Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Titik Temu Dua Orang Saling Memaafkan

22 Mei 2020   20:34 Diperbarui: 22 Mei 2020   20:26 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup seakan tidak ada tujuan hidup, bingung tak tahu bagaimana.

Lain halnya cerita Zulia Mahendra, putra sulung Amrozi, saat bertemu langsung dengan Garil dan sang ibu. Berkaca dari sisi Zulia sebagai korban yang dia pun tidak tahu apa yang dilakukan oleh ayahnya bersama teman-teman. Bertahun-tahun merasa seperti "sampah" karena dijauhi masyarakat, kesulitan mencari kerja, dan merasakan depresi.

Saya seperti terseret oleh emosi membayangkan Zulia berjumpa dengan Garil. Dua orang anak korban yang mungkin tidak mengetahui apa-apa.

Satu terbebani oleh rasa bersalah ayahnya, dan satu lagi terbebani sebagai korban. Dua orang ini pula mengalami situasi yang sama-sama berat selama 17 tahun, kehilangan sosok figur ayah.

Imron dan Gahril (Sumber : BBC)
Imron dan Gahril (Sumber : BBC)
Memang sikap yang dilakukan oleh Imron dan kawan-kawan ditebus apa pun tidak akan terbayar. Nasi sudah menjadi bubur. Apa yang dilakukan seperti sebuah papan kayu yang dipaku bertubi-tubi. Tidak akan kembali menjadi sebuah papan kayu yang mulus. Seperti air tak selalu jernih, begitu juga ucapanku. Kapas tak selalu putih, begitu juga hatiku. Langit tak selalu biru, begitu juga langkahku.

Titik temu nasib anak korban bom bali dan putra mantan teroris ini membuat saya memaknai bahwa butuh hati yang sangat sangat lapang untuk dapat memanfaatkan. Rasa memanfaatkan yang tulus dan niat untuk bertobat mudah-mudahan dapat diterima oleh Tuhan. Saya tahu memaafkan itu berat, tak semudah membalikkan telapak tangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun