Jika digunakan terus menerus, bukan saja akan habis melainkan memberikan dampak kerusakan lingkungan jangka panjang. Sama halnya seperti busana yang kita gunakan jika berasal dari trend mode instant siap pakai.
Ancaman Emisi Karbon
Permasalahan saat ini adalah krisis iklim dan pemanasan global. Kedua, krisis pembuangan hasil industri dan lahan untuk pembuangan.
Saat ini, industri fashion menjadi penyumbang sekitar 10% dari emisi karbon, jumlah tersebut melebihi gabungan dari industri pelayaran serta penerbangan.
Ditambah limbah tekstil yang sulit terurai berkontribusi dalam pemanasan global. Sedangkan pewarna dan bahan kimia lain yang ikut menjadi bagian dari proses produksi tekstil ini larut ke dalam tanah dan bisa mencemari sungai dan sumber air lainnya.
Tanpa adanya perubahan, industri fashion akan membakar minimal seperempat anggaran karbon dunia pada tahun 2050.
Menerapkan Konsep Circular Economy
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah penerapan konsep circular economy dinilai berpotensi dalam mendorong substitusi impor di sektor industri.
Konsep circular economy adalah sebuah konsep ekonomi dalam alur lingkaran tertutup.  Sebuah ekonomi dimana kita berusaha untuk menggunakan sumber daya, bahan baku maupun produk jadi
yang bisa dipakai ulang untuk selama mungkin, dan menghasilkan sampah atau limbah seminimal mungkin.
Ada beberapa konsep yang telah dikembangkan untuk membuat fashion sirkular yakni fashion lambat, fashion sebagai layanan, meningkatkan pengumpulan untuk digunakan kembali, perbaikan baju rusak hingga pengalihgunaan.
Konsep circular economy erat kaitannya dengan salah satu kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah, yaitu industri hijau. Implementasi industri hijau adalah mengupayakan efisiensi dan efektivitas terhadap penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.
Menciptakan Produk Pakaian dari Limbah
Di industri fashion, potongan kain dapat didaur ulang menjadi barang baru seperti atasan, outer, celana, totebag, dan lainnya.