Kampung Kapitan juga termasuk kawasan cagar budaya yang diyakini sudah ada sejak zaman Dinasti Ming. Salah satu yang menarik perhatian adalah rumah pertama dengan masih mempertahankan aksesn merah menyala.
Arsitektur rumah kapitan ini bentuk rumah Limas khas Palembang. Bagian tengahnya merupakan ruang terbuka yang dapat digunakan untuk menerima tamu. Di bagian ujung biasanya diletakkan altar leluhur untuk ziarah. Sedangkan untuk ruang pribadi ada pada rumah bagian belakang yang menjadi area dilarang untuk dimasukin.
Dari kawasan rumah kapitan ini kita bisa melihat megahnya Jembatan Ampera dan aliran Sungai Musi yang kencang.
5. Benteng Kuto Besak
Kawasan pelataran Benteng Kuto Besak (BKB) menjadi kawasan terakhir yang menarik didatangi untuk menikmati suasana di pinggir Sungai Musi. Benteng Kuto Besak ini merupakan markas tenaga keamanan sehingga kita tidak bisa masuk ke dalamnya.
Namun, kita masih bisa menikmati di pelataran karena di tempat ini juga ada pedagang kaki lima. Mulai dari menikmati pempek di kapal terapung atau mie tek-tek.
Waktu yang enak bersantai di sini adalah sore hari. Kita bisa melihat lebih dekat kelap kelip lampu dari Jembatan Ampera. Riak sungai yang lebih tenang bikin pengalaman berkunjung ke Palembang lebih indah.
Jangan Kapok dengan Sampah Sungai Musi
Sungai Musi yang panjangnya 750 kilometer. Pada masa lampau memiliki peran penting sebagai jalur perdagangan dan transportasi. Makanya Ampera, Pasar 16 ilir dan Tongkang sangat berhubungan erat. Banyaknya para pedagang dari bangsa-bangsa lain yang datang untuk berniaga.
Hilir mudik tongkang raksasa pengangkut batubara selalu terlihat melintasi dua pilar Jembatan Ampera. Sementara, lalulintas perahu ketek untuk mengantarkan warga ke Pasar 16 ilir juga terus meramaikan transportasi air Sungai Musi.
Ketika kamu sedang berada di atas perahu ketek, jangan heran dengan pemandangan sampah mengampung atau hamparan eceng gondok.