Mohon tunggu...
Huda Aulia
Huda Aulia Mohon Tunggu... Guru - huda aulia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai terhadap orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Al Hadid (57): 23)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Sahabat Rasul, Abdullah Ibn Jubair

30 Agustus 2021   23:51 Diperbarui: 30 Agustus 2021   23:59 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abdullah ibn Jubair adalah sahabat Nabi dari kalangan Anshar keturunan suku Aus. Ia telah berjanji untuk selalu taat kepada Nabi Muhammad saw ., karena taat kepada Rasulullah saw. berarti taat kepada Allah.

25 Sedikit pun tak ada keraguan dalam hatinya, apalagi niat untuk menggantikan rasa cintanya kepada beliau. la selalu mendahulukan kepentingan Nabi saw. dalam segala urusan dibanding kepentingan dirinya sendiriSebelum meletus Perang Uhud, Rasulullah saw. memilih 50pemanah yang dipimpin oleh Abdullah ibn Jubair. 

Beliau berpesan agar mereka mematuhi setiap perintah yang diberikan. Dan rahasia di balik perintah itu baru mereka rasakan dengan bayaran yang sangat mahal, yakni kekalahan kaum muslim.

Sebelum perang berkecamuk, Rasulullah saw. telah berpesan kepada pasukan pemanah, "Jangan pernah meninggalkan posisi kalian ketika kalian melihat kami dapat mendesak mereka. Sama halnya, jangan tinggalkan posisi kalian meskipun kalian melihat kami terdesak oleh serangan musuh!" Perintah Nabi saw. itu sangat jelas dan sangat mudah dipahami. Terlebih

lagi, perintah itu keluar dari lisan seorang nabiyangtidakakan berbicara kecuali dengan petunjuk Allah.Saat perang mulai berkecamuk, pasukan muslim berada di atas angin. Mereka dapat mendesak dan menghancurkan barisan musuh. Saat itu, semua muslim merasa yakin, mereka akan segera meraih kemenangan besar seperti yangdidapatkandi Badar. 

Tak sedikit pasukan musyrik yang tewas di tangan mereka. Ketika melihat banyak di antara kawan mereka yang berkalang tanah, pasukan musyrik lari menjauhi medan perang, meninggalkan berbagai perlengkapan dan perbekalan mereka. Menyaksikan keadaan itu, kaum muslim menyangka bahwa perang telah usai dan mereka meraih kemenangan. Maka, nyaris semua orang berlari ke sana ke mari memperebutkan harta pampasan dengan wajah yang ceria seraya meneriakkan pekik kemenangan.

Saat yang sama, pasukan pemanah memperhatikan dari atas apa yang terjadi di bawah. Mereka mengira, perang telah usai ketika melihat kawan-kawan mereka berlarian mengambil pampasan perang. Mereka khawatir tidak kebagian barang yang ditinggalkan pasukan musyrik atau dari korban yang tewas. Semakin lama mereka semakin gelisah. 

Sementara, mereka tak juga menerima perintah baru dari Rasulullah saw. Tidak mau menunggu lebih lama, mereka membubarkan diri dan berlari menuruni bukit. 

Mereka tak menghiraukan komandan mereka, Abdullah ibn Jubair, yang berteriak mengingatkan mereka agar bertahan di atas bukit. Mereka tak peduli meskipun Ibn Jubair mengingatkan mereka akan perintah Rasulullah saw. Mereka seolah-olah tuli karena pikiran mereka dipenuhi keinginan untuk mendapatkan rampasan perang. Mereka lupa,sesungguhnya  harta dunia pasti akan sirna dan akhirat merupakan pilihan yang terbaik dan abadi

Tak semua pemanah beranjak meninggalkan posisi mereka, Ada sepuluh orang yang bertahan di puncak bukit, termasuk komandan mereka, Abdullah ibn Jubair. Mereka berdiri kukuh, mematuhi perintah Nabi saw ., panglima perang tertinggi, Sedikit pun tak terlintas di hati mereka untuk menukar ketaatan kepada Rasulullah saw. dengan harta dunia.

Ketidaktaatan pasukan pemanah harus dibayar mahal. Divisi kavaleri Quraisy, di bawah komando Khaild ibn al-Walid, wira perang yang sangat cakap, menantikan saat-saat itu di balik bukit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun