d. Kualitas konten yang dihasilkan
Sebagai brand tentu menginginkan produk/jasa kalian ditampilan dengan visual yang baik. Bisa representatifkan produk atau jasa dengan kemasan menarik. Serta juga bisa memperhatikan caption yang digunakan.
Ada beberapa endorser yang ingin terima beres dengan sudah mendapat caption yang seragam. Cara ini sudah kuno karena netizen kita sudah cerdas dan bisa membedakan mana konten yang dibuat-buat dengan konten yang jujur.
Saran saya, memilih endorser yang asyik maka carilah yang kreatif dan tidak asal bikin konten.
Hal ini pernah saya alami ketika mengajak beberapa endorser terhadap campaign yang saya pegang. Ketika membuat konten dan caption tidak sesuai dengan brief yang saya kasih.
Lalu, hari di mana konten akan dinaikan, kita harus terus mengingatkan bahkan tak jarang ada endorser yang lupa untuk tayang dan memberikan berbagai macam alasan. Akhirnya akan menyulitkan kita.
Trust me, daripada nanti ke depan itu akan menyulitkan tipe endorser seperti itu biasanya saya tandai.
Dulu sempat beredar daftar whitelist dan blacklist endorser berdasarkan pengalaman anak-anak agensi dan brand. Semoga masih ada biar saya bisa masukkan beberapa nama ke dalamnya. Hahahaha *julid mode on*
e. Reputasi endorser
Waktu saya memberikan seminar media sosial di sekolah. Saya menyebutkan beberapa nama anak muda endorser yang cukup terkenal. Ada sebagian yang mereka kenal, ada pula yang tidak.
Tidak semua endorser punya citra diri yang positif. Ada endorser yang dikenal karena berita miring yang membuat dia dikenal. Sehingga memang perlu hati-hati ketika kalian sudah memilih endorser yang akan dipakai.