Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hargai Orang Lain Saat Lebaran, Hindari Pertanyaan "Kapan Nikah?"

15 Juni 2018   15:30 Diperbarui: 15 Juni 2018   18:16 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Getar-getir lebaran bisa dirasakan ketika kaki sudah melangkah keluar, selesai sholat IED di halaman masjid. Getaran rasa makin kencang tatkala berjumpa dengan sanak saudara saat sedang bersilaturahmi. Tentu sudah lama rasa itu ditahan dan kita sendiri sudah berusaha malam sebelum lebaran mencari jawaban apabila ditanya, "kapan?"

Saat kita sudah mencapai usia matang dan sudah layak nikah, tentu saja pertanyaan tentang masa depan bukan hanya dipikirkan kalian seorang. Ini soal ranah hati, Bro.

Persoalan hati seringkali pelik, ketika sudah lulus kuliah dan kerja mapan maka pertanyaan sensitif itu akan kita dengar. Siapa yang tidak ingin membahagiakan orang tua dengan memberikan mantu dan menggendong cucu. Bagi orang yang sudah berkeluarga pertanyaan serupa juga akan datang pada waktunya, misalnya kapan ada anak lagi? Permasalahan kapan memiliki anak sangat sensitif sebab kita tidak tahu bagaimana perencanaan keluarga orang.

Memang awalnya saat ditanya "kapan kawin? kapan punya anak?" kita cuma memberi senyuman atau menjawab ala kadarnya. Namun, lama-lama kita juga akan bosan dan justru bisa ngegas balasnya. Diserang pertanyaan seperti itu memang menjengkelkan, apalagi kalau pertanyaan tersebut sedikit mengejek dan menyudutkan. Berusaha tenang, dan coba pelajari jawaban balik untuk orang yang menjengkelkan tersebut.

Berikut ini jawaban-jawaban yang bisa membalas balik ketika kalian disudutkan dengan pertanyaan menjengkelkan tersebut.

1. Calon sudah ada, cuma biaya belum. Mau bayarin?

Biaya nikah sebenarnya murah, hanya saja biaya gengsi yang mahal. Ketika kita akan mengadakan hajatan nikah sudah pasti akan mengundang seluruh kerabat. Semua biaya tentu saja bisa bernilai puluhan hingga ratusan juta. Memang niat orang yang bertanya baik, hanya saja berapa sih amplop yang akan mereka kasih saat resepsi?

2. Doain aja ya!

Kita tidak pernah tahu doa mana yang akan terjawab, siapa tahu doa dari teman-teman akan segera terjawab bagi kita yang masih sendiri atau bekeluarga.

3. Aku sendiri belum bisa jadi orang baik, tapi aku ingin pasangan yang baik

Menikah memang beda dengan pacaran, seperti kontrak hidup. Walau kalau mau gampang setelah nikah dan kurang cocok tinggal cerai. Namun, kita juga tidak ingin ada cerai kan?

4. Jodohku masih belum dikirim oleh Tuhan, aku belum berani ambil di tangan Tuhan

Urusan jodoh memang rahasia ilahi, seberapa besar usaha kita jika bukan jodoh dan rejeki kita maka bisa saja bukan jodohnya kita.

5. Kamu mau kasih kado apa? Aku mintanya banyak lho...

Jawaban ini biasanya menantang orang tersebut untuk mengetahui hadiah yang akan dia berikan. Apalagi kalau pernikahan sudah dikaitkan dengan adat, misalnya ada batak sudah pasti banyak sekali hantaran dan segala macamnya. Saya sendiri sebagai etnis Tionghoa juga merasakan kalau adat pernikahan persiapannya lumayan menguras energi dan dompet.

Saya jadi teringat dengan kisah Ishak dan Ribka dalam Alkitab. Kisah yang membuat bagaimana masing-masing saling memantaskan diri dan taat akan perintah Tuhan. Jodoh itu memang benar tidak bisa sembarangan, harus diuji. Waktu Tuhan tak pernah salah, apabila memang jodohnya kita maka Tuhan akan mendobrak semua penghalang. Kita memang hidup terlampau modern yang akan membuat menjadi mengesampingkan persoalan urusan hidup.

Pada akhirnya, momentum saat lebaran jangan kalian nodain dengan pertanyaan yang menyakitkan. Sebab kita tidak tahu kehidupan orang tersebut yang membuat kita menjadi harus menghakimi dengan pertanyaan kurang enak. Bukankah lebih enak menikmati ketupat dan opor ayam? Jadikan momen silaturahmi saat lebaran sebagai mendekatkan hubungan. Namun ingat selalu sedia simvastatin ya :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun