Fenomena yang terjadi di negara berflower 62 ini adalah latahnya orang-orang yang menjalankan praktik digital marketing untuk membantu memasarkan produk yang mereka jual.
Media sosial kini sudah menjadi bagian dari keseharian banyak orang. Tak sedikit orang menjadikan media sosial sebagai sumber pendapatan.
Muncullah sebutan-sebutan baru untuk para selebriti media sosial ini.
Keberadaan buzzer, influencer, endorser, dan blogger menjadi lahan basah yang dilirik oleh banyak orang. Entah dari anak muda hingga orang dewasa. Sekilas ketiganya terlihat sama. Padahal, fungsi dan pekerjaan mereka berbeda.
Makanya penting untuk para pebisnis untuk tahu mengenai perbedaan dari buzzer, influencer, endorser, dan blogger agar dapat memutuskan strategi pemasaran yang tepat.
Inilah beberapa perbedaan yang bisa kalian ketahui.
1. Buzzer
Berasal dari kata Buzz yang berarti berdengung, orang-orang yang senang membentuk kelompok untuk memberikan sebuah rumor.. Tugas dari seorang buzzer tentu saja menyebarkan hingga menyampaikan informasi secara berulang.
Hal yang biasanya dilakukan, buzzer ini dikerjakan oleh sebuah kelompok sehingga waktu penyampaian informasi bisa lebih besar.
Sentimen buzzer sendiri lebih kuat ketika dijadikan alat politik di Indonesia. Buzzer dirancang untuk terus menerus menyebarkan informasi. Akan tetapi, buzzer tidak hanya digunakan di elit politik. Dalam dunia bisnis, buzzer juga kerap digunakan sebagai salah satu strategi marketing karena mereka bekerja secara cepat.
Tentu saja tujuan yang ingin dicapai adalah menjangkau audience dan menjadi trending topik untuk dibicarakan oleh masyarakat luas. Biasanya buzzer yang dicari disortir berdasarkan angka follower.
Tugas utama dari buzzer memang untuk menggiring opini publik agar orang bisa berpikir apakah tertarik atau tidak. Sehingga brand awarness produk diketahui oleh banyak orang.
2. Influencer
Brand-brand nasional maupun lokal sekarang mata tertuju pada influencer. Influence tidak seperti buzzer yang hanya menyampaikan informasi berulang-ulang tanpa harus memikirkan siapa target audience, apakah mereka tertarik atau tidak.
Brand image dari influencer memang menggoda, apalagi kelompok influencer dari kelas nano, mikro, hingga mega. Semua kasta influencer ini punya pasar tersendiri.
Menjalani profesi sebagai influencer wajib punya skill khusus untuk bisa menyakinkan audience buat mencoba brand yang dipromosikan.
Bisa dibilang sekilas influencer ini mirip dengan sales marketing. Mereka mempromosikan secara halus lewat pengalaman mereka ketika menggunakan produk tersebut.
Tentunya dalam mencari influencer, ada beberapa hal yang bisa dilirik. Seperti engagement rate yang baik, cara kerja hingga ke attitude.
Jika influencer itu cerdas, harusnya mereka bisa mengenal produk secara detail untuk dipromosikan. Namun, hal ini tidak mungkin terjadi untuk influencer instan yang hanya menyuntik follower agar bisa mengelabui pihak brand.
Ada berbagai cara yang bisa digunakan influencer untuk mempromosikan produk. Bisa melalui foto, video singkat atau bermain dengan story telling untuk menjangkau audience.
3. Endorser
Kalimat endorse tentu sudah tidak asing di telinga kalian. Arti endorsement sendiri merupakan bentuk dukungan akan suatu hal. Makanya tidak jarang pemilik bisnis menyiapkan biaya pemasaran untuk membagikan produk-produk mereka sebagai bentuk endorse.
Cara ini sekarang sudah lumrah dan diterima oleh banyak orang. Para endorser akan mengenalkan dan mempromosikan sebuah produk ke follower mereka.
Produk bisa saja laris terjual, apabila endorser yang dipilih memiliki value di mata followernya.
4. Blogger
Selama lebih dari 10 tahun menjalani sebagai blogger. Ada banyak suka duka. Blogger sendiri kelompok orang yang multitasking tidak hanya mereka menulis untuk dibaca lewat blog pribadi mereka. Tapi, mereka kini juga harus dibekali banyak skill misalnya fotografi dan videografi.
Walau saat ini blogger dirasa mulai meredup, tapi pasarnya jelas selama brand masih ingin membidik SEO Google sebagai traffik utama, maka peran blogger masih ada.
Hal yang dikerjakan oleh blogger bisa merangkap menjadi endorser, buzzer, hingga influencer. Namun, tentunya hanya untuk blogger yang memang telah memiliki personal branding yang kuat.
Dalam menjalankan campaign, biasanya blogger yang profesional sudah tahu dengan apa yang akan dikerjakan. Bagaimana mereka mereka membuat konten untuk dipromosikan sekaligus.
Blogger tidak bisa disamakan dengan orang-orang yang tidak memiliki blog. Misalnya dia hanya punya instagram, tapi tidak memiliki blog yang aktif maka  tidak bisa disebut sebagai blogger.
***
Itulah penjelasan mengenai perbedaan antara buzzer, influencer, endorser, dan blogger.
Semua peran profesi ini memiliki pengaruh dan kehadiran mereka sampai saat ini masih dicari. Makanya, sebelum mengajak kerjasama bisa untuk mencari dulu track record dari mereka sebelum diajak kerjasama untuk brand kalian.
Serta, pastikan kalian memiliki kontrak yang jelas agar akad kerjasama berjalan lancar.
Terakhir, jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan berkala untuk mengukur efektifitas ketika menggunakan jasa-jasa mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H