Mohon tunggu...
Muhammad Misbahul Huda
Muhammad Misbahul Huda Mohon Tunggu... Buruh - Santri Majelis Mujahadah Tap-Tip Purwokerto

Santrinya Masayikh Ajoenk Alfasiry

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengingat Kembali Buku "Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat"

19 Februari 2021   03:42 Diperbarui: 19 Februari 2021   03:51 2604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1) Menerima segala takdir. Artinya, kita harus benar-benar sadar bahwa hidup kita tidak akan lepas dari takdir Tuhan. Tidak ada kuasa sama sekali untuk kita, dalam hal merubah takdir yang Tuhan berikan, baik atau buruknya takdir yang menimpa kita, harusnya dan seyogyanya kita terima dengan lapang dada dan kesabaran hati-bagaikan lautan yang mempunyai tugas berat untuk menjadi muara dari berbagai sungai.

2) Menikmati segala masalah. Artinya, permasalahan yang sangat berat akan terasa ringan ketika kita mencoba untuk menikmatinya, sebaliknya ketika masalah berat tersebut kita justru malah menolak dan menghindari, tidak sedikit pun mencoba untuk menerimanya, maka akan semakin terasa berat.

3) Bersikap biasa-biasa saja. Bersikap biasa-biasa saja akan dapat ditempuh, apabila sudah mengantongi kedua tingkatan yang sebelumnya. Berskap yang seperti ini adalah perwujudan dari salah satu ungkapan orang-orang Jawa yang menyebutnya "ojo gumunan". Ketika dalam satu waktu mendapat pujian dari hasil yang telah dikerjakan, sikap yang ditunjukkan biasa-biasa, tidak lantas menjadi jumawa.

4) Penekanan terhadap rasa tanggungjawab-daripada menyalahkan orang lain. Tingkatan keempat merupakan tingkatan yang cukup sulit di aplikasikan, karena tingkatan ini seringkali diputar-balikkan, menyalahkan orang lain dulu, ketika sudah merasa aman baru menyelamatkan diri, bukan malah memiliki sense tanggungjawab. Mark mengajak kita untuk menumbuhkan sense tanggungjawab dengan segala konsekuensi yang ditanggung.

5) Menyadari Ketidaksempurnaan. Dengan rasa menyadari dan merasa bahwa tidak sempurna, hidup kita menjadi lebih tenang, tentram, dan nyaman. Ketika tidak ingin dan tidak sadar bahwa manusia kodratnya serba kekurangan, maka akan menyiksa dan menyengsarakan diri sendiri.

Dari pemaparan di atas, penulis mengambil sebuah kesimpulan bahwa kecerdikan dan ketajaman dari Mark Manson dalam menarasikan dan mengemas buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat menjadi capaian yang cukup brilian. Secara tidak langsung, Mark mengacak-acak dan membuat kocar-kacir kemapanan yang ada bahwa, iming-iming kesuksesan adalah awal penderitaan dan bahwa kebahagiaan adalah hal semu. 

Secara esensial menurut penulis, Mark adalah motivator hukum kebalikan, yang dikira kebanyakan positif, dianggapnya sebagai hal yang negatif. Begitu juga sebaliknya, yang awalnya dianggap negatif, di narasikan Mark dengan argumen-argumen yang menjadikan hal negatif tersebut menjadi positif. Mungkin inilah yang dicanangkan dalam judul, sebuah seni untuk bersikap bodo amat. Akhir kata, salam dari penulis, Mark adalah orang gila (luar biasa).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun