Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Budaya Pamer Emas Saat Lebaran Bikin Hati Berdesau

18 Mei 2020   15:17 Diperbarui: 18 Mei 2020   15:17 1608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Raya memang dirayakan setiap tahunnya untuk setiap pemeluk agama. Mau natal, imlek atau idul fitri. Momen hari raya identik dengan semangat orang termasuk berbenah diri dan isi rumah dengan perabotan baru. Tujuannya tetap menjaga gengsi dari tamu yang datang ke rumah.

Berbelanja memang kegiatan yang menyenangkan, semacam terapi agar hati merasa senang. Selain membeli pakaian baru, atau gorden baru. Ada satu barang yang senang dibeli oleh orang saat Ramadan yaitu membeli perhiasan seperti emas. Sejak dulu perhiasan emas merupakan barang yang paling akrab dan melekat. Apalagi untuk kaum hawa mulai dari gadis remaja sampai ibu-ibu.

Teman saya yang bekerja di Pegadaian pun bilang kalau menjelang Hari Raya, ada banyak masyarakat yang datang untuk menggadaikan barang. Sebagian untuk membeli emas hasil lelang, sebagian lagi untuk dipakai sebentar saat lebaran nanti baru digadai kembali. Soal memakai perhiasan emas, perempuan mana sih yang tidak suka. Saya pun suka.


Rasanya mengenakan perhiasan yang ramai seperti menaikkan gengsi dan harga diri. Tamu-tamu yang datang seolah harus melihat harta kekayaan milik tuan rumah. Ketika sedang menghadiri undangan atau sekedar kumpul-kumpul, para ibu-ibu akan merasa kurang sempurna apabila datang tanpa mengenakan perhiasan, baik berupa kalung,gelang ataupun cincin emas. Minimal ada satu saja sudah cukup.

Perhiasan memang alasan utama selain bisa menunjang penampilan, juga dapat menutup kekurangan kalau kita sedang memakai pakaian yang sederhana. Istilahnya bisa menaikkan rasa percaya diri. Perhiasan seperti emas menjadi penanda kalau orang tersebut adalah orang kaya yang berkecukupan.

Saya pernah kaget suatu hari datang ke rumah teman untuk silaturahmi saat lebaran. Kalau orang Palembang bilangnya sanjo. Hal yang menarik dan berkesan dari sanjo adalah kita bisa mencicipi aneka hidangan khas sambil mengobrol. Jujur saya risih dengan kalung yang dipakai besarnya seperti rantai kapal, belum lagi cincin yang bertaburan di jari kanan dan kiri. Serta suara gemerincing gelang kaki dan tangan.

Ada lagi yang lebih ekstrim yaitu memasang penuh emas di tubuhnya, sampai warna kulit terlihat berwarna emas. Sungguh sangat mencengangkan. Mata saya melongo melihat pemandangan seperti toko emas berjalan saat melihat ibu-ibu memakai aksesoris yang banyak. Mau bilang nanti takut tersinggung, jadi saya menikmati saja makanan yang disajikan.

Sebenarnya tidak ada yang aneh melihat seseorang menggunakan perhiasan. Namun, rasanya agak berlebihan ketika apa yang dia pakai mengundang perhatian orang sekitar. Belum lagi faktor keamanan yang kita tidak bisa menjamin.


Sepertinya sudah menjadi tradisi ketika ramadan selain memamerkan menu makanan juga pamer harta. Apalagi kalau hidup di perantauan, rasanya kurang afdol kalau pulang kampung tidak ada bahan obrolan untuk dipamerkan. Agar menjadi buah bibir kalau dia berhasil di kota rantau maka ditunjukkan dengan perhiasan yang berjejer rapi.

Sejak dulu saya sendiri juga malas ketika ikut hadir dalam acara keluarga besar. Terkadang selain melihat koleksi harta yang dipamerkan, juga dengan cerita-cerita pamer lainnya misalnya jabatan kerja, kelahiran anak baru dan lain sebagainya. Yakinlah sepulang dari rumah kerabat, bisa menjadi bahan obrolan antar sesama.

Lebaran bukan hanya membuat hati senang ketika datang ke rumah kerabat, namun membuat iri hati karena melihat rumput tetangga lebih hijau. Melihat dan menghitung harta yang dipamerkan bisa membuat sebagian orang pusing kepala. Untuk menjaga gengsi dan dianggap kaya, banyak juga yang membeli emas imitasi, tidak apa-apa imitasi yang penting berwarna emas.

Maka dari itu pamer emas ini menjadi satu budaya baru selain silahturahmi, juga bisa membuat hati semakin bergejolak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun