THR Bisa Membuat Hubungan Ibu dan Anak Harmonis
Saya masih ingat saat saya memberikan ibu saya kejutan di hari raya ketika mendapatkan THR pertama kali. Waktu itu saya sedang jalan ke mall dan melihat barang elektronik sedang ada promo diskon yang lumayan menggiurkan, harga yang didapat lebih murah dari harga normal.Â
Di rumah kami belum memiliki mesin cuci, sehingga mau tidak mau cuci baju dengan cara manual. Saya juga tidak tega ketika melihat ibu saya harus capek mencuci baju, sampai niat  itu saya kumpulkan andai ada rejeki saya ingin membelikan mesin cuci. Waktu jalan di mall, saya tidak sengaja melihat ada promo hari raya elektronik, salah satunya mesin cuci dengan harga yang masuk dalam budget dan bisa saya gunakan dari THR.
Setelah menghitung dana lebih THR akhirnya mesin cuci tersebut saya beli dan bawa pulang ke rumah. Tentu saja tanpa sepengetahuan ibu, mesin cuci baru itu seolah benda yang mengagetkan dia.
Ketika ibu melihat ada penghuni baru di dalam kamar mandi, tiba-tiba kepala saya ditoyor sama ibu, "Nah gitu kenapa bukan dari dulu beli? Kan mama sudah kasih kode buat beli," seru ibu.
"Ya maaf ma, baru dapat THR. Doakan anakmu ini supaya rejeki banyak dan lancar," cengegesan saya tapi hati saya senang melihat raut bahagia ibu ketika di rumah sudah ada mesin cuci baru. Ya, mendapatkan THR ternyata tidak buruk juga kan.
Dapat atau tidak THR memiliki suka duka tersendiri. Apalagi bagi saya yang awalnya dapat kemudian tidak mendapatkan uang tambahan tersebut seperti ada ruang kosong. Namun saya juga tidak ingin kebahagiaan saya hilang begitu saja. Sebab rejeki tiap orang tentu berbeda. THR itu adalah hak bagi tiap orang pekerja yang harus diberikan. Kita tidak tahu ada rencana apa dari tiap orang untuk membahagiakan orang lain.Â
Ingat ya mengucapkan Selamat Hari Raya harus menggunakan THR, kalau tidak menjadi selama ari aya.
Baca tulisan saya lainnya seputar THR Kompasiana, yak!