Tanpa ragu kusesap kopi dari biji Robusta lokal yang ada di Sumsel. Biji kopi Sumsel terasa sedap sebab tak akan dipanen sebelum berwarna merah.
Saya tidak sendirian, ada Joni yang ikut menemani. Kami baru saja membawa peserta food walking tour. Usaha yang kami rintis di bidang jasa pariwisata ini tak terasa sudah berjalan tujuh minggu.  Sebagai bagian dari budaya, kuliner mampu menjadi perekat hubungan  pecinta kuliner. Ide kami sederhana. Mengenalkan Palembang lewat sejarah, budaya, khususnya kuliner di benak anak-anak muda termasuk orang asli Palembang. Usaha ini kami namakan Palembang Food Tours sebagai operator tur tematik yang menyuguhkan pengalaman kuliner langsung untuk peserta di Kota Palembang.
MENGUBAH WACANA MENJADI AKSI
Awalnya Joni mengajak saya diskusi membuat jasa operator tur tematik di Palembang. Tur tematik yang mempermudah wisatawan saat datang ke suatu kota bisa mendapat arahan yang jelas sekaligus teman jalan. Bermodal dengan pengalaman kami berdua di bidang pariwisata, akhirnya kami sepakat merintis. Ada asa yang kami jaga bagaimana memberikan sentuhan yang berbeda untuk penggiat pariwisata di kota sendiri.
Mengenalkan kuliner Palembang bukan hanya tentang menu, cara makan tetapi juga sejarah tempat yang dikunjungi adalah tujuan utama kami. Semua orang tahu bahwa kuliner Palembang adalah pempek. Hampir mudah menemukan tempat makan pempek di Palembang. Namun, Palembang ternyata bukan hanya pempek melainkan masih ada kuliner khas lainnya yang sudah terpinggirkan karena tergerus waktu. Satu per satu tempat kuliner khas yang kami tahu memiliki cerita dan keunikan makanan mulai dikumpulkan.
Dalam agenda, kami mengenalkan titik 0 KM Palembang, kemudian berjalan kaki masuk ke sebuah pasar tradisional di Palembang yang memiliki akulturasi budaya Cina, Arab, dan Palembang. Pasar tradisional memiliki peran sebagai pondasi dasar ekonomi kerakyatan, sehingga sayang untuk dilewatkan. Tur tematik kami ini membawa nuansa masyarakat dari Ilir ke Ulu kota Palembang. Dalam grup kecil, kami menikmati rijsttafel kuliner Palembang agar akrab satu sama lain.
SUDUT PANDANG BARU
Kami banyak belajar setiap minggu dari bisnis baru ini. Terutama mulai dari berkoordinasi dengan tempat makan karena kami harus memastikan makanan yang dipesan sesuai dengan jumlah peserta. Makanan yang kami pesan di tempat rumah makan tidak ada yang kami kurangi bahkan termasuk harga makanan. Saat menyaksikan binar mata  peserta ketika melihat makanan dan tempat yang belum pernah mereka datangi, terbit rasa haru dalam benak saya.
Beberapa tempat makan yang kami ajak merupakan permata yang tersembunyi dan memiliki potensi besar namun sedikit orang ketahui. Mulai dari mengenalkan tempat makan mi ayam yang sudah dirintis 40 tahun yang lalu. Â Tempat makan ini tersembunyi di antara pertokoan. Sayang kalau tak ada yang mengenal tempat ini punya hidangan yang nikmat. Kemudian, kami mengajak ke salah satu pasar tradisional yang menjual bahan makanan segar dan terjamin kualitasnya. Saya sempat terkejut saat salah satu peserta mengaku belum pernah melihat cara pemotongan ikan. Menyaksikan pedagang memotong dan membersihkan ikan tentu menjadi pengalaman baru untuknya.
Kami juga mengenalkan tradisi minum kopi dari budaya Melayu lewat kopitiam. Mengajak mereka untuk mencoba pengalaman baru minum kopi dengan suasana bangunan tua, di antara lalu lalang orang lokal di pasar. Suguhan kopi menggunakan kopi lokal Sumsel. Selepas menikmati minum kopi kami melanjutkan perjalanan dengan melihat pemandangan Jembatan Ampera dari sudut berbeda yaitu sekelompok orang berprofesi sebagai kuli panggul serta kumpulan perahu motor yang mengantar masyarakat Palembang yang tinggal di pinggir sungai.
Bagi orang yang sibuk dengan rutinitas tentunya melihat pemandangan seperti ini bukanlah hal biasa. Seorang peserta tur, Davie, bertanya kenapa ada orang mengangkat barang-barang berat. Sebagai anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, dia mendapat wawasan baru mengenai profesi orang bekerja. Seketika rasa lelah kami sekejap hilang merasakan dampak positif dari kegiatan yang kami lakukan untuk pariwisata Palembang.
IKUT MENDUKUNG STABILITAS KEUANGAN
Berdasarkan laporan World Travel and Tourism Council (WTTC) tahun 2017 sumbangan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dunia mencapai 10 persen. Sementara itu, penerimaan dari kunjungan wisatawan internasional menyumbang tujuh persen total ekspor barang dan jasa dunia atau 30 persen dari total ekspor jasa dunia. Nilai ekonomi pariwisata kadang tidak dapat diukur secara nyata dalam bentuk nominal dan seringkali terkesan hanya berhubungan dengan para pelaku pariwisata. Namun, sesungguhnya nilai ekonominya tidak hanya dinikmati satu sektor saja.
MENGENALKAN KULINER PALEMBANG KE MASYARAKAT
"Untuk daerah Palembang dan sekitarnya, kalau sisi pertumbuhan ekonomi, kita masih relative median di semester satu dan tumbuh 5,8 kemudian kemarin Inflasi memang naik sedikit sebelumnya menjadi sekitar 0,55 tapi masih relatif masih rendah dari 4 tahun terakhir," sahutnya menjawab mengenai kondisi perekonomian di Palembang.
Setiap tahun, performa pariwisata menanjak, saat beberapa komoditas lain, seperti minyak, gas, batu bara, serta kelapa sawit terus merosot. Sektor pariwisata diharapkan menjadi salah satu alternatif, di samping industri manufaktur, untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Bentuk wisata yang berpotensi dikembangkan di Palembang adalah dari Sungai Musi yaitu "Must See Musi". Obrolan kami memiliki frekuensi yang sama dengan Palembang Food Tours yang mana kami juga ikut memanfaatkan Sungai Musi seperti mengajak peserta untuk berjalan kaki di atas Jembatan Ampera serta naik perahu getek dari para tukang kapal untuk mengantar kami menyeberang.
GERAKAN SADAR WISATA DEMI KESTABILAN SISTEM KEUANGAN BANK INDONESIA
Melihat potensi yang masih ada, kami mencoba mengumpulkan permata-permata pariwisata tersebut. Mulai dari tempat makan tersembunyi hingga makanan khas Palembang yang terpinggirkan karena tak banyak penjual yang membuatnya hingga generasi sekarang tidak tahu, seperti Gelenak, makanan dengan cita rasa kenyal dan manis ditambah banyak elemen rempah-rempah saat mencicipinya. Adalah Syekh Baraqbah yang menjual makanan sepuh hampir punah ini, dia sangat menyambut kedatangan kami ke kedainya untuk mendengarkan cerita sejarah Palembang tempo lampau.
Mohon doa agar projek Palembang Food Tours ini terus melancong menemani para pemburu kuliner dari dalam atau luar kota Palembang seperti slogan kami, "Perut Kenyang, Hati Senang!" Datang sebagai tamu, pulang sebagai keluarga.
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H