Mohon tunggu...
Achmad Syaiful Huda
Achmad Syaiful Huda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

just wanna make others smile, laugh and happy during their reading these short articles and hopefully it will benefit them with the informations and knowledge, insyaALLAH...Aamiiin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ngaji, Ngetweet atau Ngoment...?

11 November 2013   20:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:18 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Balik Ke Masa itu yuuuuuukz,....

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Membaca Al-Qur’an selepas magrib atau lebih simple nya kita sebut NGAJI, NDERES adalah salah satu BUDAYA yang di budidayakan di masyarakat Muslim Indonesia. Meskipun sebenarnya ndak ada aturan yang mewajibkan kita untuk mengaji selepas salat magrib sampai waktu isya’ tiba, namun seolah-olah budaya ini sudah menjadi MENU wajib bagi kita (baik di kota lebih-lebih di kampung). Dan biasanya yang menjadi TARGET utama kegiatan nderes ini adalah anak-anak remaja ke bawah karena mereka umumnya lebih mudah di AJAKIN dan di PENGARUHI, hehehe…

NGAJI boleh kita lakukan kapan saja, namun apa salahnya kalau menjadikan suatu kebiasaan baik yang turun temurun telah di wariskan dari generasi ke generasi untuk kemudian di lestarikan dan di BUDIDAYA-kan sebagai salah satu budaya bangsa, bahkan kalaw perlu kita PATENKAN biar ndak di KLAIM sama tetangga kita, hihihihi. TOooh dari budaya seperti ini, banyak dari kita menjadi tahu apa itu huruf Hijaiyah (alif ba’ ta’), bisa membacanya baik ketika huruf huruf itu berdiri sendiri ataupun ketika di sambung-sambungkan.

IRONIS-nya, nampak budaya mengaji selepas Magrib ini makin MODERN jamannya sudah mulai bergeser artinya dari tujuan semula. Kalau DULU banyak remaja menyibukkan dirinya dengan membaca Al-Qur’an baik di bawah arahan kakak seniornya entah itu di surau-surau kecil di kampung, masjid-masjid di perkotaan ataupun di rumah di bawah arahan orang tuanya masing-masing, namun hal itu sekarang sudah banyak berubah. Mereka (remaja) lebih suka “MENGAJI” yang lain, sebab ndak ingin di katakan NDAK GAUL sama temen-temennya. Nah looo…?

Tweeter dan Facebook seolah sudah menjadi “kitab Suci” yang baru bagi para remaja. Kegiatan ngetweet, retweet dan ngoment-mengoment telah mengambil PORSI besar dari waktu kesehariannya, tak hanya selepas magrib. Mereka lebih rela ndak dapat GANJARAN sepuluh pahala kebaikan sebagaimana di janjikan oleh-NYA untuk setiap huruf Al-Qur’an yang di bacahanya demi “MENGAJI” tweeter dan facebook yang ndak berpahala?. Piye jaal ?

Sungguh MIRIS bukan? maka’e ayo kita SUBUR-kan lagi budaya ini. Wallahu’alambissawaab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun