri sendiri, tetapi juga untuk memberikan dampak positif bagi dunia di sekitar kita. Karena pada akhirnya, menjadi sesuatu yang berarti adalah tujuan ego yang sejati.
Sumber :
Ngaji Filsafat 130 : Muhammad Iqbal - Insan Kamil/ Narasumber Dr. Fahrudin Faiz
https://www.youtube.com/watch?v=QpDYaxY9m7Y&t=16s
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H