Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bumbu Poligami, Persaingan, dan Konflik Keluarga dalam "Saiyo Sakato"

9 Mei 2020   17:41 Diperbarui: 9 Mei 2020   17:55 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film Saiyo Sakato (YouTube.com/GoPlay Indonesia)

Film Saiyo Sakato memecahkan rekor saya buat nonton film serial. Cukup dua hari saya melahap habis semua episode dengan perut sakit, tertawa banyol, dan haru. Film ini menangkap realitas kehidupan nyata, sebab cerita yang natural dan terpenting pembentukan karakter yang menarik.

Secara garis besar, serial ini menyuguhkan cerita poligami, konflik persaingan dan dinamika keluarga. Film yang digarap Gina S Noer, bercerita tentang satu keluarga yang memiliki rumah makan padang bernama Saiyo Sakato. Da Zul (Lukman Sardi) sudah membangun bisnis itu sejak menikah dengan Mar (Cut Mini). Pernikahan dua orang ini oleh karena perjodohan orangtua. Dari pernikahan ini mereka dikarunia dua orang anak, Zainal (Chicco Kurniawan) dan Nisa (Fergie Britney), yang sudah dewasa.

Kematian seseorang yang kita sebut belahan jiwa memang sulit untuk kita move on. Ada banyak kenangan yang tersimpan selama menemani hidup. Problem timbul ketika hadirnya Nita (Nirina Zubir) dan Budi, anaknya ke warung Saiyo Sakato milik Mar. Nita mengenalkan diri sebagai istri kedua dari Da Zul. Mendapatkan kabar mengejutkan seperti ini seperti petir di siang hari. Bahwa sebagai istri sah Da Zul, Mar tidak mengetahui rahasia suaminya memiliki istri muda dan anak.

Belum lagi di usaha warung nasi masakan Padang milik Mar dirundung masalah karena tak ada yang bisa masak seenak Da Zul, termasuk adik Da Zul.

Dalam setiap episode, karakter pemain mengalami perubahan secara komprehensif. Hasilnya film ini dalam setiap episode sisi poligami bukanlah cerita utama yang diangkat untuk menjadi bahan cerita. Poligami bukan hal baru di Indonesia, pandangan negatif terhadap janda memang tidak membuat nyaman untuk Nita yang harus membesarkan anaknya.

Isu poligami dibumbui dengan keseharian gosip orang-orang kompleks memang tidak mengenakkan. Orang melihat sebagai istri pertama, Mar adalah wanita yang paling menderita. Untuk membuktikan kemampuan diri, Nita pun juga membuat usaha warung nasi dengan nama yang sama. Persis di seberang warung usaha milik Mar namun lebih terlihat kekinian. Nita dengan mengandalkan resep masakan yang sama seperti Da Zul ingin membuktikan kalau masakannya lebih Da Zul, lebih enak daripada milik Mar.

Saya banyak mendapatkan pengalaman hidup lewat film ini. Setiap adegan sederhana mampu mengocok perut meski terlihat garing. Momentum solidaritas keluarga terlihat ketika masakan warung Mar dan Nita harus diadu untuk mencari pemenang mana masakan yang paling enak oleh ibu mertua mereka.

Kelebihan lain dari Saiyo Sakato adalah pembentukan dan pengembangan karakter yang kuat. Pada episode awal, dikenalkan seperti apa karakter yang ada dan perlahan diperlihatkan perkembangannya seiring dengan cerita.

Saya jadi tahu ini yang membuat saya sulit untuk meninggalkan satu episode saja sehingga rasanya ingin tetap menonton hingga selesai. Saat menonton kita seakan diajak menyelami dari sudut pandang dua perempuan yang terperangkap dalam situasi tersebut. 

Banyak pelajaran hidup yang dihadirkan, salah satunya adalah tentang rasa sayang terhadap keluarga yang disajikan. Ketika Zainal dan Nisa saling sibuk di dapur mereka untuk membuat masakan gulai seperti ayahnya.

Film ini saya rekomendasikan untuk kalian yang mendambakan film keluarga dengan sketsa segar. Bercerita tentang hidup bersama namun tidak saling cocok. Cerita keluarga yang tidak ideal bahkan dihadapkan kondisi-kondisi pelik. Sangat dekat sekali dengan kultur di Indonesia bukan. 

Selepas menonton Saiyo Sakato, saya jadi ngiler untuk memesan nasi gulai telur di warung makan Saiyo Sakato dekat rumah. Masakan Minang memang selalu menggoda dan bikin perut kenyang, benarkan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun