Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kandas

4 November 2023   16:14 Diperbarui: 4 November 2023   16:56 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bela sudah dua tahun berpacaran dengan Yoni. Namun orang tua Yoni melarang hubungan mereka dilanjutkan lantaran ibu Yoni mendengar cerita dari tetangga bahwa Bela sudah dijodohkan dengan laki-laki pilihan orang tuanya.

Keputusan sepihak yang sangat mengejutkan didengar langsung oleh Bela, seminggu yang lalu. Padahal sehari sebelumnya Yoni mengajak kabur dari rumah karena ibunya sudah menyampaikan kabar Bela telah dijodohkan.

Namun Bela tidak mau menuruti keinginan Yoni karena dia berpikir panjang. Dalam hatinya berkecamuk pertanyaan-pertanyaan.Mau minggat ke mana? Mau tinggal di mana? Sedang dirinya belum menikah. Bagaimana nanti dengan gunjingan masyarakat yang berdampak pada keluarganya terutama kedua orang tuanya? Haruskah mereka menanggung malu akibat ulahnya yang kelewat batas? Dalam waktu singkat pasti akan tercemar nama baik keluarganya.

Bela menolak keras ajakan Yoni untuk kabur dari rumah. Namun tak disangka justru calon ibu mertuanya yang mendadak memutuskan cintanya. Yoni yang "anak mami" dan selalu menuruti setiap kemauan orang tuanya hanya diam tak bersuara. Tanpa satu kata pun keluar dari mulutnya.

Bela hanya menitikkan air mata. Terasa sesak menahan gemuruh di dada.
Perasaan sedih dan kecewa seminggu yang lalu masih terasa mengiris hatinya. Sejak kejadian itu Bela hanya mengurung diri di dalam kamar.

Ketika sedang duduk termenung di sisi tempat tidur, tiba-tiba ada pesan WhatsApp di ponselnya.
"Bel, saya tunggu kamu sekarang juga di rumah saya," begitu kalimat pesan pertama. Bela membaca lanjutannya, "Ada hal penting yang harus kita bicarakan." Meskipun Bela sangat sungkan beranjak dari tempat tidur, dengan tubuh lemas dan loyo terpaksa pergi juga.

"Silahkan masuk dan duduk," ucap lelaki yang berkulit hitam dan kusam setelah menjawab salam Bela.
Bela duduk sambil bertanya-tanya dalam hati, kenapa dirinya disuruh datang oleh lelaki yang sama sekali belum pernah bertemu langsung. Memang, lima hari yang lalu dia dikasih nomor handphone oleh ayahnya. Namun obrolan lewat ponsel pun belum pernah terjadi. Hanya saja Bela sudah menyimpan kontak lelaki itu sehingga dia langsung meluncur ke rumahnya setelah mendapat pesan WhatsApp.

"Maaf sebelumnya, aku mengganggu waktu kamu, Bel." Bela yang sedang bengong langsung bertanya,
"Ada apa?"
"Aku mau tanya, seminggu yang lalu apa benar kamu ke rumah Yoni?"
"Betul. Kenapa memangnya?!" jawab Bela tegas dan bertanya balik.
"Aku mau tanya, sudah sejauh mana hubungan kamu sama Yoni...?" Bela tersentak.
"Layaknya suami-istri! Kenapa?" Bela memiliki kekuatan untuk menjawab meskipun hanya jawaban yang mengada-ada. Dia hanya ingin dengan jawaban itu laki-laki di hadapannya akan langsung mundur.
"Oke. Kalau begitu kamu harus menikah dengan Yoni sekarang juga!" Hah? Menikah? Dengan Yoni yang sudah putus? Sekarang juga? Gila! Apa-apaan laki-laki ini.

Baca juga: Skenario Tuhan

"Kalau memang Tuhan menjodohkan kami, apa salahnya kami menikah!"  Jawab Bela dengan suara meninggi.
"Pokoknya kamu harus menikah dengan Yoni sekarang. Dan aku mau ngomong sama orang tua kamu." Bela kaget setengah mati begitu mendengar kata "orang tua" disebut. Takut? Senang? Entahlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun