Adalah hal yang melelahkan bukan untuk meyakinkan asisten rumah tangga (ART) di rumah kita yang bersikeras ingin mudik. Padahal sebagai tuan rumah sudah diberitahu untuk #JanganMudikDulu apalagi situasi pandemi sedang berbahaya untuk mudik.
Malam tadi, ibu saya bercerita tentang ART-nya tante Linda. Kini tante Linda seperti kelelahan untuk meyakinkan 3 orang ART yang memaksa ikut pulang meskipun sudah dilarang, di iming-iming kenaikan gaji, bahkan edukasi bahaya korona untuk sekitar.
"Kamu mau tahu nggak apa yang dibilang sama ART nya?" seru ibuku.
"Apaan?"
"Kalau hidup dan mati itu sudah kehendak Tuhan. Mereka (baca : ART) merasa sehat!" lanjut ibuku.
Saya langsung tertawa mendengar cerita ibu tentang ART di rumah Tante Linda. Memang larangan mudik bertujuan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 di Indonesia yang semakin hari terus bertambah. Masyarakat diimbau untuk mematuhinya, demi kepentingan yang lebih besar, yakni keselamatan dan kesehatan orang yang lebih luas. Dimana, hanya kendaraan yang membawa kebutuhan barang pokok, alat medis dan barang saja yang diperbolehkan lewat.
Bagi sejumlah orang yang memiliki keuangan lebih, tentu tak ada salahnya mempekerjakan ART di rumah. Fungsi dan peran ART memang sangat membantu bagi orang-orang pekerja yang sibuk dan sulit menjangkau. Memiliki ART kini menjadi sebuah gaya hidup apalagi yang tinggal di kota metropolitan.
Lantas, di tengah larangan itu, kalau ada yang tetap ngotot ingin pulang ke kampung halaman, sebagai majikan harus bersikap apa?
Seperti tante Linda akhirnya mau tidak mau merelakan 3 ART nya untuk pulang kampung. Salah satu ARTnya bernama Marpuah bilang kalau untuk pulang kampung sekarang mudah, cukup main kucing-kucingan sama polisi. Beberapa teman Marfuah menyarankan kalau lebih baik pulang naik travel malam. Penjagaan di setiap perbatasan tidak begitu ketat, sehingga bisa dengan mudah lolos dari pemeriksaan.
Belum lagi kalau misalnya menumpang pada mobil truk angkut, tinggal pura-pura bersembunyi di belakang muatan truk. Mereka yang menumpang pada truk juga harus merogoh kocek uang sekitar 300 ribu hingga 500 ribu per kepala. Nilai uang yang sebenarnya kurang sebanding dengan aksi nekat bermain kucing-kucingan dengan polisi.
Tiga orang ART tante Linda akhirnya memutuskan balik kampung pada malam hari, sesuai dengan kesepakatan dan konsekuensi. Tante Linda membuat surat perjanjian bahwa ketiga ART tersebut apabila bisa berhasil pulang kampung tidak perlu datang kembali selama masa pandemi. Keputusan yang cukup fair bagi kedua belah pihak, sebab tentu saja tante Linda ingin melindungi keluarganya. Bisa dibayangkan kalau ketiga ART nya balik kembali dan menjadi carrier Covid-19 tentu akan sangat berbahaya bukan?
Malam pelarian tiga ART tante Linda pun tiba. Setelah berpamitan untuk terakhir kalinya. Marpuah, Sari dan Elsa pun sudah siap dengan tas jinjing yang mereka bawah. Niat mereka memang lebih kuat untuk berjumpa dengan sanak saudara di kampung. Tante Linda hanya berpesan untuk berhati-hati dan ketika sudah tiba di kampung maka mereka wajib untuk isolasi diri selama 14 hari agar tidak menular ke orang lain.
Ada rasa kehilangan untuk melepas ketiga ART yang biasanya selalu ada di rumah tante Linda. Biasanya ada yang membantu untuk menyiapkan kebutuhan dan menata rumah lebih rapi. Kini harus mulai terbiasa dengan kondisi tanpa ART. Kita tidak tahu kapan masa pandemi ini akan berakhir. Berita terakhir saja ketika masyarakat berbondong-bondong belanja di mall hingga tidak ada jarak satu sama lain membuat saya mengelus dada. Hari ini timbul berita kalau satu kasir mall ternyata positif dan harus dirawat. Makin pucat pasi pasti orang-orang yang kemarin datang ke mall. Niat hati membeli baju baru untuk lebaran, ternyata dipakai di rumah sakit.
Tante Linda bercerita ke ibu saya lewat telepon. Saya menguping dari dekat. Ceritanya saat Tante Linda meraih ponsel yang tergeletak di atas meja selepas dia memasak untuk menu buka puasa. Memang semuanya sekarang disiapkan sendiri, tapi untunglah untuk berbelanja ke pasar dia sekarang sudah menggunakan jasa online. Dia membuka isi pesan singkat pada layar ponselnya.
"Nyonya... maaf kami ketahuan dan tidak bisa kembali pulang. Bolehkah kami kembali ke rumah nyonya?"
Ngana pikirin saja sendiri. Sudah nyonya bilang jangan mudik dulu. Ngeyel kan! Sudah uang habis dan sekarang nggak bisa balik ke rumah majikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H