Mohon tunggu...
Huda Ahmadi
Huda Ahmadi Mohon Tunggu... -

Kerja Keras, Kerja Cerdas dan Kerja Ikhlas

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Selamat Hari Ibu

22 Desember 2013   12:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:38 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini tanggal 22 Desember yang diperingati sebagai hari ibu yang bermula dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Penetapan tanggal 22 Desember sebagai Perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938.  Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.

Bukan tak ingin merayakan hari ini, tetapi bagiku semua hari adalah hari untuk memperingati dan berterimakasih atas peran seorang ibu. Karena sosok ibu adalah sosok yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Islam sebagai agama yang selalu menempatkan perempuan pada martabat dan derajat yang mulia. terlebih untuk seorang perempuan yang dipanggil ibu. عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Hadits ini sudah kita hapal karena begitu populernya, Hadits tentang ibu yang diulang-ulang oleh Rasulullah dalam menjawab pertanyaan salah satu sahabat tentang orang yang paling pantas untuk dimuliakan.

Disamping itu, ada pula kata matuiara (karena dalam tingkatan hadits, ini termasuk hadits dha'if) yang menyanjung ibu:  "Surga di bawah telapak kaki ibu". Derajat dan kemuliaan ini tidak begitu saja didapatkan perempuan yang namanya ibu. Tetapi ada sebuah perjuangan yang panjang yang tak bebas hambatan dan rintangan. Dimulai sejak ia mengandung selama 9 bulan, menahan Emesis gravidarum yang membuatnya lemas dan bahkan kurus dimasa trismester pertama, menderita sakit pinggang dan susah pewe di trisemester kedua, hingga mempertaruhkan nyawanya ketika menjalankan proses persalinan. Perjuangan ini belum usai. Karena dia harus mengatur pola hidupnya dengan kehadiran makhluk baru yang ada dalam buaiannya, memberikan ASI dan merelakan tubuhnya mengalami perubahan biologis dan psikis. Berlanjut hingga anak itu dewasa dan mampu berdiri sendiri (dimasa itu pun masih menjadi pikiran dan kekhawatiranny).

jadi wahai engkau anak perempuan, tanpa memantaskan diri menjadi ibu yang baik, kau sudah berpotensi menjadi malaikat, alangkah mulianya engkau menjadi malaikat yang cantik bersayap dan bermahkota emas dengan memantaskan diri menjadi ibu yang pantas untuk menjadi panutan anakmu? Hiasi hatimu dengan Akhlak dan ilmu agar kelak anakmu menjadi manusia yang dipuji orang karena dirimu #self talk

Selamat Hari ibu untuk semua Ibu di Indonesia, yuk ibu-ibu muda pantaskan diri menjadi ibu yang baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun