Mohon tunggu...
Politik

Partisipasi Politik

4 Februari 2018   14:51 Diperbarui: 4 Februari 2018   15:32 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika fitrah diartikan sebagai genesis, maka keharusan adanya Negara merupakan fitrah atau bawaan asal manusia dalam hidup bersama. Sejak awal manusia sudah harus hidup bernegara, manusia tidak bisa lepas dari Negara. 

Sifat itu merupakan konsekuensi manusia sebagai zoon poticon, makhluk yang tidak lepas dari politik serta appetitus societatis,yakni makhluk yang berhasyat untuk hidup bermasyarakat. 

Sebagai zoon politicon manusia tidak bisa menghindar untuk berpolitik dalam arti ikut menjadi anggota suatu Negara, pada saat bersamaan manusia tidak bisa menolak konsekuensi keputusan politik yang ditetapkan oleh Negara. 

Sebagai appetitus societatismanusia tidak mungkin bisa hidup sendiri. Hal ini ditandai dengan adanya saling ketergantungan antara individu yang saling membutuhkan diantara sesamanya. Karena itulah, manusia kemudian membentuk organisasi yang salah satu diantaranya adalah Negara.

Manusia yang berhasrat untuk hidup bersama tidak dapat dipastikan semua memiliki satu tujuan, sehingga perlu adanya suatu pendorong untuk mewujudkan suatu kepemimpinan yang dapat menampung segala aspirasi tiap-tiap individu. Baik pemimpin maupun yang dipimpin perlu berkontribusi untuk mewujudkan keinginan persatuan.

Dengan perlunya pendorong tersebut sebagai kaum yang dapat mencari suatu solusi tentang sebuah permasalahan tertentu, misal permasalahan hidup, permasalahan di masyarakat, ataupun permasalahan tentang bangsa, semua permasalahan itu harus bisa diselesaikan atau dicarikan solusi oleh penggerak dalam kehidupan masyarakat tersebut, atau kaum tersadar yang biasa kita sebuat sebagai kaum intelektual.

Kehidupan yang semakin dinamis menyebabkan banyaknya perubahan pola hidup bermasyarakat, sehingga memang perlu adanya peran kaum intelektual tersebut untuk menjadi protektor, atau penggerak agar kehidupan yang diingikan bersama bisa tercapai, bukan apatis akan pola kehidupan yang semakin dinamis. 

Apalagi pada zaman milenial ini, banyak sekali perubahan-perubahan pola hidup, jika tanpa ada suatu protektor, akan mendistorsikan kehidupan, tantangan hidup semakin berat, cara dan penggerakpun harus bisa mengontrol perubahan itu.

Appetitus societatis memang perlu di giring kedalam kehidupan yang terarah. Apalagi dengan tahun politik ini, kaum intrlektual perlu berperan aktif mengubah paradigma yang ada. Bukan malah terikut arus pemikiran yang seakan-akan mendistorsikan kehidupan. Karena dalam tahun politik ini, akan menjadi kesempatan bagi semua lapisan masyarakat, untuk mewarnai suasana kehidupan.

Penyadaran terhadap pentingnya akan sebuah politik akal sehat, yang selama ini di hilangkan substansi maknanya, oleh sebagian kaum yang mempunyai maksud untuk menguasai kehidupan di Negeri ini dengan kepentingan pribadi. Sehingga membuat masyarakat terhegemoni oleh politik hitam yang terjadi, yang kemudian masyarakat takut akan politik tersebut.

Tantangan yang dihadapi oleh kaum intelektual, bukan masalah yang sederhana, akan tetapi masalah yang berkenaan dengan bagaimana penghidupan jiwa politik akal sehat, yang selama ini hilang di jiwa Negeri ini.

Hilangnya politik akal tersebut bukan karena tidak adanya kaum kelas, namun tidak adanya kaum yang berfikir, itulah yang mengharuskan kaum intelektual untuk bisa mewarnai kehidupan masyarakat yang semakin tanpa arah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun