Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menuju Mandi Api biar ke Jalan Surga

12 Mei 2020   23:30 Diperbarui: 12 Mei 2020   23:31 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan saat bersilaturahmi ke rumah teman, kalian kesulitan mencari lokasi rumah bahkan bisa tersesat ke "Jalan Surga" dan berakhir ke "Mandi Api". Rasanya satu hari itu saya seperti sedang ekspedisi rohani bermain ke surga dan berakhir di neraka. Sanjo tahun lalu memang sangat berkesan untuk saya.

Sanjo dalam bahasa Palembang artinya silaturahmi dalam rangka merayakan Idul Fitri. Setiap orang yang merayakan hari raya keagamaan melakukan sanjo seperti tradisi turun menurun. Esensi dari silaturahmi ini adalah berkumpul dalam kebersamaan. Kalau ada pepatah makan nggak makan asal kumpul.

Siang itu di grup Kompal sudah bertanya ke teman-teman yang open house menerima tamu. Biasanya umek, bikcik Tika, mang Dues, Yayan, dan beberapa teman lain saling bersahutan buat mengajak sanjo ke rumah. Tiba-tiba Pringadi sahut kalau dia lagi balik kampung dari Jakarta mengajak kami untuk main ke rumahnya mencicipi menu-menu lebaran.

Kami tidak tahu alamat rumah Pri, namun dia mengirimkan alamat lewat maps. Sekitar 15 km jaraknya karena sudah melewati Kota Palembang. Beberapa kali kami bertanya lokasi persis, karena maps membawa kami tersesat ke sebuah lorong. Di depan lorong sempit itu bertuliskan Lorong Surga. Kami saling melonggo setelah membaca plang papan jalan.

"Kita disuruh ke surga dulu sebelum ke rumah Pri?"

Ternyata kami memang salah masuk lorong. Mobil yang dikendarai oleh Dok Posma berputar arah. Sekitar 50 meter dari lorong Surga ternyata ada sebuah lorong yang tersembunyi dan disitulah letak rumah Pringadi.

Ini juga kali pertama saya bertemu Pringadi. Biasanya hanya berkomunikasi lewat chatting sekarang bisa jumpa langsung. Kami tidak lama di rumah Pringadi sekitar 40 menit karena itikad dari sanjo selain bersilaturahmi adalah mencicipi menu andalan dari tuan rumah.

Mobil yang dikendarai oleh Dok Posma bergerak ke rumah Mbak Nita, salah satu anggota Kompal. Mbak Nita ini seorang dosen di salah satu universitas. Setelah memberikan alamat rumah, saya pun mencocokkan dengan Google Map.

Kami terbengong dua kali melihat alamat rumah Mbak Nita.

"Jalan Mandi Api?" untuk saya yang baru pertama kali mendengar nama jalan unik di Palembang ini cukup membuat saya tersenyum. Ketahuan sekali kalau saya jarang keluyuran di Palembang ya.

"Ini kita kayak habis masuk ke surga, lalu ditendang ke neraka ya. Di suruh mandi api gitu." seru saya.

Dalam satu waktu saya seperti sedang wisata alam surga dan neraka. Dua rumah teman Kompal berada di kawasan nama yang bakal terus diingat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun