Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Palembang Artikel Utama

Susur Sungai Musi, Rasakan Sensasi Cipratan Air Sungai

25 Juli 2021   19:20 Diperbarui: 25 Juli 2021   21:27 10347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Palembang memang identik dengan pempek sebagai kuliner khas yang wajib dicari ketika berkunjung ke Palembang. Namun, bukan hanya wisata kuliner saja yang bisa kamu jumpai sewaktu tiba di Palembang. Kamu juga bisa menemukan wisata air untuk menyusuri Sungai Musi yang menjadi sungai terpanjang yang ada di Sumatera.

Walau suasana pandemi seperti ini, wisata air masih menjadi primadona saya untuk kabur sejenak dari jenuh.

Terlebih lokasi Sungai Musi memang persis di tengah kota sehingga sangat mudah menjadi titik temu para pelancong. Terbentang megah bangunan Jembatan Ampera yang menghubungkan kawasan Ulu dan Ilir dengan perahu ketek.

Moda transportasi yang menjadi andalan bagi warga lokal Palembang untuk menyebrangi Sungai Musi adalah perahu ketek.

Melancong Wisata Air di Sungai Musi

Perahu Ketek masih digunakan sebagai sarana transportasi tradisional sampai sekarang. Dan juga sebagai tempat tinggal oleh masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Musi pada masa lampau.

Air Sungai Musi menjadi sumber kehidupan bagi warga bantaran sungai. Aktivitas yang masih bisa kita jumpai mulai dari MCK (mandi, cuci, kakus) di sekitaran bibir sungai. Di kala sore, anak kecil pun sudah pandai menyelam.

Masih banyak masyarakat luar Palembang yang belum mengetahui adanya destinasi wisata Sungai Musi menyusuri kawasan menggunakan perahu ketek ini.

Kebanyakan wisatawan yang datang hanya berkunjung ke Jembatan Ampera sebagai ikon kota Palembang. Lalu, pergi lagi untuk mencari toko-toko pempek. Hal ini sangat wajar, karena pemerintahan kota sendiri terlihat kurang antusias untuk menjadikan Sungai Musi sebagai sektor wisata utama di Kota Palembang.

Tidak sulit untuk menemukan perahu ketek di Palembang. Dermaga perahu yang dibangun persis berada di bawah Jembatan Ampera. Hampir rata-rata tukang perahu ketek akan memanggil-manggil untuk menawarkan kamu naik perahu mereka.

Kamu mau ikut naik perahu ketek bareng saya?

Saya akan ajak kamu singgah ke beberapa tempat menarik yang bisa dijangkau menggunakan perahu ketek.

1. Pulau Kemaro

Pulau Kemaro Palembang (sumber : deddyhuang.com)
Pulau Kemaro Palembang (sumber : deddyhuang.com)

Pulau yang terbentuk dari delta kecil terletak di Sungai Musi ini menjadi objek wisata yang dibanggakan oleh masyarakat Palembang. Dengan menggunakan perahu ketek, kita bisa menempuh jarak 6km sambil menikmati pemandangan luas Sungai Musi dan kegiatan masyarakat disekitar.

Di atas pulau kecil ini, Pulau Kemaro tak jauh berbeda dengan tempat asing yang tak berpenghuni. Namun, di dalamnya ada sebuah kelenteng bernama Hok Tjing Rio.

Dibingkai dengan legenda kisah cinta sejati dua insan beda negeri, ditandai dengan bangunan ibadah yang ditata di pulau kecil ditengah Sungai Musi dengan latar belakang sungai nan indah dan bangunan industri, sungguh memberikan daya tarik tersendiri.

Klenteng di dalam Pulau Kemaro (sumber : deddyhuang.com)
Klenteng di dalam Pulau Kemaro (sumber : deddyhuang.com)
Tempat ibadah ini bersemayam dua kuburan sebagai pengingat cerita rakyat terbentuknya Pulau Kemaro yang berasal dari kisah cinta Tan Bun An dan Siti Fatimah.

Di area belakang klenteng juga ada bangunan pagoda 9 lantai. Semua arsitektur bangunan menggunakan warna merah sebagai ciri khas. Kunjungan ke tempat ini akan lebih meningkat saat perayaan Cap Go Meh setelah imlek.

Banyak umat Tridharma yang datang untuk beribadah. Selain itu oleh penduduk sekitar menjadi kesempatan untuk mengais rejeki dengan berjualan saat itu.

2. Kampung Arab Al Munawwar

Singgah ke Kampung Arab Al Munawwar (sumber : deddyhuang.com)
Singgah ke Kampung Arab Al Munawwar (sumber : deddyhuang.com)

Palembang memiliki akulturasi budaya yang tidak boleh dilupakan. Adanya masyarakat etnis Tionghoa, Arab, hingga Palembang asli membuat kota Palembang memiliki peninggalan yang menarik. Salah satunya berupa kampung.

Dari Pulau Kemaro, kamu bisa minta sama tukang perahu ketek untuk berputar ke arah Kampung Arab Al Munawwar. Dulunya kampung ini merupakan kampung istimewa yang masih memiliki peninggalan bangunan kayu berusia lebih dari 300 tahun.

Salah satu bangunan di Kampung Arab Palembang (sumber : deddyhuang.com)
Salah satu bangunan di Kampung Arab Palembang (sumber : deddyhuang.com)

Ada delapan rumah panggung kayu besar dengan arsitektur khas arab bisa kita temukan. Khususnya kamu penikmat suasana rumahan, dijamin akan langsung merasa nyaman.

Kampung ini letaknya persis di pinggir Sungai Musi, di kawasan ini juga terdapat masjid untuk warga setempat melakukan ibadah dan bersantai sore menanti senja.

3. Kampung Kain Tuan Kentang

Dermaga perahu di pinggir kampung kain Tuan Kentang (sumber : deddyhuang.com)
Dermaga perahu di pinggir kampung kain Tuan Kentang (sumber : deddyhuang.com)

Namanya memang unik, Tuan Kentang. Kawasan ini akan memanjakan kalian penggemar kain-kain tradisional. Khususnya kain khas Palembang yaitu jumputan.

Lokasi Kampung Kain Tuang Kentang ini persis dipertemuan Sungai Musi dan Sungai Ogan. Sebuah mitos yang berkembang kawasan ini berasal dari saudagar Tionghoa yang punya bisnis besar di sepanjang muara sungai dan dimakamkan di kampung tersebut.

Kain Jumputan yang sedang dikeringkan. (sumber : deddyhuang.com)
Kain Jumputan yang sedang dikeringkan. (sumber : deddyhuang.com)

Keistimewaan dari kampung ini karena sebagian besar warganya hidup sebagai perajin kain tradisional Palembang. Kain-kain songket, blongsong, tajung, pelangi, atau jumputan kualitas baik bisa kamu jumpai.

Selain itu kamu juga bisa menikmati bersantai di pinggir Sungai Musi karena tak jauh dari dermaga kampung ini ada rumah tradisional.

4. Kampung Kapitan

Kampung Kapitan Palembang (sumber : deddyhuang.com)
Kampung Kapitan Palembang (sumber : deddyhuang.com)

Saat Palembang juga dijajah oleh Belanda, diutus seorang Kapitan sebagai pemungut pajak warga-warga lokal. Kapitan tersebut diberikan rumah panggung kayu yang megah sehingga seluruh keturunannya dapat tinggal di rumah tersebut.

Cerita Kapitan Tjoa Kie Tjuan yang memimpin sisi barat ulu Sungai Musi pada tahun 1930 - 1855 ini bisa kita datangi ke Kampung Kapitan. Di sana kita bisa menjumpai dua buah bangunan rumah kapitan yang sudah tua.

Kampung Kapitan juga termasuk kawasan cagar budaya yang diyakini sudah ada sejak zaman Dinasti Ming. Salah satu yang menarik perhatian adalah rumah pertama dengan masih mempertahankan aksesn merah menyala.

Arsitektur rumah kapitan ini bentuk rumah Limas khas Palembang. Bagian tengahnya merupakan ruang terbuka yang dapat digunakan untuk menerima tamu. Di bagian ujung biasanya diletakkan altar leluhur untuk ziarah. Sedangkan untuk ruang pribadi ada pada rumah bagian belakang yang menjadi area dilarang untuk dimasukin.

Dari kawasan rumah kapitan ini kita bisa melihat megahnya Jembatan Ampera dan aliran Sungai Musi yang kencang.

5. Benteng Kuto Besak

Pelataran Benteng Kuto Besak (sumber : deddyhuang.com)
Pelataran Benteng Kuto Besak (sumber : deddyhuang.com)

Kawasan pelataran Benteng Kuto Besak (BKB) menjadi kawasan terakhir yang menarik didatangi untuk menikmati suasana di pinggir Sungai Musi. Benteng Kuto Besak ini merupakan markas tenaga keamanan sehingga kita tidak bisa masuk ke dalamnya.

Namun, kita masih bisa menikmati di pelataran karena di tempat ini juga ada pedagang kaki lima. Mulai dari menikmati pempek di kapal terapung atau mie tek-tek.

Waktu yang enak bersantai di sini adalah sore hari. Kita bisa melihat lebih dekat kelap kelip lampu dari Jembatan Ampera. Riak sungai yang lebih tenang bikin pengalaman berkunjung ke Palembang lebih indah.

Jangan Kapok dengan Sampah Sungai Musi

Jembatan Ampera Palembang (sumber : deddyhuang.com)
Jembatan Ampera Palembang (sumber : deddyhuang.com)

Sungai Musi yang panjangnya 750 kilometer. Pada masa lampau memiliki peran penting sebagai jalur perdagangan dan transportasi. Makanya Ampera, Pasar 16 ilir dan Tongkang sangat berhubungan erat. Banyaknya para pedagang dari bangsa-bangsa lain yang datang untuk berniaga.

Hilir mudik tongkang raksasa pengangkut batubara selalu terlihat melintasi dua pilar Jembatan Ampera. Sementara, lalulintas perahu ketek untuk mengantarkan warga ke Pasar 16 ilir juga terus meramaikan transportasi air Sungai Musi.

Ketika kamu sedang berada di atas perahu ketek, jangan heran dengan pemandangan sampah mengampung atau hamparan eceng gondok.

Perahu ketek ini siap mengantar kamu berwisata (sumber : deddyhuang.com)
Perahu ketek ini siap mengantar kamu berwisata (sumber : deddyhuang.com)

Dua permasalahan yang harus dientaskan Pemkot Palembang untuk Sungai Musi yakni pembersihan enceng gondok dan mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah dalam sungai.

Saya pun berharap adanya revolusi mental warga sekitar untuk sadar menatap sampah di lingkungannya untuk tidak langsung membuangnya ke sungai. Apalagi warga setempat juga masih melakukan MCK dengan Sungai Musi merupakan sumber air utama.

Kamu nggak tertarik buat main ke Palembang? Ayo susur Sungai Musi dengan perahu ketek, rasakan sensasi terciprat air sungai. Konon katanya kalau sudah terciprat air sungai akan kembali lagi ke kota ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun