Mohon tunggu...
Imam Syamsul Huda
Imam Syamsul Huda Mohon Tunggu... -

Makhluk sisa-sisa feodalisme, terlahir dari kaum proletar yang terus bermimpi tentang arti "merdeka" secara utuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ku Nantikan Bahasa Toiletmu

20 Maret 2015   18:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:21 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bung,

Elok benar kata-katamu

Bahasa toiletmu itu

Menjotos mereka yang ada di depanmu

Memukul telak jidat lawan-lawanmu

Menampar habis hembusan suara yang kau anggap keliru

Bung,

Kau gunakan gaya bahasa lain daripada yang lain

Langkah berani yang kau tunjukkan

Membuatku tepuk tangan

Rasa cengangku padamu

Salut !

Bung,

Kata-katamu membuat mereka malu

Sulit mengelak dengan suara tercekak

Terbata-bata

Lalu kau libas dengan bahasa toiletmu

Semua kabur amburadul tak tau kemana

Bung,

Bahasa toiletmu menunjukkan gayamu berbeda

Dirimu berbeda

Tak sekalipun kau merasa sempurna

Merasa lebih baik dari mereka

Merasa lebih berkuasa

Merasa lebih tahu dari yang tidak tahu

Kau junjung tinggi sebuah persamaan

Kau simpangkan permusuhan

Merobohkan tiang perbedaan

Bung,

Ku nantikan bahasa toiletmu kembali

Entah kata apa nanti yang kembali muncul

Melawan kemunafikan dari para pendendam

Mereka, musuh yang ingin kau singkirkan

Benalu yang kian merugikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun