Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Worklife Balance Antara Realistis dan Privilege

1 Oktober 2021   22:17 Diperbarui: 1 Oktober 2021   22:19 43551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini Twitterland sedang ada percakapan yang menarik mengenai work life balance. 

Bagaimana ada pandangan orang dalam menglorifikasi mengenai pekerja 9 - 5 dan orang yang bekerja lebih dari itu.

Mungkin saya termasuk orang medioker, ketika saat ini sudah tidak terikat dalam pekerjaan kantoran. Kini sebagai freelancer saya lebih merasakan pekerjaan saat ini, ditambah pandemi ini membuat saya bekerja 24/7.

Bahagia kah saya?
Sukses kah saya?

***

Waktu saya masih bekerja kantoran, kadang saya bekerja bisa lebih dari jam kantor semestinya. Bukan karena ambisius atau tidak produktif di jam kerja normal. Namun, kadang suka ada arahan tiba-tiba dari atasan yang datang di jam-jam ajaib.

Bisakah saya menolak? Seharusnya bisa.

Belum lagi misal saya anak baru yang ingin pulang cepat. Tapi, karena membawa adat orang Sumatera untuk lebih sopan ke senior, maka saya menahan dulu untuk pulang duluan walaupun pekerjaan sudah selesai.

Argh, teriak saya dalam hati.

Lantas saat ini orang-orang bicara mengenai work life balance.

Apa sih sebenarnya work life balance?

Definisi work life balance merupakan kondisi diri kita dengan pekerjaan dan aspek kehidupan kita dalam kondisi seimbang.

Mungkinkah setiap orang bisa mendapatkan kondisi ideal seperti ini?

Minggu lalu saya menonton serial Jepang di Netflix berjudul The Road to Red Restaurants List. Drama bercerita tentang seorang pekerja kantoran yang medioker. Di akhir Jumat, dia kabur seorang diri tanpa mengajak istri dan anaknya menggunakan mobilnya untuk keluar kota sambil bermalam di dalam mobil.

Baginya, kegiatan ini adalah untuk membuat hidupnya seimbang. Setelah lelah dengan drama di kantor, dia juga ingin memiliki waktu untuk hobinya.

Menurut kalian apakah pria ini memiliki work life balance?

Banyak orang bilang waktu yang tidak seimbang antara kerja dan aktivitas lain karena memang tuntutan pekerjaan. Saya merasakan perbedaan jam kerja ketika sebelum dan sesudah pandemi.

Dalam dunia kerja, salah satu bentuk kemudahan dan perubahan sebagai efek dari era digital ini adalah berpindahnya tempat kerja, yang semula bekerja identik dengan datang ke kantor dan melakukan urusan pekerjaan di sana, sekarang pekerjaan dapat diselesaikan dimanapun dan kapanpun.

Karena tidak ada batasan lagi, sering kali saya mendapatkan cerita dari teman-teman yang melakukan kerja dari rumah

Bagi seorang pegawai untuk berdiskusi dengan rekan kerja atau atasan, karena hanya dengan bermodal laptop dan smartphone segala bentuk komunikasi serta urusan pekerjaan dapat diselesaikan tanpa harus berada dikantor.

Untuk bekerja maksimal, kita perlu energi yang bisa membuat kita bekerja fokus ke tujuan.

Ada yang yang menghendaki konsep work-life balance seperti jumlah hari cuti yang lebih lama. Namun ada juga pengen kepuasan individu dalam bekerja untuk mencapai tujuan pribadi dan perusahaan secara optimal.

Situasi kantor seperti ini masuk dalam lingkungan kerja yang menjadi dambaan para generasi millennial dan Z sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia.

Sebagai pekerja profesional, tentunya kita dituntut untuk bekerja sekaligus mengurus keluarga di saat bersamaan. Kita sendiri harus mampu mengelola waktu secara efektif. 

Realistis saja dengan apa yang sedang kita hadapi

Dari sisi perusahaan tentunya bisa memberikan suasana yang kondusif lewat berdiskusi bagaimana agar karyawan mereka bisa tetap efektif.

Kehidupan work life balance itu seperti suasana kerja yang nyaman, team kerja seru, pas weekend masih bisa me time untuk ke mall atau cafe favorit.

Akhirnya, definisi work life balance pun juga harus realistis. Sesuaikan dengan goals dan privilege.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun