"Iya Pak, maaf ya pak kalau tunggu lama," balas saya dan segera menerima uluran tangannya memberikan helm.
Sepanjang perjalanan, pak Iqbal banyak bercerita berbagai macam topik. Saya menikmati obrolan bersama pak Iqbal yang ternyata wawasannya cukup luas. Banyak orang yang masih memandang pekerjaan sebagai driver transportasi online sebagai pekerjaan kelas bawah. Padahal kalau dipahami, tanpa mereka maka aktivitas kita tidak berjalan lancar.
Sekilas saya melirik jarum jam hampir menunjukkan waktu untuk berbuka puasa. Lalu lintas mulai berkurang, jalanan cukup lancar.
"Pak Iqbal puasa hari ini?" tanya saya.
"Iya mas, wajib toh."
"Wah nanti terlambat dong buka puasanya karena nganterin saya balik?"
"Gak apa-apa, kebetulan poin saya tinggal beberapa lagi mas. Habis itu bisa balik ke rumah buat buka puasa sama keluarga," balasnya kemudian melaju ke arah rumah saya.Â
Bunyi azan dan bedug perlahan berkumandang. Dua bunyi ini paling dinantikan suaranya saat Ramadan. Motor matic yang dikemudikan pak Iqbal mendarat mulus di depan rumah. Saya mengembalikan helm ke tangan Pak Iqbal. Raut wajah pak Iqbal tidak terlihat lelah, sebuah lengkungan manis menghiasi wajahnya.
"Pak sebentar ya, saya ambilkan minum untuk buka puasa dulu. Oh ya, sekalian tolong isikan saya saldo topup ya," seru saya segera masuk ke dalam rumah. Saya segera mengambil minuman kaleng di dalam kulkas untuk diberikan ke Pak Iqbal membuka puasanya.
"Alhamdulillah... terima kasih ya mas," serunya sambil mengelap peluh di dahi. Kami tidak banyak percakapan lagi sebab Pak Iqbal ingin segera pamit. Bungkus putih yang terkait di motor sudah dinantikan anaknya.
Hari itu, saya belajar sesuatu dari pak Iqbal. Tak ada yang lebih membahagiakan ketika kita dapat berkumpul dengan orang yang kita cinta dan sayang. Kerja adalah ibadah, sedangkan keluarga adalah tempat untuk kita selalu ingat untuk kembali. Inilah salah satu hal yang membuat saya rindu bulan Ramadan.