Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ini Cara Menyajikan Pempek yang Benar ala Orang Palembang

22 Agustus 2021   15:21 Diperbarui: 22 Agustus 2021   15:33 41279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buat kamu yang bukan orang Palembang, apa cara makan pempekmu sudah benar belum?

Sebagai orang asli Palembang, agak tergelitik memang melihat cara penyajian pempek dengan cara yang kurang tepat yang dilakukan oleh orang luar Palembang.

Meski berasal dari Palembang, makanan yang terbuat dari olahan ikan tenggiri ini tampaknya telah menjadi kuliner yang akrab di lidah banyak orang. Kecuali, untuk orang yang tidak terbiasa dengan aroma ikan. Saya cuma mau bilang, kasihan.

Pempek umumnya disajikan dengan cuko, kuah pedas berwarna hitam pekat. Kuah hitam ini terbuat dari asam jawa, cabe rawit, bawang putih dan gula batok. Jika ingin mendapatkan tekstur asin gurih bisa tambahkan tongcai di dalamnya.

Penyajian yang saya jumpai, pempek yang sudah digoreng lalu dipotong-potong, dan masih hangat diletakkan di piring, ditaburi potongan timun, dikasih mie, dan dituangi cuko.

Terlihat simpel dan normal ya?

Percayalah, kalau kamu makan pempek dengan cara seperti di atas waktu di Palembang. Maka, kamu akan ditertawakan.

Kalau kata kami : "apo-apoan kamu!"

Ini persepsi yang keliru. Pertama, tidak semua jenis pempek Palembang itu melalui proses digoreng. Cara ini bisa menyebabkan bagi penikmat pemula akan gagal dari segi rasa, bentuk, hingga tekstur dari peyajian yang salah.

Bagi kami orang Palembang akan bilang : is this a joke?

Memang ada pempek yang digoreng, misalnya untuk jenis pempek adaan berbentuk bulat. Alasannya bahan pempek ini menggunakan campuran santan, kemudian pempek kulit yang menggunakan kulit ikan hitam yang diolah kembali.

Sisanya semuanya disajikan dalam kondisi rebus. Apalagi kalau pempek keriting kamu goreng, maka kamu akan kehilangan tekstur si keriting ketimbang hanya mendapatkan rasa garing.

Beberapa orang teman saya di Jakarta, saya coba tanyakan ternyata mereka kurang suka aroma amis pempek, makanya digoreng krispi. Hal ini sama dengan siomay sombong yang saya pasarkan ke Jakarta. Ternyata mereka berpikir siomay akan lebih enak kalau digoreng seperti batagor.

Saya hanya pikir mereka-mereka ini belum tahu cara menikmati pempek rebus. Menikmati pempek rebus itu lebih nikmat, kamu bisa merasakan aroma ikan yang segar, gizi pun tercukupi. Apalagi kalau disantap dalam kondisi yang hangat.

Dan, kuah cuko pun tidak seharusnya disiramkan di atas pempek. Sebaliknya, penyajian cuko dan pempek dipisah. Apalagi penambahan mie kuning di dalam piring yang mana kalau kami menamakan sebagai Rujak Mie!

Kuah cuko ini biasanya disajikan dalam bentuk botolan, dan kamu perlu menuangkannya sendiri ke wadah yang telah disediakan.

Selanjutnya, untuk cara makannya cukup mencocolkan pempek ke dalam wadah cuo atau hirup cuko terlebih dahulu baru pempek dilahap.

Bagi kami orang Palembang, meminum cuko langsung dari wadahnya adalah cara yang benar untuk menikmati pempek. Sensasi yang beda tanpa harus digoreng. Bukannya kalau digoreng menjadi tidak sehat?

Jadi, selama ini bagaimana cara makan pempek kalian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun