Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Suara-suara Pelepas Rindu Saat Ramadan

23 Mei 2018   13:36 Diperbarui: 23 Mei 2018   14:15 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemacetan di kota Palembang sekarang sulit ditebak dan makin membuat saya khawatir. Khawatir apakah nanti pada saat Asian Games 2018, kota Palembang bisa menjadi tuan rumah yang baik untuk delegasi negara. Kurun waktu kurang dari 100 hari setidaknya pembangunan-pembangunan yang ada seharusnya sudah mulai rampung. Salah satunya pembangunan LRT yang mana Palembang akan menjadi kota pertama di Indonesia memiliki transportasi kereta jalur ringan.

Saya harus meluangkan waktu lebih cepat ketika harus membuat janji dengan teman. Misalnya butuh waktu 30 menit untuk ke tempat tujuan, berarti saya harus satu jam lebih dulu. Walau budaya ngaret sepertinya sudah mendarah daging di Indonesia, tapi kalau tidak dari diri kita sendiri kapan lagi akan berubah?

Puasa Bukan Penghalang Aktivitas

Selama bulan Ramadan, aktivitas sebagai freelancer justru saya masih tetap bekerja di depan laptop menyajikan konten-konten untuk blog dan Kompasiana. Terkadang ada beberapa restoran yang mengundang saya untuk mereview menu makanan mereka selama bulan puasa.

Tidak heran sebelum waktu berbuka puasa, pemandangan orang-orang baru pulang kerja bersama kerabat , keluarga, atau pasangan menjadi lazim saya lihat. Ada rona bahagia yang sulit dibendung dari mereka, termasuk saya. Dulu saat masih kerja, saya senang ikut berbuka puasa dengan mereka. Kami pergi ke pasar bedug terdekat untuk mencari pangganan untuk disantap bersama dengan anak-anak kantor.

Bagi kami yang masih belum berkeluarga tentu saja berbuka bersama teman-teman kantor adalah pilihan. Apalagi tidak semua orang pekerja kantoran yang jam kerjanya harus pulang agak malam. Mau tidak mau mereka akan melewatkan berbuka puasa bersama keluarga sekaligus mengikuti teraweh. Cerita-cerita Ramadan seperti ini sering saya dengar dari mereka. Bersyukur saya berada di tengah mereka yang mengajarkan tentang perbedaan itu indah.

Satu Sore Bersama Bapak

sumber : pixabay.com
sumber : pixabay.com

Entah apa jadinya kalau milenial ini tidak ada transportasi online. Mobilitas saya lebih banyak menggunakan jasa transportasi online karena kapan saja dibutuhkan saya tinggal pesan lewat jari. Bukankah teknologi memang memudahkan kita? 

Saya selalu usahakan menyelesaikan aktivitas pekerjaan di luar sebelum berbuka puasa. Hal ini untuk menghindari jam-jam sulitnya menemukan driver, sebab mayoritas driver akan sulit didapat saat mau berbuka puasa. Hal ini lumrah karena driver juga ingin menyiapkan waktu untuk berbuka puasa. Beruntung masih ada satu driver yang mau mengambil order saya untuk mengantar saya pulang ke rumah.

"Dengan mas Deddy ya?" tanya seorang bapak yang saya tebak usia sekitar 40 ke atas. Saya segera mengiyakan setelah menyesuaikan nama, foto wajah serta plat kendaraan.

"Iya Pak, maaf ya pak kalau tunggu lama," balas saya dan segera menerima uluran tangannya memberikan helm.

Sepanjang perjalanan, pak Iqbal banyak bercerita berbagai macam topik. Saya menikmati obrolan bersama pak Iqbal yang ternyata wawasannya cukup luas. Banyak orang yang masih memandang pekerjaan sebagai driver transportasi online sebagai pekerjaan kelas bawah. Padahal kalau dipahami, tanpa mereka maka aktivitas kita tidak berjalan lancar.

Sekilas saya melirik jarum jam hampir menunjukkan waktu untuk berbuka puasa. Lalu lintas mulai berkurang, jalanan cukup lancar.

"Pak Iqbal puasa hari ini?" tanya saya.

"Iya mas, wajib toh."

"Wah nanti terlambat dong buka puasanya karena nganterin saya balik?"

"Gak apa-apa, kebetulan poin saya tinggal beberapa lagi mas. Habis itu bisa balik ke rumah buat buka puasa sama keluarga," balasnya kemudian melaju ke arah rumah saya. 

Bunyi azan dan bedug perlahan berkumandang. Dua bunyi ini paling dinantikan suaranya saat Ramadan. Motor matic yang dikemudikan pak Iqbal mendarat mulus di depan rumah. Saya mengembalikan helm ke tangan Pak Iqbal. Raut wajah pak Iqbal tidak terlihat lelah, sebuah lengkungan manis menghiasi wajahnya.

"Pak sebentar ya, saya ambilkan minum untuk buka puasa dulu. Oh ya, sekalian tolong isikan saya saldo topup ya," seru saya segera masuk ke dalam rumah. Saya segera mengambil minuman kaleng di dalam kulkas untuk diberikan ke Pak Iqbal membuka puasanya.

"Alhamdulillah... terima kasih ya mas," serunya sambil mengelap peluh di dahi. Kami tidak banyak percakapan lagi sebab Pak Iqbal ingin segera pamit. Bungkus putih yang terkait di motor sudah dinantikan anaknya.

Hari itu, saya belajar sesuatu dari pak Iqbal. Tak ada yang lebih membahagiakan ketika kita dapat berkumpul dengan orang yang kita cinta dan sayang. Kerja adalah ibadah, sedangkan keluarga adalah tempat untuk kita selalu ingat untuk kembali. Inilah salah satu hal yang membuat saya rindu bulan Ramadan.

 

kompal-5b0508ffab12ae6b060e4f62.png
kompal-5b0508ffab12ae6b060e4f62.png

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun